Sunday, September 24, 2006

Kiprah Muslimah di Bidang Sains, Lebih Maju Ketimbang Kaum Perempuan di Negara Barat

(Sumber: eramuslim.com, 23 Sept 2005)

Dalam hal mencari ilmu, Islam tidak mempersoalkan masalah gender apakah ia perempuan atau laki-laki. Muslimin dan Muslimah berkewajiban mencari ilmu dan meyakini kebesaran Allah dengan mempelajari segala ciptaanNya yang berada di sekiling manusia. Kewajiban setiap umat Islam untuk mencari ilmu juga diperkuat dengan Hadist Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan)." (Sahih Bukhari)

Pesan Rasulullah ini begitu kuat melekat dan menjadi nilai yang berukat akar bagi umat Islam. Bagi para muslimah khususnya, nilai-nilai ini memberikan keuntungan tersendiri karena memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Jika dilihat dalam konteks sekarang ini, tidak mengherankan kalau banyak kaum perempuan Muslim memiliki gelar pendidikan tinggi dan berkiprah dalam bidang ilmu pengetahuan. Hal ini bukan perkiraan semata, karena sudah didukung dengan data statistik yang cukup akurat dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan internasional PBB yang bergerak di bidang pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.

Nilai-Nilai Islam Memungkinkan Kaum Perempuan Peroleh Pendidikan Tinggi

Rehab Eman, seorang Muslimah yang bergelar sarjana muda di bidang teknik sipil dan bergelar master di bidang studi Islam dari Yerusalem, memuji nilai-nilai Islam yang telah memberinya inspirasi untuk menuntut ilmu di bidang ilmu pengetahuan. Saudara-saudara laki-laki Eman termasuk ayahnya, memberikan dukungan padanya untuk bekerja keras menyelesaikan pendidikannya.

"Dosen-dosen saya laki-laki, para pendukung saya laki-laki, sponsor saya laki-laki. Mereka yakin akan kemampuan saya," ujar Eman.

Data statistik yang baru-baru ini dirilis UNESCO menunjukkan, jumlah lulusan sarjana di bidang ilmu pengetahuan ternyata relatif lebih banyak dari kalangan perempuan Muslim dibandingkan dengan kalangan perempuan Barat. Namun, media Barat pada umumnya, sangat jarang yang mengulas tentang keberhasilan dan pretasi-prestasi positif yang berhasil diraih para Muslimah ini. Dalam beberapa kasus, media massa mengambil keuntungan dari kemampuan tim produksinya untuk memenuhi fantasi-fantasi dan stereotipe yang diinginkan dan berada dalam pikiran kalangan non Muslim. Orang-orang Barat sangat senang dengan stereotipe bahwa Islam menindas kaum perempuannya. Ajaran Islam yang menegaskan tentang persamaan hak dan keadilan bagi kaum perempuan, seringkali dirusak oleh persaingan nilai-nilai budaya Barat yang tidak ada dasarnya dalam kitab suci agama Islam.

Berkaitan dengan kemajuan kaum perempuan Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan, UNESCO dalam laporan hasil kongres internasional bertema 'Peran Kaum Perempuan Muslim dalam Ilmu Pengetahuan Menuju Masa Depan yang Lebih Baik' mengutip pernyataan Raja Maroko, Raja Mohamed VI. Dalam kongres yang diselenggarakan tahun 2000 lalu itu, Raja Mohamed VI mengatakan, ..". perkembangan yang terintegrasi atas prinsip-prinsip Islam dan ilmu pengetahuan harus dicapai terlepas dari persoalan gender."

Kaum perempuan Muslim, sudah banyak yang menjadi pemimpin di lapangan ilmu pengetahuan, menerima sejumlah penghargaan, mendapatkan hak paten dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit di sektor ilmu pengetahuan yang didominasi kaum laki-laki di seluruh dunia. Namun, lagi-lagi mata orang-orang Barat tidak tertuju ke para Muslimah ini, seolah-olah mereka tidak eksis. Sebuah tendensi yang bertujuan agar prestasi kaum perempuan Muslim tidak tereksplorasi dan mendapatkan pujian.

Faktanya, negara semodern AS berada di urutan belakang dari 6 negara Islam dalam hal persentase jumlah kaum perempuan yang menjadi sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan dari total jumlah lulusan sarjana dalam bidang itu. Keenam negara Islam yang jumlah ilmuwan perempuannya melebihi AS antara lain, Bahrain, Brunei Darussalam, Kyrgyzstan, Lebanon, Qatar, dan Turki. Maroko, tercatat sebagai negara yang prosentase jumlah lulusan sarjana wanitanya di bidang enginering lebih besar dibandingkan dengan AS.

Kendala Muslimah di Bidang Pendidikan

Kendala yang dihadapi para muslimah di negara-negara Islam dalam hal pendidikan, pada dasarnya sama dengan kendala yang dihadapi kaum laki-lakinya, yaitu masalah kemiskinan, buta huruf, ketidakstabilan politik dan kebijakan dari negara-negara asing yang kuat. Penjelasan mengenai hal ini bisa dilihat dari data perbandingan total penduduk yang 'berpendidikan' dari seluruh negara yang ada di dunia. Tingkat buta huruf yang tinggi dan rendahnya jumlah penduduk yang mendaftar ke sekolah dasar di negara-negara miskin menyebabkan rendahnya jumlah lulusan sarjana di negara-negara itu dibandingkan dengan negara-negara yang lebih kaya seperti Amerika Utara dan Eropa.

UNESCO dalam laporannya baru-baru ini mendefinisikan negara-negara yang rasio tingkat pendaftaran ke sekolah-sekolah dasarnya tergolong rendah antara lain Afrika (di bawah 40%), Asia Barat (di bawah 60%) dan Asia Timur (di bawah 75%).

Sementara itu, para pakar yang anti Islam, hampir semuanya mengaitkan rendahnya tingkat pendidikan dengan tipe-tipe ajaran agama tertentu.

Lebih lanjut, UNESCO Institute for Statistic (UIS) menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat kekayaan sebuah negara dengan pendidikan rakyatnya. Menurut data UIS, negara-negara yang tingkat pendapatannya tergolong menengah-tinggi dan negara-negara yang tingkat pendapatannya tinggi rasio pendaftaran tingkat sekolah dasarnya diatas 90%. Negara-negara miskin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, "Mengapa sebuah negara menjadi miskin?"

Kalau dikaitkan dengan kekhawatiran bahwa penyebabnya karena keyakinan agama tertentu, dibandingkan dengan persoalan buta huruf, kemiskinan tidak lagi relevan jika dihubung-hubungkan dengan ajaran Islam. Bukti tertulis dalam Islam yang menyatakan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan lak-laki, lebih dari cukup. Persoalannya, banyak orang yang belum menyadari bahwa kemiskinan bisa melampui batas budaya atau agama apa saja..

Meskipun banyak kendala di sektor pendidikan yang dialami negara-negara non Muslim saat ini, dunia Islam mampu bertahan atas serangan-serangan yang mereka alami dalam dekade terakhir ini, yang secara keseluruhan berpengaruh pada keamanan dan kualitas generasi muda Muslim dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam perang di Afghanistan dan Irak, sekolah-sekolah dari semua tingkatan di bombardir dan dihancurkan oleh pasukan militer AS. Layanan kesehatan publik lumpuh, insfrastruktur-infrastruktur dirusak dan tidak diperbaiki kembali.

Di sisi lain, negara-negara maju dan organisasi-organisasi ekonomi internasional seperti World Bank dan IMF, terus memiskinkan negara-negara yang sudah miskin dengan dalih bantuan pinjamannya. Kebusukan mereka terungkap lewat pengakuan John Perkins, seorang ekonom yang menyebut dirinya Economic Hit-Man. Dalam sebuah wawancara di radio, Perkins mengungkapkan bahwa tugasnya adalah membangun Imperium Amerika dengan meningkatkan hutang negara-negara lain dengan cara apapun.

"Imperium itu tidak seperti imperium yang kita kenal dalam sejarah dunia. Imperium ini dibangun melalui manipulasi ekonomi, kelicikan, penyelewengan dan membujuk untuk mengikuti gaya hidup kami, melalui orang-orang yang tugasnya menghancurkan perekonomian sebuah negara. Saya banyak terlibat dalam konspirasi ini," ungkap Perkins.

Dari sini jelas terlihat adanya peran negara-negara besar dan kuat yang sengaja menghambat perkembangan pendidikan rakyat suatu negara dengan memiskinkan negara bersangkutan. Sehingga negara itu tidak mampu lagi membiayai sarana dan prasarana pendidikannya dan rakyatnya yang miskin tidak punya cukup biaya untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang tinggi.

Persoalan Ketidakadilan Gender

Perbedaan prosentase yang besar antara laki-laki dan perempuan yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi memang masih terjadi, tapi hal ini tidak hanya ada di negara-negara Islam saja, karena juga ditemui di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim. Misalnya di Swiss (44%), Rwanda (37%), Korea (36%), Bhutan (34%), Kamboja (29%) dan Liechtenstein (27%).

Di Tunisia, negara yang 98 persen rakyatnya beragama Islam, jumlah wanita yang sekolah sampai ke jenjang yang tinggi, besarnya 5 persen lebih tinggi dari jumlah laki-lakinya. Hal serupa terjadi di Malaysia (55%), Lebanon (54%), Jordania dan Libya (51%). Jumlah wanita Bahrain yang menuntut ilmu ke jenjang tinggi besarnya bahkan lebih besar 6 persen dibandingkan di AS. Dari data ini bisa dikatakan, jika pendidikan adalah kebebasan, maka para Muslimah di Bahrain lebih memiliki kebabasan dibandingkan dengan wanita Amerika.

Fakta lain terungkap, bahwa yang menyebabkan rintangan bagi para Muslimah untuk mengenyam pendidikan tinggi, bukanlah ajaran-ajaran Islam tapi lebih pada kebijkan pemerintah terhadap warganya yang Muslim. Sebagai contoh, apa terjadi di Turki dan Perancis yang membatasi hak-hak warga Muslim dengan dalih sekularisme.

Menurut organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW), pembatasan-pembatasan yang dilakukan termasuk larangan bagi Muslimah yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setiap tahunnya. Dalam laporannya pada tahun 2004 lalu, HRW menyatakan,"Larangan terhadap pilihan seorang wanita (muslimah) dalam berpakaian adalah sebuah diskriminasi dan melanggar hak-hak mereka atas pendidikan, kebebasan berfikir, hati nurani dan agama mereka serta hak-hak pribadi."

Inilah para Muslimah yang Sukses sebagai Ilmuwan

Profesor Samira Ibrahim Islam

UNESCO menominasikan Samira Ibrahim sebagai salah satu ilmuwan kehormatan dalam daftar Ilmuwan Dunia tahun 2000. Wanita asal Arab Saudi ini memberikan banyak konribusi dibidang obat-obatan dan menjabat sejumlah posisi akademis yang penting di negara asalnya serta menjadi duta internasional di Organisasi Kesehatan Dunia-WHO. Ia juga menjadi tokoh pelopor pembangunan infrastruktur pendidikan sejak awal tahun '70an, untuk mendukung kaum perempuan yang ingin belajar science di institusi-institusi pendidikan tinggi di Arab Saudi.

Sameena Shah

Saat ini, Sameena aktif di kegiatan Workshop on Machine Learning Canada, sebuah bengkel kerja berskala internasional. Ia mengembangkan inovasi algoritma dalam proses belajar kognitif melalui komputerisasi. Sameena bersama timnya sudah mengembangkan hasil temuannya di New Delhi, India. Prestasi akademis lain yang pernah dicapainya adalah 'Global Optimizer' yang sedang menunggu untuk dipatenkan. Sameena kini sedang melanjutkan studinya di Delhi untuk gelar Doktor.

Profesor Dr. Bina Shaheen Siddiqui

Dr. Siddiqui sudah memberikan kontribusi yang besar di bidang obat-obatan dan pertanian lewat penelitiannya dan hasil pengklasifikasian yang dilakukannya dalam bidang keanekaragaman materi pembibitan. Ia juga sudah mendapatkan sejumlah paten atas obat-obatan anti kanker dan produk biopestisida hasil penemuannya. Selain itu, ilmuwan Muslimah yang satu ini juga sudah menulis sekitar 250 artikel risetnya dan salah satu pendiri Organisasi Ilmuwan Wanita Negara Ketiga. Atas prestasinya itu, Pakistan Academy of Science memilihnya sebagai 'Fellow'.

Bina Shaheen Siddique mendapatkan gelar PhD. dan Doktor di bidang science dari Universitas Karachi, Pakistan. Sebagai ilmuwan, ia sudah dianugerahi berbagai perhargaan bergengsi seperti Khawarizmi Internasional Award dari negara Iran dan penghargaan Salam Prize untuk bidang kimia.

Catatan sejarah membuktikan adanya kontribusi kaum perempuan Muslim di lapangan ilmu pengetahuan dan kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu, sama seperti halnya kaum laki-laki. Sementara di AS , pada era 1890-an saja, kaum perempuan masih belum bisa menikmati pendidikan tinggi misalnya untuk menjadi dokter.

Sebagai gambaran, berdasarkan data UNESCO tahun 2005, prosentase sarjana wanita bidang sains di negara-negara Islam dibandingkan dengan negara maju seperti AS dan Jepang adalah sebagai berikut: Bahrain 74%, Bangladesh 24%, Brunei Darussalam 49%, Kyrgyzstan 64%, Libanon 47%, Qatar 71% dan Turki 44%. Sementara di AS, hanya 43% dan Jepang 25%. (ln/islamicity)

Saturday, September 23, 2006

Asma` Binti 'Umais

Asma` Binti 'Umais -radhiallaahu 'anha-
(Sumber: www.alsofwah.or.id)


Beliau adalah Asma’ binti Ma`d bin Tamim bin Al-Haris bin Ka`ab Bin Malik bin Quhafah, dipanggil dengan nama Ummu Ubdillah. Beliau adalah termasuk salah satu di antara empat akhwat mukminah yang telah mendapat pengesahan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya: "Ada empat akhwat mukminat yaitu Maimunah, Ummu Fadl, Salma dan Asma" .

Beliau masuk Islam sebelum kaum muslimin memasuki rumah al-Arqam. Beliau adalah istri pahlawan di antara sahabat yaitu Ja`far bin Abi Thalib, sahabat yang memiliki dua sayap sebagaimana gelar yang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikan terhadap beliau. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam manakala ingin mengucapkan salam kepada Abdullah bin Ja`far beliau bersabda: "Selamat atas kamu wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayap (Dzul janahain)."

Asma’ termasuk wanita muhajirah pertama, beliau turut berhijrah bersama suaminya yaitu ja`far bin Abi Thalib menuju Habasyah, beliau merasakan pahit getirnya hidup di pengasingan. Adapun suaminya adalah juru bicara kaum muslimin dalam menghadapi raja Habasyah, an-Najasyi.

Di bumi pengasingan tersebut beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan. Adapun putra beliau yaitu Abdullah sangat mirip dengan ayahnya, sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sehingga hal itu menggembirakan hati beliau dan menumbuhkan perasaan rindu untuk melihat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ja`far: "engkau menyerupai bentuk (fisik)-ku dan juga akhlakku."

Ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bagi para muhajirin untuk bertolak menuju Madinah maka hampir-hampir Asma’ terbang karena girangnya, inilah mimpi yang menjadi kenyataan dan jadilah kaum Muslimin mendapatkan negeri mereka dan kelak mereka akan menjadi tentara-tentara Islam yang akan menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat Allah.

Begitulah, Asma ‘ keluar dengan berkendaraan tatkala hijrah untuk kali yang kedua dari negri Habasyah menuju negeri Madinah. Tatkala rombongan muhajirin tiba di Madinah, ketika itu pula mereka mendengar berita bahwa kaum muslimin baru menyelesaikan peperangan dan membawa kemenangan, takbirpun menggema di segala penjuru karena bergembira dengan kemenangan pasukan kaum Muslimin dan kedatangan muhajirin dari Habsyah.

Ja`far bin Abi Thalib datang disambut oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan gembira kemudian beliau cium dahinya seraya bersabda: "Demi Allah aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakanku, kemenangan khaibar ataukah kedatangan ja`far."

Asma’ masuk ke dalam rumah Hafshah binti Umar tatkala Nabi menikahinya, tatkala itu Umar masuk ke rumah Hafshah sedangkan Asma’ berada di sisinya, lalu beliau bertanya kepada Hafshah, ‘Siapakah wanita ini?” Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma’ binti Umais? Umar bertanya, inikah wanita yang datang dari negeri Habasyah di seberang lautan?’ Asma menjawab, “Benar.” Umar berkata; ‘Kami telah mendahului kalian untuk berhijrah bersama Rasul, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dari pada kalian. “Mendengar hal itu Asma’ marah dan tidak kuasa membendung gejolak jiwanya sehingga beliau berkata: “Tidak demi Allah, kalian bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sedangkan beliau memberi makan bagi yang kelaparan di antara kalian dan mengajarkan bagi yang masih bodoh diantara kalian, adapun kami di suatu negeri atau di bumi yang jauh dan tidak disukai yakni Habasyah, dan semua itu adalah demi keta`atan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam.” Kemudian Asma’ diam sejenak selanjutnya berkata: “Demi Allah aku tidak makan dan tidak minum sehingga aku laporkan hal itu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku sampaikan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, aku akan tanyakan kepada beliau, demi Allah aku tidak berdusta, tidak akan menyimpang dan tidak akan menambah-nambah.”

Tatakala Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam datang, maka berkata Asma’ kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Nabi Allah sesungguhnya Umar berkata begini dan begini.” Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar, “Apa yang telah engkau katakan kepadanya?”. Umar menjawab, “Aku katakan begini dan begini”. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Asma`:

“Tiada seorangpun yang berhak atas diriku melebihi kalian, adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali akan tetapi kalian ahlus safinah (yang menumpang kapal) telah berhijrah dua kali.”

Maka menjadi berbunga-bungalah hati Asma’ karena pernyataan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut lalu beliau sebarkan berita tersebut di tengah-tengah manusia, hingga orang-orang mengerumuni beliau untuk meminta penjelasan tentang kabar tersebut. Asma’ berkata: “Sungguh aku melihat Abu Musa dan orang-orang yang telah berlayar (berhijrah bersama Asma’ dan suaminya) mendatangiku dan menanyakan kepadaku tentang hadits tersebut, maka tiada sesuatu dari dunia yang lebih menggembirakan dan lebih besar artinya bagi mereka dari apa yang disabdakan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam kepada mereka.”

Manakala pasukan kaum muslimin menuju Syam, di antara ketiga panglimanya terdapat suami dari Asma’ yakni Ja`far bin Abi Thalib. Di sana di medan perang Allah memilih beliau di antara sekian pasukan untuk mendapatkan gelar syahid di jalan Allah.

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mendatangi rumah Asma’ dan menanyakan ketiga anaknya, merekapun berkeliling di sekitar Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah mencium mereka dan mengusap kepala mereka hingga kedua matanya melelehkan air mata. Berkatalah Asma’ dengan hati yang berdebar-debar menyiratkan kesedihan, “Demi ayah dan ibuku, apa yang membuat anda menangis? Apakah telah sampai suatu kabar kepada anda tentang Ja`far dan sahabatnya?” Beliau menjawab, “Benar, dia gugur hari ini.”

Tidak kuasa Asma’ menahan tangisnya kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menghiburnya dan berkata kepadanya: “Berkabunglah selama tiga hari, kemudian berbuatlah sesukamu setelah itu.”

Selanjutnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anggota keluarga beliau: “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja`far, karena telah datang peristiwa yang menyibukkan mereka.”

Tiada yang dilakukan oleh wanita mukminah ini melainkan mengeringkan air mata, bersabar dan berteguh hati dengan menghaarapkan pahala yang agung dari Allah. Bahkan sewaktu malam beliau bercita-cita agar syahid sebagimana suaminya. terlebih lebih tatkla beliau mendengar salah seorang laki-laki dari Bani Murrah bin Auf berkata: "Tatkala perang tersebut, demi Allah seolah-olah aku melihat Ja`far ketika melompat dari kudanya yang berwarna kekuning-kuningan kemudian beliau berperang hingga terbunuh. Beliau sebelum terbunuh berkata:

'Wahai jannah (surga) yang aku dambakan mendiaminya
harum semerbak baunya, sejuk segar air minumnya
tentara Romawi menghampiri liang kuburnya
terhalang jauh dari sanak keluarganya
kewajibankulah menghantamnya kala menjumpainya.'

Kemudian Ja`far memegang bendera dengan tangan kanannya tapi dipotonglah tangan kanan beliau, kemudian beliau membawa dengan tangan kirinya, akan tetapi dipotonglah tangan kirinya, selanjutnya beliau kempit di dadanya dengan kedua lengannya hingga terbunuh."

Asma` mendapatkan makna dari sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang pernah berkata kepada anaknya: "Assalamu`alaikum wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayab."

Rupanya Allah menggantikan kedua tangan Ja`far yang terputus dengan dua sayap yang dengannya beliau terbang di jannah sekehendaknya. Seorang ibu yang shalihah tersebut tekun mendidik ketiga anaknya dan membimbing mereka agar mengikuti jejak yang telah ditempuh oleh ayahnya yang telah sayahid, serta membiasakan mereka dengan tabi`at iman.

Belum lama berselang dari waktu tersebut Abu Bakar Ash-Shidiq datang untuk meminang Asma` Binti Umais setelah wafatnya istri beliau Ummu Rumaan. tiada alasan lagi bagi Asma` menolak pinangan orang seutama Abu Bakar Ash Shidiq, begitulah akhirnya Asma` berpindah ke rumah Abu Bakar Ash Shidiq untuk menambah cahaya kebenaran dan cahaya iman dan untuk mencurahkan cinta dan kesetiaan di rumah tangganya.

Setelah sekian lama beliau malangsungkan pernikahan yang penuh berkah, Allah mengaruniai kepada mereka berdua seorang anak laki-laki. Mereka ingin melangsungkan haji wada`, maka Abu Bakar menyuruh istrinya untuk mandi dan meyertai haji setelah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam memintanya. Kemudian Asma` menyaksikan peristiwa demi peristiwa yang besar, namun peristiwa yang paling besar adalah wafatnya pemimpin anak Adam dan terputusnya wahyu dari langit. Kemudian beliau juga menyaksikan suaminya yakni Abu Bakar memegang tampuk kekhalifahan bagi kaum muslimin sehingga suaminya merampungkan problematika yang sangat rumit seperti memerangi orang murtad, memerangi orang-orang yang tidak mau berzakat serta mengirim pasukan Usamah dan sikapnya yang teguh laksana gunung tidak ragu -ragu dan tidak pula bimbang, demikian pula beliau menyaksikan bagaimana pertolongan Allah diberikan kepada kaum muslimin dengan sikap iman yang teguh tersebut.

Asma` senantiasa menjaga agar suaminya senantiasa merasa senang dan beliau hidup bersama suminya dengan perasaan yang tulus turut memikul beban bersama suaminya dalam urusan umat yang besar.

Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama sebab khalifah Ash-Shidiq sakit dan semakin bertambah parah hingga keringat membasahi pada bagian atas kedua pipi beliau. Ash-Shidiq dengan ketajaman perasaan seorang mukmin yang shiddiq merasakan dekatnya ajal beliau sehingga beliau bersegera untuk berwasiat. Adapun di antara wasiat beliau adalah agar beliau dimemandikan oleh istrinya Asma` binti Umais, di samping itu beliau berpesan kepada istrinya agar berbuka puasa yang mana beliau berkata: "Berbukalah karena hal itu membuat dirimu lebih kuat."

Asma` merasa telah dekatnya wafat beliau sehingga beliau membaca istirja` dan memohon ampun sedangkan kedua mata beliau tidak berpaling sedikitpun dari memandang suaminya yang ruhnya kembali dengan selamat kepada Allah. Hal itu membuat Asma` meneteskan air mata dan bersedih hati, akan tetapi sedikitpun beliau tidak mengatakan sesuatu melainkan yang diridhai Allah Tabaraka Wa Ta`ala, beliau tetap bersabar dan berteguh hati.

Selanjutnya beliau menunaikan perkara penting yang diminta oleh suaminya yang telah tiada, karena beliau adalah orang yang paling bisa dipercaya oleh suaminya. Mulailah beliau memandikan suaminya dan hal itu menambah kesedihan dan kesusahan beliau sehingga beliau lupa terhadap wasiat yang kedua. Beliau bertanya kepada para muhajirin yang hadir, "Sesungguhnya aku sedang berpuasa, namun hari ini adalah hari yang sangat dingin, apakah boleh bagiku untuk mandi?" mereka menjawab, "Tidak."

Di akhir siang sesuai dimakamkannya Ash-Shidiq tiba-tiba Asma` binti Umais ingat wasiat suaminya yang kedua yakni agar beliau berbuka (tidak melanjutkan shaum). Lantas apa yang hendak dilakukannya sekarang? sedangkan waktu hanya tinggal sebentar lagi, menunggu matahari tenggelam dan orang yang shaum diperbolehkan untuk berbuka? apakah dia akan menunggu sejenak saja untuk melanjutkan shaumnya?

Kesetiaan terhadap suaminya telah menghalangi beliau untuk mengkhianati wasiat suaminya yang telah pergi, maka beliau mengambil air dan minum kemudian berkata: "Demi Allah aku tidak akan melanggar janjinya hari ini."

Setelah kepergian suaminya, Asma` melazimi rumahnya dengan mendidik putra-putranya baik dari Ja`far maupun dari Abu Bakar, beliau menyerahkan urusan anak-anaknya kepada Allah dengan memohon kepada-Nya untuk memperbaiki anak-anaknya dan Allahpun memperbaiki mereka hingga mereka menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Inilah puncak dari harapan beliau di dunia dan beliau tidak mengetahui takdir yang akan menimpa beliau yang tersembunyi di balik ilmu Allah.

Dialah Ali bin Abi Thalib saudara dari Ja`far yang memiliki dua sayap mendatangi Asma` untuk meminangnya sebagai wujud kesetiaan Ali kepada saudaranya yang dia cintai yaitu Ja`far begitu pula Abu Bakar Ash Shidiq.

Setelah berulang-ulang berfikir dan mempertimbangkannya dengan matang maka beliau memutuskan untuk menerima lamaran dari Abi Thalib sehingga kesempatan tersebut dapat beliau gunakan untuk membantu membina putra-putra saudaranya Ja`far. Maka berpindahlah Asma` ke dalam rumah tangga Ali setelah wafatnya Fatimah Az Zahra dan ternyata beliau juga memiliki suami yang paling baik dalam bergaul. Senantiasa Asma` memiki kedudukan yang tinggi di mata Ali hingga beliau sering mengulang-ulang di setiap tempat, "Di antara wanita yang memiliki syahwat telah menipu kalian, maka aku tidak menaruh kepercayaan di antara wanita melebihi Asma` binti Umais”.

Allah memberikan kemurahan kepada Ali dengan mangaruniai anak dari Asma` yang bernama Yahya dan Aunan, berlalulah hari demi hari dan Ali menyaksikan pemandangan yang asing yakni putra saudaranya Ja`far sedang berbantahan dengan Muhammad bin Abu Bakar dan masing-masing membanggakan diri dari yang lain dengan mengatakan, "Aku lebih baik dari pada kamu dan ayahku lebih baik dari pada ayahmu." Ali tidak mengetahui apa yang mereka berdua katakan? Dan bagaimana pula memutuskan antara keduanya karena beliau merasa simpati dengan keduanya? Maka tiada yang dapat beliau lakukan selain memanggil ibu mereka yakni Asma` kemudian berkata: "Putuslah antara keduanya! "Dengan pikirannya yang tajam dan hikmah yang mendalam beliau berkata: "Aku tidak melihat seorang pemuda di Arab yang lebih baik dari pada Ja`far dan aku tidak pernah melihat orang tua yang lebih baik dari pada Abu Bakar." Inilah yang menyelesaikan urusan mereka berdua dan kembalilah kedua bocah tersebut saling merangkul dan bermain bersama, namun Ali merasa takjub dengan bagusnya keputusan yang diambil Asma` terhadap anak-anaknya, dengan menatap wajah istrinya, beliau berkata: "Engkau tidak menyisakan bagi kami sedikitpun wahai Asma`?" Dengan kecerdasan yang tinggi dan keberanian yang luar biasa ditambah lagi adab yang mulia beliau berkata: Di antara ketiga orang pilihan, kebaikan anda masih di bawah kebaikan mereka."

Ali tidak merasa asing dengan jawaban istrinya yang cerdas, maka beliau berkata dengan kesatria dan akhlaq yang utama berkata: "Seandainya engkau tidak menjawab dengan jawaban tersebut niscaya aku cela dirimu."

Akhirnya kaum mislimin memilih Ali sebagai Khalifah setelah Utsman bin Affan, maka untuk kedua kalinya Asma` menjadi istri bagi seorang khalifah yang kali ini adalah Khalifah Rasyidin yang ke empat, semoga Allah meridhai mereka semua.

Asma` turut serta memikul tanggung jawab sebagai istri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang besar. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja`far dan Muhammad bin Abu Bakar berdiri disamping ayahnya dalam rangka membela kebenaran. Kemudian setelah berselang beberapa lama wafatlah putra beliau Muhammad bin Abu Bakar dan musibah tersebut membawa pengaruh yang besar pada diri beliau, akan tetapi Asma` seorang wanita mukminah tidak mungkin meyelisihi ajaran Islam dengan berteriak-teriak dan meratap dan hal lain-lain yang dilarang dalam Islam. Tiada yang beliau lakukan selain berusaha bersabar dan memohon pertolongan dengan sabar dan shalat terhadap penderitaan yang beliau alami. Asma` selalu memendam kesedihannya hingga payudaranya mengeluarkan darah.

Belum lagi tahun berganti hingga bertambah parah sakit beliau dan menjadi lemah jasmaninya dengan cepat kemudian beliau meninggal dunia. Yang tinggal hanyalah lambang kehormatan yang tercatat dalam sejarah setelah beliau mengukir sebaik-baik contoh dalam hal kebijaksanaan, kesabaran dan kekuatan.

(Diambil dari buku ‘Mengenal Shabiah Nabi’, terbitan Penerbit at-Tibyan, dengan sedikit penambahan atau pengurangan)

Tuesday, September 19, 2006

Tips Rambut Berjilbab Tetap Sehat

Oleh: Yulian Dian

(Sumber: www.detik.com)

Jakarta, Bagi anda yang sering menutupi rambut dengan jilbab, topi atau sejenisnya kesehatan rambut harus anda perhatikan. Udara yang minimalis dalam jilbab ternyata bisa merusak rambut anda. Untuk itu simak tips berikut ini:

1. Pilihlah kerudung atau jilbab dari bahan yang mudah menyerap keringat. Seperti katun atau kaos. Bahan kain yang mudah menyerap keringat dan berpori-pori besar sangat berguna untuk memudahkan sirkulasi udara di kepala.

2. Anda suka model kerudung modern. Boleh saja anda mengkreasikan model kerudung anda hingga berlapis-lapis. Tapi ingat jangan lebih dari 4 helai ya. Semakin tebal kerudung anda, makin sulit rambut anda bernafas.

3. Hindari menggunakan lapisan kerudung dengan terlalu sering dan kencang. Selain membutat rambut sulit bernafas, hal ini juga berpotensi untuk membuat kulit kepala lembab.

4. Jika hendak menggunakan jilbab lebih baik anda mengurai rambut anda atau jangan mengikatnya terlalu kencang. Untuk menghindari rambut yang digulung sebaiknya jangan biarkan rambut anda penjang melebihi 60 cm.

5. Hindari warna gelap untuk kerudung atau jilbab. Warna gelap mudah menyerap matahari. Jika aktivitas anda lebih banyak di bawah sinar matahari lebih baik pilih warna lembut atau putih.

6. Jangan terlalu sering mengikat kerudung anda di bagian leher. Udara yang keluar masuk ke rambu anda akan semakin menipis jika anda mengikat kerudung di leher. Kerudung sebaiknya dilepas hingga bagian tepinya menjuntai agar rambut muda bernafas.(yla)

Monday, September 11, 2006

Wear a Hijab Day untuk Mengenang Alia Ansari

(Sumber: eramuslim.com)

Komunitas Muslim di AS akan menggelar aksi mengenakan jilbab atau "Wear a Jihab Day" pada tanggal 13 November mendatang, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan terhadap Alia Ansari, ibu dari enam anak yang tewas dibunuh bulan Oktober kemarin.

Alia Ansari tewas ditembak oleh orang tak dikenal, ketika dalam perjalanan untuk menjemput anak-anaknya pulang dari sekolah pada tanggal 19 Oktober lalu, di kawasan pemukiman Glenmoor, Fremont, California. Ia ditembak di depan anak perempuannya yang masih berusia 3 tahun, tidak begitu jauh dari rumahnya.

Kasus pembunuhan itu menjadi perhatian masyarakat. Anggota keluarga Ansari dan sejumlah pemuka Muslim menduga, satu-satunya motif orang yang membunuh Ansari adalah busana Muslimah dan jilbab yang dikenakannya. Pembunuhan itu tidak lain adalah kejahatan karena kebencian terhadap Muslim dan Islam.

"Siapapun pelakunya, tidak melihat bahwa Alia Ansari adalah seorang ibu dari enam anak," kata Syeikh Hamza Yusuf, seorang pemuka Islam terkemuka di California.

"Pelaku penembakan melihat sebuah simbol yang oleh banyak orang dianggap harus dibenci," sambungnya pada para wartawan yang berkerumum di depan rumah Ansari.

Peristiwa penembakan itu terjadi saat Alia sedang berjalan sambil bercengkerama dengan anaknya antara Central Avenue dan Glenmore Drive di Fremont. Ibu enam anak itu tewas seketika ketika seorang laki-laki tak dikenal melepaskan satu tembakan tepat ke kepala Alia.

Sebagai merespon tragedi yang menimpa Alia, para pemuka Muslim di AS dan organisasi Foundation of Self-Reliance akan menggelar aksi "Wear a Hijab Day."

"Ide Wear a Hijab Day didorong oleh rasa kepedulian masyarakat, khususnya kaum perempuan yang berasal dari etnis dan ras yang berbeda-beda di Fremont, California yang ingin merespon secara simbolik dan kolektif peristiwa tragis yang menimpa Alia Ansari. Mereka datang pada saya dengan pertanyaan-pertanyaan; apa yang bisa dan harus dilakukan," kata Direktur Eksekutif Foundation for Self-Reliance, mengomentari aksi Wear a Hijab Day seperti dikutip Arab News.

Selain menggelar aksi, mereka juga akan menggalang dana untuk membantu enam anak Alia yang usianya antara 2-13 tahun serta suaminya. Informasi penggalangan dana ini bisa diakses di situs Foundation for Self-Reliance, www.efsr.org.

Yayasan itu merekomendasikan warga masyarakat yang akan ikut serta dalam aksi Wear a Hijab Day mengenakan baju lengan panjang dan longgar, celana panjang atau rok panjang yang longgar serta mengenakan jilbab lebar atau selendang yang menutupi kepala, leher dan bahu. (ln/arabnews)