Tuesday, November 27, 2007

Muslimah antara Harapan dan Tantangan

Oleh: Nurul Effah
(Sumber: www.al-ukhuwah.com)

Kaum wanita hari ini perlu meneladani para istri sahabat, yang membakar ruhul jihad suami mereka untuk memburu syahid. Dan mempunyai komitmen serta keimanan yang mantap.

Dunia islam hari ini menampakkan rentak rentak tari kebangkitan yang sangat jelas. Mulai dari gedung putih hingga ke warung-warung kopi, berita -berita tentang islam selalu menjadi bahan utama dalam obrolan. Berita apa saja yang ada kaitannya dengan islam selalu menjadi sorotan mas media dan menarik jutaan peminat tanpa ada bedanya apakah mereka itu pecinta islam atau musuh-musuhnya.Segala bentuk aktivitas keislaman yang bisa menyadarkan existensi pribadi ummat islam selalu menakutkan lawan. Karena kebangkitan islam yang telah ditiupkan rohnya akan semakin menampakkan kemajuannya dan menerjang segala bentuk aliran dan isme yang menghalanginya.

Mereka yang berkedokkan nasionalisme, sekulerisme, sosialisme, kapitalisme, komunisme, dan isme-isme yang lain sanggup untuk duduk semeja rela untuk mengesampingkan prinsip masing-masing hanya ingin menyaksikan hancurnya islam. Berbagi strategi dirancang dan ribuan resolusi siap dilaksanakan untuk membendung arus kebangkitan islam. segala Tehnik diplomasi diexsploitir sebaik mungkin agar ummat islam saling becakaran. Bahkan kekuatan militer sering kali berbicara, ribuan da'i menemui syahid, ribuan anak menjadi yatim, ribuan istri menjadi janda dan hampir kering air mata ibu menaguisi kematian anak-anaknya, tapi islam terus bangkait dan sedang menuju era yang akan mengembalikan keaggungannya. era yang meniupkam semangat jihad dan surga dibuka luas melambai para syuhada.

Walaupun berbagai ancaman bahkan kekejaman diarahkan kepada islam sebagaimana telah tercatat sejarah namun islam terus bangkit dan makin menggetarkan. Mengingat tantangan yang semakin sengit dan tuntutan jihad yang telah memuncak, maka islam memerlukan generasi dan kader yang akan meneruskan perjuangan dan mengisi barisan kosong karena kepergian para syuhada'.

Tuntutan dakwah yang makin meningkat saat ini, menuntut para wanita memainkan peran aktif dengan lebih efektif dalam mengambil bagian dalam perjuangan islam. Wanita yang menjadi tulang belakang dakwah harus menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab mereka sama beratnya dengan laki-laki. Sirah perjalanan dakwah Rasulullah SAW cukup menjadi bukti bagaimana seharusnya wanita berperan dalam mensukseskan misi da'wah Rasululloh. Mereka telah mencapai derajat yang dimuliakan oleh Allah. Mapu mendo'akan agar para suami mereka syahid, menangis lantaran tak ada lagi anak yang diantar untuk kemedan jihad.

Wanita hari ini perlu memahami bahwa masa depan dan kemajuan islam ada ditangan mereka. Zaman ini para suami lebiih banyak dituntut untuk bermandikan keringat dan darah menjalankan dakwah diluar rumah. Disaat inilah para istri harus melaksanakan tugas sebaik mungkin dan mengemban amanat suami. Anak-anak yang berada dalam penjagaan mereka perlu dididik dengan menanamkan aqidah dan keimanan yang mantap dalam dada mereka. Karena suami tidak lagi banyak mempunyai waktu untuk bisa mendidik anak, maka peranan ini perlu diambil oleh oleh para istri guna membentuk generasi yang tangguh sebagai penerus dakwah. Kemampuan para istri mendidik dan membentuk personalitas anak-anak mereka turut diakui oleh musuh-musuh islam.

Napoleon pernah mengatakan, "Perempuan yang mengayun buaian dengan tangan kanannya akan menggoncangkan dunia dengan tangan kirinya." Dan ketika ditanya mengenai kubu terpenting untuk mempertahankan perancis yang' ditakuti musuh, Napoleon menjawab: "mereka adalah ibu ibu yang baik, yang mendidik anak anak mereka untuk menjadi prajurit mempertahankan agama yang dianuti dan mempertahank negaranya." Begitu juga apa yang dikatakan oleh Adolf Hitler kepada para wanita mengenai peranan mereka dalam perang, "Khidmad kamu yang terbaik untuk negara ialah dengan duduk dirumah dan mendidik generasi baru."

Kaum wanita hari ini perlu mencontoh istri para sahabat yang bukan saja telah membakar ruhul jihad dan mendorong para suami memburu syahid tapijuga mempunyai keimanan yang mantap turut terjun ke medan jihad. Para istri perlu mengikuti jejak langkah Asma' binti Abu Bakar RA ketika berhadapan dengan kepungan Al Hajaj As Saqafi katanya, "Hiduplah sebagai seorang muslim yang mulia." Dan ketika anaknya bimbang jika disalib oleh Al hajaj, kata Asma': "Jika kambing telah disembelih apakah akan kesakitan ketika dikuliti?" Islam memerlukan para istri yang bukan saja bisa menghibur suami tapi juga mampu mendidik anak anak menyiapkan mereka menjadi generasi penerus dakwah.

Keberhasilan para istri dalam mendidik anak anak mereka akan menjadi sumbangan besar bagi masa depan dakwah Islam. Anak anak yang menjadi generasi penerus ini tak perlu lagi membuang buang masa menjalani proses pendidikan dalam memantapkan Aqidah, keimanan dan keilmuwan karena ibu ibu mereka telah memberikan bekal yang cukup. Mereka akan mampu terjun kemedan perjuangan pada saat usia muda. Jika bapak bapak mereka dalam usia itu masih perlu menjalani pendidikan keimanan dan keilmuan, mereka telah mampu untuk menempatkan diri untuk tampil sebagai penggerak perjuangan. Jika bapak bapak mereka dalam usia itu masih berlatih mengenali kitab kitab haraki mereka telah mampu menghidupkan ruhul jihad di dada umat

Untuk melahirkan generasi penerus yang tangguh bukanlah perkara yang mudah. Untuk itu semenjak dini Islam sudah mengajarkan sebelum mendirikan rumah tangga agar memilih para wanita yang sholihah yang memahami masalah dan kebutuhan umat masa kini. Wanita yang mampu mengutamakan kepentingan Islam dan ummat nya daripada mengikut hawa nafsunya stinya. Wanita yang memahami peranannya sebagai barisan kedua dalam perjuangan dakwah. Wanita yang tidak tertipu dan hanyut dalam keduniaan. Wanita yang mampu mendorong suami dan anak anak melibatkan diri dalam perjuangan Islam secara serius.

Selayaknya para wanita juga melengkapi diri dengan bekal keilmuan, keimanan serta ketaqwaan agar segala kekurangan yang terdapat dalam diri suami mereka dapat dipenuhi, dan menjadi pasangan yang saling melengkapi.

Para wanita hari ini perlu menghayati perjuangan istri para sahabat generasi pertama Islam yang menolak gemerlapnya keduniaan dan hati mereka yang senantiasa merindukan keharuman Syurga. Keteguhan iman Istri para sahabat perlu diikuti oleh para muslimah yang menginginkan tegaknya daulah Islamiyah dan kembalinya kegemilangan Islam. Mereka perlu mencontoh ketabahan Sumaiyah RA wanita pertama yang menemui syahid dengan suaminya Yaser RA. Mereka juga perlu menghayati perjuangan Nasibah binti Kaab RA (Ummu Imaroh) Yang bukan saja meniupkan ruhul jihad kepada suami dan anaknya tetapi turut terjun menghadapi kaum kafir.

Pada saat kaum muslimin berada dalam masa kritis diperang Uhud, Ummu Imaroh bersama Istri dan anaknya melindungi Rasululloh dari serangan musuh. Keberanian Ummu Imaroh diakui oleh Rasululloh dalam sabdanya,: Tidak kulihat ke kiri dan kekanan kecuali kulihat Ummu Imaroh berperang melindungiku'. Begitu juga dalam peperangan Yamamah memerangi Musallamah AL Kadzdzab, Ummu Imaroh turut berjuang hingga mengalani dua belas goresan luka dan kehilangan salah satu tagannya.kegentaran tidak terlintas dihatinya walaupun Musailamah telah membunuh anaknya Habib bin zaid Ra ketika menyampaikan risalah Rasululoh SAW kepada Musailamah Al Kadzdzab.

Ciri ciri keimanan yang beginilah yang perlu dimiliki oleh para wanita yang ingin menampilkan dirinya didalam perjuangan Islam.

Cara Berjilbab Menurut Syari'at

(Sumber: www.syariahonline.com)

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr.wb.

Pak ustadz saya mau tanya tentang cara berjilbab menurut syariat, soalnya saya punya adik umur 17 tahun kalo pake jilbab itu asal-asalan kadang-kadang jilbabnya itu tidak menutupi auratnya dengan sempurna (digulung kebelakang) sehingga terkadang lehernya itu keliatan. Lantas bagaimana pandangan islam tentang jilbab gaul yang sekarang sedang mode?

Tolong berikan contoh dan dalilnya.

Wassalamu'alaikum wr.wb
Rif_at
Pengadegan, Jak-sel


Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d,

Kalau mau bicara tentang pakaian wanita muslimah yang ideal dan memenuhi seluruh persyaratan, maka sebagaimana yang disepakati oleh jumhur ulama bahwa aurat wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan.

Artinya, keseluruh tubuh itu wajib ditutup dengan pakaian kecuali bagian muka dan tapak tangan saja. Sedangkan model pakaian, warna, motif, corak atau stylenya diserahkan kepada masing-masing budaya dan kebiasaan.

Asalkan kesemuanya itu memenuhi syarat standar busana muslimah yaitu:


  • Tidak tembus pandang
  • Tidak ketat hingga membentuk lekuk tubuh
  • Tidak menyerupai pakaian laki-laki atau
  • Tidak menyerupai pakaian 'khas' milik orang kafir atau pakaian orang fasik
  • Benar-benar menutup dan tidak ada yang dibuka atau dibelah sedemikian rupa sehingga bisa memperlihatkan aurat

Itu adalah standar ideal busana muslimah yang bila semua itu terpenuhi, maka sudah cukup. Adapun masalah jilbab gaul yang sekarang jadi mode, bisa kita lihat dari dua arah yang berbeda.

Arah yang pertama, bila kita melihat dari arah ideal. Maka jilbab mode itu jelas masih belum memenuhi semua persyaratan. Misalnya soal ketatnya pakaian itu sehingga tetap membentuk lekuk tubuh. Atau belahan-belahan tertentu yang masih juga memperlihatkan bagian aurat. Juga masalah menyerupai pakaian laki-laki dan seterusnya.

Bila kita nilai dari arah ideal atau tidak, maka jilbab gaul itu tidak bisa dikatakan ideal alias tidak memenuhi syarat busana muslimah.

Yang yang kedua, kita memandang dari arah pakaian trendi di kalangan remaja gaul saat ini yang sedemikian seronok, terbuka, seksi dan cenderung liar dan a moral. Kita bisa mengatakan bahwa pakaian mereka itu sama saja dengan bukan pakaian, karena aurat yang terlihat bukan hanya 'sebagian', tapi justru 'sebagian besar.' Jadi pakaian mereka itu bukan setengah telanjang tapi 2/3 telanjang atau 4/5 telanjang.

Bila dari kalangan mereka ini ada yang mulai sadar dan ingin kembali kepada Islam lalu mulai coba-coba menggunakan busana muslimah meski 'belum memenuhi standar ideal,' maka kita perlu memberi support atau dukungan. Tentu saja dukungan ini sifatnya sementara, karena biar bagaimana pun pakaian idealnya belum terpenuhi.

Tapi support dan dukungan tetap dibutuhkan agar mereka sedikit demi sedikit bisa beradaptasi dengan busana muslimah. Karena kalau mau dibandingkan, biar bagaimana pun jilbal gaul itu tetap lebih baik dari pada baju minim yang mengubar nafsu itu.

Yang diperlukan adalah pendekatan dakwah yang baik dan simpatik kepada mereka agar keinginan baik mereka itu bisa dihargai lebih dahulu. Sambil perlahan-lahan kita mencoba menanamkan makna dan hakikat ajaran Islam secara lebih intensif dan mengena. Nanti pada akhirnya, bila penanaman itu mulai menghasilkan buah, mereka snediri yang akan mengganti jilbab gaulnya dengan busana muslimah yang ideal.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Wednesday, November 21, 2007

Caleg Muslimah Berjilbab Pertama di Eropa Ikut Dalam Pemilu Denmark

(Sumber: eramuslim.com, Senin, 29 Okt 07 09:09 WIB)

“Saya sangat optimis. Saya yakin saya dan partai saya bisa mendapatkan hasil suara yang bagus pada pemilu ini, ” ujar seorang Muslimah calon legislatif tentang Partai Persatuan Denmark.

Muslimah bernama Asma Abdol Hamid itu mengungkapkan keyakinannya akan unggul dalam pemilu yang akan dilaksanakan pada 13 November mendatang. Ia menegaskan takkan membuka jilbab dalam kampanye politiknya hingga menjadi anggota legislatif mendatang.

Asma, yang sebelumnya dikenal sebagai presenter tv Denmark pertama mengenakan jilbab, menyerukan minoritas Islam untuk melakukan aksi positif untuk menjawab tuduhan yang dilontarkan Partai Rakyat Denmark yang berhaluan ekstrim kanan, terhadap kaum Muslim.

Jurubicara partai sayap kanan-ekstrim Partai Rakyat Denmark (DPP), Soeren Krarup, menganggap jilbab Asma sebagai "simbol totaliter" dan menyamakannya dengan "Nazi swastika." Seorang anggota Palemen Eropa dari DPP, Mogens Camre, juga mengatakan, “Asma memerlukan pengobatan psikiatris."

Namun kata-kata kasar itu tidak berpengaruh terhadap Asma, yang bermukim di Denmark sejak usia lima tahun bersama kedua orangtuanya yang warga Palestina. Menurut Asma, kaum Muslimin harus terlibat aktif dalam pemilu dan pemberian suara untuk menentang para ekstrimis melalui lapangan politik.

“Yang saya inginkan adalah kesejahteraan sosial untuk semua rakyat Denmark. Saya menganggap pencalonan diri saya adalah wakil dari seluruh elemen rakyat Denmark dan saya tidak menganggap bagian dari kelompok atau etnis tertentu, ” demikian Asma dalam salah satu kalimat yang menjadi fokus kampanyenya.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya akan melihat ke seluruh rakyat Denmark dengan satu sudut pandang, tanpa membedakan apakah dia imigran atau tidak, asalkan dia adalah warga Denmark maka orang tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Asma, Muslimah berusia 25 tahun ada dalam Partai Persatuan Denmark yang menjadi oposisi pemerintah. Karenanya, ia juga menyatakan salah satu programnya adalah melakukan “reformasi pemerintah”.

Asma menegaskan dirinya takkan melepaskan jilbab sebagai identitas keIslamannya, sebagaimana prinsip yang sudah ia tunjukkan beberapa waktu sebelumnya saat ia menjadi presenter tv. Asma yang merupakan warga negara Denmark kelahiran Palestina, telah menimbulkan perdebatan hangat di Denmark saat mendeklarasikan prinsip bahwa ia akan memakai jilbab di parlemen bila ia terpilih dalam pemilu 2009.

Ketika masih menjadi presenter tv, Asma juga sudah menuai kritik dan tuduhan di berbagai media, karena mengenakan jilbab dan menolak berjabat tangan dengan yang bukan mahramnya. Kini ia kembali muncul ke publik Denmark dalam rangka kampanye pemilu.Jika terpilih, maka Asma adalah perempuan yang menjadi legislatif pertama di Eropa yang mengenakan busana muslimah. (na-str/iol)