Thursday, May 29, 2008

Filosofis Kebebasan Perempuan

Oleh: Incawati *)
(Sumber: www.kafemuslimah.com)

Sesungguhnya, topik tentang perempuan dan hal-hal yang berkaitan dengannya merupakan topik yang hangat diperbincangkan dari masa ke masa. Perempuan selalu tampil dalam berbagai media dan sarana-sarana informasi untuk menggambarkan sosok yang begitu menarik dan indah sehingga tidak segan-segan mereka tampil dengan dandanan yang kurang beretika. Intrik musuh-musuh Islam tidak terbatas sampai di situ. Saat ini, ketika orang-orang mulai ramai memperbincangkan hal-hal yang lux, tidak bisa terlepas dari gambar-gambar wanita cantik. Bahkan sampai produk-produk obat-obatan dan elektronik yang tidak ada kaitannya dengan perempuan juga tidak terlepas dari peragaan yang mempertontonkan “perhiasan” perempuan.

Seorang nasrani bernama Zummer mengatakan bahwa orang-orang Nasrani tidak perlu putus asa, sebab di dalam hati kaum muslimin telah berkembang kecenderungan yang mencolok ke arah ilmu bangsa-bangsa Eropa dan kebebasan perempuannya. Dari kutipan tidak langsug di atas dapat disimpulkan bahwa keinginan mereka dalam menghancurkan Islam ditempuh dengan cara yang lain, yaitu dengan menjauhkan perempuan dari agamanya, yaitu Islam.

Tampaknya, hal itu benar-benar menjadi kenyataan. Gerakan pembebasan wanita dari belenggu penindasan dan gerakan kesetaraan gender yang dimotori oleh kaum feminis menjadi semakin hangat dari hari ke hari. Dan yang lebih buruk lagi, para pejuang kemerdekaan perempuan itu menganggap bahwa Islamlah yang menjadi penghalang keindependenan perempuan. Banyak nash yang bisa mereka jadikan kambing hitam untuk itu, contohnya dalam surah Al Ahzab: 33, perintah bahwa wanita lebih baik di rumah ….; An Nisaa: 34, laki-laki itu lebih utama dari perempuan ….. dan masih banyak yang lain. Padahal apa yang mereka pahami tidaklah demikian adanya. Isu poligami beramai-ramai dibantah. Pembagian warisan yang lebih banyak untuk laki-laki menjadi alasan betapa Islam tidak adil dalam memperlakukan manusia. Kewajiban mentaati suami dalam rumah tangga menurut mereka adalah sikap sewenang-wenang dan melanggar HAM. Mereka menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Karena hal itu mereka anggap sebagai keadilan.

Jika kebebasan perempuan di dunia Barat menjadi impian perempuan pribumi, pertanyaannya apakah di dunia Barat perempuan benar-benar bahagia dengan kebebasannya itu? Mengingat tujuan hidup manusia sesungguhnya adalah bahagia dunia dan akhirat? Bukti apa yang bisa kita ajukan untuk membenarkan hal itu atau tolok ukur apa yang kita gunakan untuk menilai bahwa mereka benar-benar bahagia dalam kebebasannya itu?

Pertama, ketika perempuan di dunia Barat terkungkung oleh Gereja yang menindas semua hak-haknya, mereka berusaha untuk melawan dan memperjuangkan kesetaraan gender. Mereka akhirnya menuai hasil. Perempuan dan laki-laki bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan laki-laki dalam segala lini kehidupan. Bahkn dalam bidang militer sekalipun. Perempuan diikutsertakan dalam peperangan. Ketika pecah perang Vietnam, kurang lebih 100. 000 orang tentara perempuan turut ambil bagian dalam perang tersebut. Hasilnya, dari sekian jumlah tentara perempuan, enam puluh ribu mengaku dirinya diperkosa oleh rekan tentara laki-laki di barak-barak militer di mana tidak ada pemisahan tempat tidur antara tentara laki-laki dan perempuan. Itu baru yang mengaku, belum lagi termasuk pelecehan-pelecehan yang lain yang terjadi dan luput dari publikasi media. Lantas di mana letak kebahagiaan itu? Ataukah kebebasan mereka untuk bekerja di kantor sama halnya laki-laki yang membuat mereka bahagia? Mereka mengaku memperjuangkan kebebasan tapi yang terjadi adalah mereka mengorbankan diri mereka sendiri. Penelitian membuktikan bahwa wanita yang lebih bayak beraktivitas di luar rumah lebih rawan terkena penyakit dari pada mereka yang menjadikan rumah sebagai fokus kegiatannya. Kebebasan yang berujung eksploitasi.

Islam tidak mengenal emansipasi atau kebebasan atau kesetaraan gender, karena pada dasarnya Islam tidak pernah melegitimasi penindasan terhadap perempuan. Semua aturan yang mengatur perempuan dalam Islam hanyalah untuk menyelamatkan perempuan dari noda dan hal-hal buruk agar dia tetap bersih. Aturan itu terutama ditujukan untuk melindungi perempuan dari musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan Islam melalui perempuan.

Islam datang menempatkan perempuan di tempat yang lebih mulia. Perintah menuntut ilmu adalam wajib hukumnya bagi laki-laki dan perempuan (thalabul ilmu faridhatun ‘ala kulli muslimiin wa muslimaat). Seorang perempuan haruslah cerdas bukan untuk tujuan agar mampu bersaing dengan laki-laki, tapi untuk tujuan yang jauh lebih mulia, yaitu menjadi seorang pendidik. Mendidik generasi bukanlah hal yang mudah, tidak cukup dengan bekal apa adanya, bagaimana mungkin seorang perempuan mampu mendidik anak-anak yang nantinya lahir dari rahimnya jika dia sendiri tidak mampu mendidik dirinya sendiri, dan untuk itu dibutuhkan ilmu. Selain itu dalam surah Al Ahzab: 31, bahwa jika perempuan mampu taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kata lain berbuat kebaikan maka akan diberikan pahala dua kali lipat. Dan banyak lagi yang lain yang bisa kita kemukakan untuk membuktikan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu sama, yang membedakan hanyalah takwanya saja (Al Hujuraat: 13).

Kedua, bukti bahwa karena mereka mampu melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi (mereka bekerja sendiri) sehingga tampak bahagia adalah hal yang masih bisa diperdebatkan. Mengingat ukuran kebahagiaan tidaklah sesimpel itu, tapi kebahagiaan sesungguhnya tidak hanya melibatkan faktor lahir, tetapi juga meliputi ketenangan batin. Dan, bisa dibuktikan dengan penelitian bahwa yang paling banyak mengalami gangguan stress adalah mereka yang bekerja terlalu lama di luar rumah. Bukankah stress adalah bukti betapa kita gagal memenej emosi kita? Dan itu adalah faktor non fisik (batin).

Seseorang yang hidup bergaul dengan kaum muslimin dan mengenal Islam dengan benar, maka dia akan melihat bahwa perempuan Islam di tengah-tengah masyarakat muslim menempati kedudukan yang tinggi dan terhormat. Satu kedudukan yang dapat menjaga martabat perempuan dan kesuciannya. Perintah menutup aurat juga sebagai bukti perlindungan Islam terhadap pandangan laki-laki yang tidak berhak memandangnya.

Terakhir, Islam tidak pernah melarang perempuan beraktifitas di luar rumah selama itu sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan dan mampu membagi waktu antara pekerjaannya dengan rumah tangganya. Betapa pun juga, titik berat kewajiban perempuan ada di rumahnya karena pekerjaan itu tidak bisa digantikan oleh siapa pun, jangankan pembantu rumah tangga, suami pun tak mampu melakoni itu. Seorang perempuan dalam memandang rumah tangga jauh lebih dalam dibandingkan dengan laki-laki. Mungkin karena dari rahimnyalah lahir makhluk hidup yang nantinya akan jadi pemimpin-pemimpin dunia. Jadi, apa jadinya jika semua wanita mulai menjadikan rumah hanya sebatas tempat beristirahat dan setelah itu keluar rumah lagi. Pada saat itu, kita tak perlu lagi berharap kader-kader militan dan cerdas akan muncul dari kita sebagai muslimah. Mudah-mudahan yang terakhir ini bisa jadi renungan buat kita., terkhusus bagi mereka yang mengaku muslimah. Sebuah nama yang sekaligus mencerminkan identitas kita. So, mari kita berkreasi dan berprestasi selama itu tidak melanggar aturan dan ketentuan yang ada.

*) Mahasiwi Universitas Negeri Makassar, Makassar, Sulawesi Selatan

No comments: