Tuesday, September 27, 2005

Kroasia Larang Muslimah Berjilbab dalam Foto untuk Dokumen Penting

(Sumber: eramuslim.com, 27 Sept 2005)

Para pemuka warga minoritas Muslim di Kroasia meminta otoritas pemerintah mengizinkan Muslimah tetap mengenakan jilbabnya dalam foto untuk kepentingan pembuatan paspor.

Pemuka warga Muslim Sevko Omerbasic mengatakan, "Saya harap masyarakat Eropa menyadari kesalahan besar yang dilakukannya dengan melarang muslimah mengenakan jilbab di tempat-tempat umum tertentu."

Pihak berwenang di Kroasia melarang kaum perempuan mengenakan penutup kepala dalam foto paspor dengan alasan agar orang yang bersangkutan bisa dikenali dengan cepat dan akurat. Hukum di Kroasia mengatur bahwa foto-foto termasuk yang digunakan sebagai dokumen tanda pengenal diri harus 'benar dan jelas' memperlihatkan seluruh wajah orang yang bersangkutan.

"Ini tidak ada kaitannya dengan kebebasan beragama. Aturan itu sudah jelas seperti juga alasan yang mereka ajukan," kata Menteri Kehakiman Vesna Skare-Ozbolt.

Aturan untuk tidak mengenakan penutup kepala dalam foto yang digunakan untuk tanda pengenal, juga diberlakukan bagi para biarawati. "Dengan pertimbangan aturan yang berlaku di Eropa atas masalah ini, sulit membayangkan jika aturan ini harus diubah di Kroasia," ujar juru bicara menteri dalam negeri Kroasia.

Permohonan yang diajukan warga Muslim ini, merupakan permohonan yang kedua kalinya berkaitan dengan aturan mengenakan jilbab di negeri yang mayoritas penduduknya menganut agama Katolik Roma. Pada tahun 2002, warga minoritas Muslim Kroasia membawa persoalan jilbab ke parlemen tapi gagal mendapatkan dukungan dari kelompok politik di negeri itu.

Saat ini ada sekitar 60 ribu warga Muslim dari total 4,4 juta jumlah penduduk Kroasia. (lb/iol)

Friday, September 23, 2005

Siswi Muslimah di Italia Boleh Berjilbab

(Sumber: Republika Online, 23 Sept 2005)


ROMA -- Angin segar berhembus bagi para siswi muslimah di Italia. Pasalnya, Menteri Pendidikan negara itu mengisyaratkan bakal melegalkan siswi muslimah berjilbab ke sekolah-sekolah umum.

Menteri Pendidikan Letizia Moratti dalam pernyataan persnya menyatakan, siswi Muslimah berhak untuk mengenakan jilbabnya di sekolah maupun institut. Alasannya, kebebasan beragama dan hak asasi manusia berlaku bagi warga negara asing dan imigran, baik Muslim maupun non-Muslim. Ia juga mengatakan, tidak akan pernah ada sekolah-sekolah di Italia yang berbasis pada keyakinan atau etnis tertentu.

Moratti juga menyatakan, penghormatannya terhadap kaum Muslim didasarkan pada penghormatan terhadap hukum dan nilai-nilai serta warisan budaya Italia. ''Italia dengan cara apapun, tidak ingin merampas tradisi Islam dan nilai-nilai warga Muslim imigran,'' ujarnya.

Pada bulan Juni lalu, sejumlah politisi dan pemuka agama Islam di negara Pizza itu mengecam pernyataan seorang menteri yang mengatakan akan mendenda wanita Muslim yang mengenakan penutup wajah. Kemudian pada bulan Juli, Menteri Dalam Negeri Giuseppe Pisanu menyatakan akan membentuk sebuah organisasi payung bagi warga Muslim yang akan mewakili kepentingan mereka pada pemerintah Italia.

Dari 58 juta total jumlah penduduk Italia, warga Muslimnya hanya berjumlah sekitar 1,5 juta jiwa. Dan dari jumlah itu, hanya 50 ribu warga Muslim yang memiliki hak pilih dan tidak ada satupun politisi Muslim di negeri itu. Penganut agama Islam di negara ini, jumlahnya paling kecil dibanding penganut agama lainnya seperti Yudaisme, Budha dan Protestan yang juga sudah memiliki perwakilan resmi yang diakui pemerinatah Italia.

---

Tuesday, September 13, 2005

Organisasi Pemuda Liberal di Jermal Tolak Larangan Berjilbab

(Sumber: eramuslim.com, 12/09/2005)

JULIS, organisasi pemuda di negara bagian North Rhine, Jerman yang beraliran liberal menyatakan dukungannya terhadap pemakaian jilbab bagi para muslimah. Organisasi itu dalam situsnya mengatakan, muslimah berjilbab harus diperlakukan sebagai bagian dari masyarakat Jerman yang harus dihargai.

Lebih lanjut JULIS menyatakan, sikap toleransi merupakan kunci perdamaian di masyarakat yang heterogen. Setiap orang berhak untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya sepanjang tidak melanggar konstitusi negara, tulis JULIS dalam websitenya.

JULIS memiliki sekitar 10.000 anggota yang usianya antara 14 sampai 35 tahun , berasal dari berbagai kelas masyarakat termasuk warga negara asing. Salah satu tujuan dari organisasi ini adalah memperjuangkan legalisasi warga negara asing untuk bisa bekerja di Jerman, memperjuangkan hak mereka untuk memilih dan berpartisipasi dalam politik. JULIS juga membantu para imigran untuk belajar bahasa Jerman dengan cepat dan membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat Jerman.

Di Jerman terdapat kurang lebih 3,4 juta warga Muslim, 2/3 nya adalah Muslim keturunan Turki. Islam sendiri, menjadi agama ketiga terbesar di Jerman setelah Protestan dan Katolik.

Pernyataan organisasi JULIS sangat bertentangan dengan sikap partai Free Democratic Party (FDP) yang menjadi afialiasi organisasi pemuda tersebut. FDP adalah partai yang mendukung kebijakan larangan berjilbab bagi para guru di sekolah. Namun sejauh ini, FDP belum memberikan komentar atas pernyataan JULIS yang justru mendukung jilbab.

Pada akhir Agustus kemarin, negara bagian terbesar di Jerman, North Rhine, melalui ketua organisasi sekolah-sekolah di wilayah itu menetapkan aturan, mulai musim panas tahun 2006, para guru yang muslimah dilarang mengenakan jilbab. Pemberlakukan aturan baru ini, merupakan wujud dari janji Partai Kristen Demokratik dalam pemilu wilayah tahun ini.

Masalah jilbab selalu memicu kontroversi di Jerman. Pada July 2003, pengadilan tertinggi negara Jerman menolak keputusan negara bagian Baden-Wuerttemberg yang melarang guru muslimah mengenakan jilbab di ketika sedang mengajar di dalam kelas. Namun pengadilan menyatakan, 16 negara bagian lainnya bisa mengajukan aturan baru mengenai larangan berjilbab, jika diyakini mengenakan jilbab di sekolah bisa berpengaruh pada anak-anak.

Selain Baden-Wurttemberg dan North Rhine, negara bagian Jerman yang juga melarang staf pengajar mengenakan jilbab di sekolah adalah negara bagian Saarland , Lower Saxony, Hessen dan Bavaria. Sementara itu, sejumlah negara bagian lain masih membolehkan jilbab di sekolah, termasuk negara bagian Mecklenburg-Vorpommern, Saxony, Saxony-Anhalt dan Thuringia. (ln/iol)

Friday, September 9, 2005

Kesan-kesan Berjilbab (22)

Salam semua,

Tolong dijawab dua pertanyaan berikut dan sebarluaskan ya...
1. Sudah berapa lama kamu berjilbab?
2. Ada pengalaman menarik selama berjilbab, kapan dan sebutkan...

Jawabnya bisa melalui mailbox atau testimonial-nya Berjilbab di Friendster atau langsung di-post aja di bagian 'comment' di bawah posting ini. Jangan 'anonymous' loh kalo bisa... Makasih...

wassalam,

****

Ini jawaban-jawaban yg udah masuk - bagian 22

Ficha :
Alhamdullillah ane pake jilbab sudah 3,5 thn. Kesan pake jilbab, subhanallah tenang damai, pokoknya subhannallah. Namun mengingatkan sedikit. Setelah kita pake jilbab, ada tanggung jawab berat yang kt hrs kita pegang. Jilbaber labelnya akhlak, setiap apapun yang kita lakukan kita selalu jadi sorotan. So jgn sekedar pake jilbab2 aja. Dan tetap inget jilbab, bukan sekedar penutup rambut, atau biar keliatan alim aja. Kita adalah dai sebelum segala sesuatu dan sampaikanlah kebenaran walaupun hanya satu ayat. Ajak2 dong temen2 putri kita yg belum pake jilbab.

Lily Asri :
Tahun 1994 saya pake jilbab untuk pertama kali. Pada saat itu muslimah yang memakai jilbab bisa di hitung pakai jari. Apalagi di kampus saya, Perbanas. Orangtua sempet khawatir, nanti apa kata orang? Tapi aku tetap pada pendirian.... insyaallah sampai hari ini saya masih berjilbab. Bahkan sekarang Ibu & adik saya juga berjilbab.

Lelly :
Aku mau cerita waktu pertama kali pake jilbab. agak panjang sih cerita detailnya, jadi aku ceritain intinya aj aya. Pertama klai pake jilbab tuh kalo ga salah tanggal 20 November 2004, yaitu hari pertama masuk kuliah setelah libur lebaran. Keluargaku agak antipati waktu aku izin pake jilbab sebulan sebelumnya, tapi setelah aku pikir2, akhirnya aku memantapkan diri untuk tetep pake jilbab sejak hari itu. deg2an juga sih, takutnya disuruh dilepas jilbabnya, tapi ternyata keluargaku no comment dan mungkin sampe sekarang ga ngasi tanggepan apa2. mungkin kalo di belakangku mreka ngomongin aku. tapi aku udah pasrah ama apa yang mreka mau omongin tentang aku. mungkin cuma waktu yang bisa menjawab semuanya...

Syahrini :
Wow sejak aku berjilbab 5 tahun yg lalu banyak banget cobaan yg menghadang sampai rasanya gak mampu & gak snggup aku menjalaninya..tapi sejak berjilbab pula hati-jiwa dan iman lebih berjalan selaras sesuai kaidah2 agama..yg jelas gak ada hal yg terasa buruk jika kita menjalani perintah ALLAH.

Danit Siska :
Saya berjilbab Sejak thn 1999. Pengalaman Menarik byk bgt. Pengalaman yg paling tak terlupakan terjadi di thn 1999 pertamakali saya menggenakan jilbab tanpa ada persiapan materi, baju lengan panjang dan krudung hanya punya 1, minim sekali... sampai baju dan jibab itu saya pakai terus menerus selama 2 hari... di saat itu lah saya merasakan kasih sayang dari teman2. Mereka mau merelakan salah satu krudung kesayangannya dilungsurkan ke saya, sampai skg krudung 2 pemberian itu masih saya simpan rapih :). Terimakasih juga krn mereka telah membuka jalan saya utk berjilbab. :)

riNdaa :
Ak mulai pk jilbab di semester2 kelas 1 sma, alhamdulillah bgt, ak pnya temen" + keluarga yg always setia ngedukung. Kesan 1 pk jilbab,"panas"(hehe...) tapi lama" alhamdulillah nggak dan skrg, aku ngrasa nyaman bgt dengan jilbab...

Rima :
Niatnya seh dah lama mau pakai jilbab, tapi selalu saja ada keraguan didalam hati. sebab aku gak mau buka tutup dalam memakai jilbab dan dikarenakan hal2x tertentu yang membuat aku ragu untuk memakai jilbab. Tapi setelah mendengar dan membaca bahwa jilbab itu wajib untuk seorang wanita muslimah, maka aku terfikir dan memohon petunjuk-Nya . Setelah memohon dan berdoa aku merasa mendapat Hidayah dari Allah, akhirnya aku putuskan untuk menutup auratku sejak bulan January 2005. Sungguh luar biasa keagungan Allah, semenjak aku memakai Jilbab dan sampai saat ini aku merasa apa yang aku ragukan tidaklah terbukti, aku merasa nyaman dengan balutan jilbab dan terhindar dari lelaki yang berbuat iseng kepadaku.

Amy :
Amy bjilbab da ampir 3 taon gt... aWaLna ke sKul, tp... lama2 keLuar jg Pke, jiLbaB tu de best. perTama kiTa jadi ngeRasa aMan, kita ga perlu hebo mikirin gimana body, kita jadi tamba pede.. kiTa jadi leBih diargai oRang sebagai cewe.. yang paling utama... kita uda ngikutin perintah Allah. Yang penting amY cuma berarap, jangan ampe ada cewe beejilbab yang ngerusak nama baek jilbabnya, soalnya selain ngejatuhin harga diri sendiri, itu juga jatuhin nama baek islam... Pesen aTu lagi ni,, mungKin ada yang ngerasa pke jilBab panas, tapi inget kalo nereka jelas LebIh panas kan??? jangan sia2in hidup yang cuma sekali ini ya... syukron...

cHAWiE's :
Salam semua untuk muslimah yg slalu istiqomah di jalan 4JJ1. Ana baru 2 tahun pake krudung, dari mklas 2 sma... yup. Pengalaman menarik, dulu waktu awal2 pkai krudung, banyak bgt yg kaget!! Ga tw knapa, mungkin karena emang sikap akw yg rada petakilan jd pd bimgung kali yaaaa...
Aku pnah dicritai ma tmenkw... Katanya waktu itu, waktu akw dikelas, lg mainan kali ya ma tmen2kw, katanya siy ampe lompat2. Naaaaaahhhhh, tnyata ada ikhwan yg sekelas ma akw merhatiin dan tmenkw itu denger kalo ikhwan itu blg, "kok, isya da pk jilbab masih kaya gt ya," Akw yg digritain kya gt langsung malu bgt, dan alhamdulillah it made me... CHANGE... yup... thank's a lot friend. Ya udah, msh ada ksh lain siy, but in next time aja ya.

Tuesday, September 6, 2005

2006, Jerman Berlakukan Larangan Berjilbab

Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun... Berita ini patut membuat kita bersyukur dengan kemudahan yg diberikan utk selalu menjalankan perintah2Nya... Sebagian saudara-saudari kita di belahan bumi yang lain tidak mendapat kemudahan yg sama... Semoga Allah memberikan kekuatan iman dan islam kepada kita semua utk selalu berada di jalanNya. Amin...


2006, Jerman Berlakukan Larangan Berjilbab
(Sumber: eramuslim.com)

Larangan mengenakan jilbab di negara-negara Eropa makin meluas. Musim panas tahun 2006, negara Jerman rencananya akan memberlakukan larang berjilbab di sekolah-sekolah bagi guru-guru yang muslimah.

Sejumlah pejabat di negara bagian North Rhine-Westphalia, pada harian Jerman Westdeutsche Allgemeine Zaitung, hari Rabu (31/8/05) mengatakan, larangan itu bukan diarahkan pada keyakinan agamanya dan keputusan itu akan dididiskusikan secara hati-hati dengan kelompok-kelompok muslim.

"Guru wanita dan pria tidak diperkenankan untuk mengemukakan pandangan-pandangan dunia atau keyakinan agama tertentu yang bisa mengganggu atau membahayakan kedamaian di sekolah," ungkap Barbara Sommer Said, yang mengepalai sekolah-sekolah di North Rhine-Westphalia."

Itulah sebabnya, mengapa kami ingin melarang guru-guru yang muslimah, mengenakan jilbab di sekolah," ujarnya.

Sommer adalah anggota dari partai Kristen Demokrat, yang mengalahkan kanselir Gerhard Schroeder dari partai Sosial Demokrat dalam pemilihan pada bulan Mei kemarin di wilayah pemilihan North-Rhine-Westphalia. Ketua partai Kristen Demokrat, Angela Merkel, yang menentang keanggotaan penuh negara Turki ke Uni Eropa, kemungkinan akan menggantikan Schroeder sebagai kanselir dalam pemilihan umum bulan depan.

Menurut harian Jerman Westdeutsche Allgemeine Zaitung, larangan berjilbab ini kemungkinan akan mulai diberlakukan pada Agustus 2006. Sebelumnya, negara bagian Badden-Wuerttemberg, negara bagian ketiga yang paling padat penduduknya di Jerman, sudah memberlakukan larangan berjilbab di sekolah-sekolah bagi para guru yang muslimah. Saat ini, di Jerman, terdapat sekitar 3 juta warga Muslim yang mayoritas berasal dari keturunan Muslim Turki.

Friday, September 2, 2005

Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab (3/3)

Oleh : Siti Tri Zakiyah
(Sumber: CyberMQ)


"Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan."

3. Awali dari diri

Dalam sebuah diskusi, seorang peserta yang belum berjilbab mengungkapkan isi hatinya sebagai berikut. Ia memiliki seorang teman yang sudah berjilbab dan sering mengajaknya mengenakan jilbab. Tapi, muslimah yang sudah berjilbab ini akhlaknya kurang baik, dia masih kurang menjaga hijab dengan lawan jenisnya, bahkan dia masih suka berpacaran dan seringkali menunjukkan sikap yang kurang baik.

Akhirnya, ia memilih untuk tidak berjilbab asalkan bisa menjaga dirinya, dari pada berjilbab tapi akhlaknya masih buruk. Bahkan, seringkali dia antipati melihat wanita berjilbab yang belum dikenalnya.

Artinya, setiap kali kita akan berdakwah, bertanyalah pada diri, “Apa yang akan saya sampaikan sudah sesuai atau belum dengan apa yang saya lakukan?” atau setidaknya, “Apakah saya sudah berupaya secara maksimal untuk mengamalkan apa yang akan saya sampaikan?” atau, “Apakah perbuatan dan akhlak saya sudah mendukung apa yang akan saya sampaikan?”

Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan. Diri kita itu ibarat lap pel, sedangkan yang orang lain itu ibarat lantai. Lap pel harus bersih, jika tidak, maka ruangan itu akan bertambah kotor. Bayangkan, bila kita mengepel lantai kamar kita dengan lap pel bekas mencuci kotoran. Hasilnya, bukan membersihkan kamar, tapi malah mengotorinya

Begitupula halnya dengan kasus diatas. Karena muslimah berjilbab yang mengajaknya itu belum sanggup memberikan contoh yang nyata buat temannya, maka akhirnya temannya itu bukannya segera ingin berjilbab, tapi malah mendapatkan citra yang tidak tepat tentang wanita berjilbab. Akhirnya, dakwahnya bukannya membuat temannya menjadi berubah menjadi lebih baik, tetapi malah membuatnya makin jauh dari pemahamannya tentang islam, bahkan mungkin makin jauh dari Allah. Karenanya, awalilah dari diri sendiri.Sering juga timbul pertanyaan, “Mana yang lebih baik, wanita yang berjilbab tapi akhlaknya buruk atau wanita yang belum berjilbab tapi akhlaknya lebih terjaga”.

Kita jadi teringat kisah Buya Hamka ketika beliau ditanya seseorang, “Buya, saya memiliki tetangga, yang satu seorang insinyur yang tidak suka shalat tetapi akhlaknya baik. Yang satunya lagi seorang haji yang suka shalat, tetapi akhlaknya buruk. Mana yang lebih baik diantara mereka?”

Beliau menjawab, “Insinyur itu, belum suka shalat saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau beliau rajin shalat. Sedangkan Pak Haji itu, syukur beliau suka shalat. Kalau tidak suka shalat, mungkin akhlak beliau lebih buruk dari itu.”

Kisah ini bisa kita analogikan untuk pertanyaan diatas. Akhwat yang belum berjilab itu, belum berjilbab saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau dia sudah bejilbab. Akhwat yang sudah berjilbab itu, syukur dia sudah berjilbab. Jika tidak, sudah akhlaknya kurang baik, tidak berjilbab juga.

Konon, disekitar Masjidil haram ada para wanita amoral yang bercadar. Tentu, tidak logis sama sekali jika kita langsung antipati melihat wanita bercadar. Kalau kita bandingkan, jumlah wanita shalehah yang berjilbab jauh lebih banyak dibandingkan wanita shlehah yang belum berjilbab.

Pakaian memang bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan kemuliaan akhlak seseorang. Muslimah yang pakaiannya sempurna belum tentu akhlaknya baik, tetapi muslimah yang berakhlaq baik pasti akan makin sempurna cara menutup auratnya. Makin sempurna cara akhwat menutup aurat, makin tinggi peluang akhwat berakhlak baik. Sebaliknya, makin tidak sempurna cara akhwat menutup auratnya, makin tinggi peluang akhwat berakhlak buruk.

Jadi, kalau ada akhwat yang sudah berjilbab tetapi akhlaknya kurang baik, maka solusinya adalah ia harus memperbaiki akhlaknya, bukan berarti ia harus melepaskan atau mengurangi kesempurnaannya berhijab. Sebaliknya, bila ada akhwat akhlaknya baik tetapi belum berjilbab, maka ia tetap harus menyempurnakan hijabnya, karena meyempurnakan hijab adalah kewajiban setiap muslimah.

Jadi, kiat untuk mengajak para muslimah berjilbab setidaknya adalah, pertama, bijjak menyikapi kekurangan mereka. Kedua, sampaikan ilmu kepada mereka. Ketiga, awali dari diri.

Semoga Allah SWT mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk menutup aurat dengan sempurna, ikhlas karena Allah semata. Amin Yaa Rabbal aalamiiin. WAllahu‘alam bishawab.

---habis---

Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab (2/3)

Oleh : Siti Tri Zakiyah
(Sumber: CyberMQ)


"Jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka, ini justru hutang kita kepada mereka. Bisa jadi, hal ini justru kesalahan kita akibat kelalaian kita dalam beramar ma’ruf."

2. Menyampaikan Ilmu

Orang-orang yang lahir di lingkungan baik, tentu tata nilainya tidak sama dengan orang-orang yang lahir di lingkungan yang kurang baik. Begitu pula para muslimah lahir di lingkungan kurang kondusif, mungkin tak pernah merasa malu dan bersalah jika auratnya tak tertutup sempurna, karena sejak kecil tidak terbiasa melihat para wanita di lingkungan keluarganya menutup aurat dengan baik.

Berbeda dengan wanita yang lahir di lingkungan moralis, misalnya di lingkungan para pendidik, pesantren, atau di lingkungan orang-orang saleh , maka ia akan merasa malu, terhina dan merasa bersalah jika auratnya tak terjaga.

Upaya amar ma’ruf nahyi munkar harus dimulai dengan penyampaian ilmu. Paksaan untuk melakukan kebaikan boleh dilakukan jika ilmu telah disampaikan dengan upaya maksimal.

Ambil contoh, suatu saat pernah ada seorang mualaf yang ingin masuk islam, tapi tidak mau melaksanakan shalat, kemudian Rasul SAW membiarkannya masuk Islam dan tidak memaksanya melaksanakan shalat. Setelah ia memahaminya, seiring bertambahnya ilmu dan pengalaman yang dilaluinya, akhirnya ia mau mengerjakan shalat.

Jika tidak, maka kita bagai memaksa orang yang tidak bisa berenang untuk mencapai tempat tujuan dengan berenang. Bagaimana mungkin ia bisa sampai di tujuan, bila tidak bisa berenang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengajarinya berenang agar tahu bagaimana cara mengambang, bergerak, dan berjalan di permukaan air, kemudian ia harus gigih berlatih secara sistematis dan berkesinambungan.

Jika ia sudah pandai berenang, tapi tidak mau menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan itu, barulah dia boleh dipaksa.Kalau kita masih menyaksikan banyak para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya, pertanyaannya adalah sejauh mana kita telah mensosialisasikan dan membuat mereka paham tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.

Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa menyalahkan mereka, ini justru hutang kita kepada mereka. Bisa jadi, hal ini justru kesalahan kita akibat kelalaian kita dalam beramar ma’ruf, hingga hak mereka untuk mendapatkan ilmu tertahan oleh kemalasan dan keenganan kita berdakwah.

Selain itu, setiap orang juga harus melakukan instropeksi diri, ”Seberapa banyak ilmu yang sudah saya dapatkan, hingga sejauh mana saya harus mengamalkan ilmu yang telah saya dapatkan itu?” atau, “Apakah karena ilmu saya memang masih sangat sedikit, hingga belum mau menggunakan penutup aurat yang sempurna?” Jika demikian, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana cara berpakaian yang paling disukai Allah.

Bagaimana seharusnya para muslimah menutup auratnya? Setidaknya sebagai berikut. Pertama, tertutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan (untuk menutupi permukaan yang termasuk aurat). Kedua, tidak transparan (untuk menghilangkan penampakannya). Ketiga, tebal, artinya tidak tipis (untuk menghilangkan bentuk aurat). Keempat, warna tidak terlalu mencolok atau terlalu banyak hiasan (agar tidak terlalu menarik perhatian lelaki yang bukan mahram). Kelima, hindari wewangian yang terlalu semerbak.

Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan rasa syukur pada diri kita dan melindungi kita dari berpakaian yang tak disukai-Nya.

(Bersambung)

Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab (1/3)

Oleh : Siti Tri Zakiyah
(Sumber: CyberMQ)


"Bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya?"

1. Bijak Menyikapi Kekurangan Orang Lain

Bagaimana mengajak saudara, teman, dan para muslimah di sekitar kita berjilbab? Atau setidaknya, bagaimana cara menyikapi para muslimah yang belum sempurna menutup auratnya? Sebelum menjawab semua itu, kita mencoba mengupayakan bagaimana kiat untuk bijak menyikapi kekurangan orang lain.

Pertama, Bersyukur kepada Allah SWT, jika kita tak memiliki kekurangan yang serupa dengan orang yang kita saksikan kekurangannya. Sesungguhnya, kita terhindar dari kekurangan itu pun pada hakekatnya adalah karunia-Nya.

Kedua, Berlindung kepada Allah SWT dari memiliki kekurangan yang serupa. Jika bukan karena perlindungan Allah, belum tentu kita terhindar dari keadaan semacam itu.

Ketiga, Doakan orang yang memiliki kekurangan agar berubah menjadi lebih baik. Doakan pula orang yang berbuat salah agar dibimbing Allah bertaubat dan memperbaiki diri.

Keempat, Sampaikan dakwah kepadanya. Informasikan manfaat setiap amal yang kita perbuat. Informasikan kerugian dan dampak buruk yang dialami oleh diri kita sendiri, juga oleh orang di sekitar kita akibat dari apa yang kita perbuat. Bisa jadi seseorang berbuat salah, karena belum mengetahui hal itu salah atau belum tahu akibat buruk perbuatannya. Kiat diatas dapat digunakan bila melihat para muslimah yang cara berpakaiannya atau cara berhijabnya masih belum sempurna, misalnya;

  • Pertama, jika kita telah sempurna menutup aurat, maka bersyukurlah kepada Allah. Jangan sampai kita menjadi ujub (bangga diri) dan sombong (merasa diri lebih baik atau lebih shalehah). Sesungguhnya, kita bisa menutup aurat dengan baik karena rahmat dan karunia Allah. Jika Allah tidak membimbing, belum tentu kita berbuat lebih baik.
  • Kedua, Senantiasa berlindung kepada Allah dari cara berpakaian yang tak disukai-Nya. Ini kisah nyata, saya pernah melihat seorang muslimah yang pakaiannya sangat terjaga, kemudia ia memperbincangkan sekelompok muslimah yang pakaiannya belum sempurna. Sayangnya, tak berapa lama, ia pun berpakain seperti para muslimah yang ia perbincangkan. Artinya, bila tidak berlindung kepada Allah, bisa saja suatu saat kita enggan menyempurnakan penutup aurat kita. Naudzubillahi mindzalik.
  • Ketiga, Doakan saudara kita yang belum sempurna cara menutup auratnya agar segera menyempurnakannya. Jangan sampai kita menyebarkan aib dan ghibah, karena semua itu tidak membuat menjadi bertaubat atau menjadi lebih baik. Bahkan perbuatan itu hanya menambah dosa bagi kita.
  • Keempat, Informasikan terhadap para muslimah yang belum menutup aurat dengan sempurna tentang manfaat memakai jilbab dengan benar. Dalam menginformasikan, kita bisa menggunakan kiat-kiat yang pernah disampaikan Aa Gym, seperti kita untuk sebuah perubahan dengan 3 M nya (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang terkecil, Mulai saat ini juga), serta kiat berdakwah dengan menggunakan formula 3 A (Aku bukan ancaman bagimu, Aku menyenangkan bagimu, dan Aku bermanfaat bagimu).
(bersambung)