Tuesday, January 27, 2009

Wanita Shalihah

(Sumber: Friendster Bulletinboard)

Wanita shalihah...
Ia merupakan sosok makhluk lembut yang menjadi idaman bagi setiap muslim yang shaleh. Karena pada dirinya terdapat perhiasan terindah di dunia ini sebagaimana disinyalir oleh Sang pembawa kabar gembira Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalehah”.

Lantas seperti apasih wanita shalehah itu???

Wanita shalehah adalah wanita yang benar-benar mengahambakan diri kepada Allah dan beribadah hanya kepadaNya. Ia menjauhkan diri dari perbuatan syirik baik kecil apalagi besar, tidak menyembah kecuali kepada Allah, tidak minta kepada kuburan atau pohon beringin, tidak memberi sesaji kepada Ratu Laut Selatan atau ratu-ratu lainnya, tidak kedukun, nggak make jimat dan banyak lagi perbuatan syirik yang dapat meluluh lantakan amal shaleh Allah berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-nabi sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tetulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sambah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur'”.

Lebih gawat lagi Allah tidak akan mengampuni dosa syirik sebagaimana termaktub dalam firmanNya yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa saj yang di kehendakiNya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka ia telah tesesat sejauh-jauhnya”.(QS 4 : 116)

Wanita shalehah adalah wanita yang taat, patuh dan berbakti kepada kedua orang tuanya, Allah SWT menyelaraskan perintah beribadah hanya kepadanya dengan perintah berbuat baik dengan orang tua. Perhatiakan firman Allah dalam Qs Al-Israa’ ayat 23-24 yang artinya: “Dan Tuhanmu telah memrintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka da n ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Lihat juga Qs 31 : 13-15

Wanita shalihah adalah wanita yang menjadikan shalat sebagai kebahagian tersendiri baginya, seperti yang dilalkukan oleh idolanya, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa’i dari Anas Ra: “Dan kujadikan shalat sebagai permata hatiku”. Ia tidak lalai mendirikan shalat tepat pada waktunya, khusu’ dalam shalat-shalatnya, gemar berpuasa dan bersedekah, sungguh- sungguh dalam do’anya antara takut dan penuh harap.

Wanita shalehah
Jilbab adalah pakaiannya, busana muslimah yang menutup rapat seluruh auratnya, pakaian yang disyariatkan oleh Sang Penguasa jagad raya kepadanya. Allah berfirman yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: 'hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Jilbab adalah syi’ar islam, hanya jilbab yang menjadi pembeda antara muslimah dan wanita kafir di tempat umum. Wanita shalehah tahu apapun yang disyari’atkan Allah kepada manusia, tidak lain untuk kebaikan mereka.

Wanita shalehah...
Dalam dirinya terkumpul kebaikan akhlak, adab baginya lebih baik dari zahab (emas), penghias bibirnya adalah zikrullah dan bacaan Al-Qur’an, pemerah pipinya adalah rasa malu, eye shadawnya gahdul bashar dan ia selalu menjaga kesuciannya sebagai aplikasi dari firman Allah yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudungnya kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasanya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudar- saudara leleki mereka, atau putra- putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak memiliki keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung'”. (Qs 24 : 31).

Ia juga menjaga dirinya dari sentuhan laki-laki yang bukan muhrim, baik melalui bersalaman apalagi diraba-raba. (Iiii ngeriii). Rasul SAW bersabda yang artinya : “Sekiranya ditusukkan jarum besi ke kepala salah seorang diantara kamu, itu lebih baik dari pada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. (HR At-Thabroni dan Baihaqi dari mi’qol bin yasaar)

Wanita shalehah adalah wanita yang terdidik dengan tarbiyah islamiyah, terus memperdalam ilmu syar’i, aktif dalam kegiatan dakwah beramar makruf nahi mungkar.

Wanita shalehah...
Ia senantisa berusaha menghindari ikhtilat, berkhalwat, apalagi pacaran. Pacaran? makhluk apaan tuh? Tidak la yau. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Tidaklah laki-laki dan perempuan berkhalwat (berdua-duaan) kecuali yang ketiganya adalah setan”.(Hr Tirmizi)

Wanita shalehah...
Hari-hari libur dari ritualnya ia ganti dengan dangan hal-hal yang bermanfaat, membaca buku-buku islam, mendengar kaset-kaset ceramah, memperbanyak sedekah dan lain sebagainya.

Pendeknya, wanita shalehah adalah sosok wanita yang taat melaksanakan perintah Allah, sungguh- sungguh terhadap kewajiban dan hirs terhadap nawafil, sehingga ia dapat menggapai cintaNya sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits qudsy yang dirwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abi Hurairah yang artinya: Rasul bersabda: "Allah berfirman: 'Barang siapa yang menjadikan selain Ku sebagai sekutu, Aku telah mengizinkan agar ia diperangi, tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih dari yang Aku wajibkan, dan hambaku itu selalu mendekatkan diri kepadaKu dengan nawafil (amalan sunnah) sehingga Aku mencintainya, apabila Aku telah mencintainya, Akulah pendengaranya yang ia gunakan untuk m endengar dan pengelihatannya yang ia gunakan untuk melihat dan tangannya yang ia gerakan dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan, apabila ia meminta kepadaKu niscaya Aku beri dan apabila ia meminta perlindungan niscaya Aku lindungi.'" (Hr Bukhary)

Dan meninggalkan laranganNya, berusaha menghindari yang makhruh dan sungguh-sungguh menjauhi yang haram. Namun bukan berarti ia tak pernah melakukan kesalahan dan dan luput dari perbuatan dosa, tidak, karena tidak ada di muka bumi ini orang yang tak penah berdosa sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW yang artinya: “Setiap anak Adam pernah melakukan perbuatan dosa, dan sebaik-baiknya orang yang yang berbuat dosa adalah orang-orang yang bertaubat”. Sebagai manusia biasa, ia terkadang terjerumus pada perbuatan maksiat, akan tetapi ia akan cepat bertaubat dari kesalahannya tersebut dan bersegera menuju ampunan Allah sebagaimana termaktub dalam firmanNya yang artinya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapalagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Qs 3 : 135).

Seluruh hari-harinya adalah ibadah, praktis dari bangun tidur sampai tidur lagi dipenuhi dengan ibadah, no time withouth ibadah begitulah mottonya. Maka jadilah ia seorang muslimah yang berakidah bener, ibadah seeur, akhlak bageur, berbadan seger dan otaknya pun pinter. So pemuda muslim akan ngiler, trus ngincer untuk selanjut nguber. Nah lho.....

Wanita shalehah...
Ketika di khitbah oleh seorang muslim yang shaleh dan multazim, ia tidak menolaknya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Jika datang kepadamu (mengkhitbah) orang yang kamu ridha dien dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia, bila tidak, akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar”. Ia memprioritaskan dua syarat dien dan akhlak, namun tidak terlalu ghulu (berlebihan) dalam menyaring dan menentukan pilihan, sebab ia tahu tidak ada orang zaman sekarang yang imannya setaraf dengan Abu Bakar atau Umar. Cukuplah baginya pemuda yang shaleh dan multazim, itulah yang ia nantikan.

Suami, ah gadis mana yang tidak mengenangkan suami, pendamping dan pasangan hidup, yang akan memberikan kebahagiaan dan keceriaan? Rasanya semua gadis mengimpikannya. Akan dinantinya saat-saat kedatangan sang pujaan hati dengan debar bahagia di dada, dengan rona memerah dipipi, terlambunglah angan dan teruntailah harapan: “Akankah kumiliki suami idaman nan shaleh? Suami yang dapat dijadikan tempat berbagi, tempat belajar, tempat mencurahkan isi hati , tempat bermanja, juga tempat menyerahkan ketaatan agar tercapai ridha Ilahi, suami yang menjadi qowam yang dapat menggandeng tangan pasangannya menuju syurga Allah, suami yang menjadi teladan, suami yang menjadi pendidik, suami yang menjadi kecintaan, aah pantas kiranya tak boleh sembar angan memilih suami...

Wanita shalehah...
Saat memasuki jenjang pernikahan, terbetik azam dalam hatinya, untuk mengoptimalkan diri dalam mencurahkan ketaatan kepada suaminya, terngiang di telinganya nasehat seorang ibu Umamah binti Harits kepada putrinya dimalam pernihkahan sang putri tercinta:

“Wahai putriku tersayang… Sesungguhnya nasehat ini jika ditinggalkan karena keagungan adab maka kutinggalkan ia untukmu. Nasehat ini merupakan peringatan bagi orang yang lalai (lupa) dan petunjuk bagi yang berakal, jika seorang wanita tidak butuh terhadap pernikahan, niscaya kedua orang tuanya lebih tidak membutuhkannya, akan tetapi keduanya sangat membutuhkannya, karena wanita diciptakan untuka lelaki dan laki-laki diciptakan untuk wanita.

Putriku sayang... kini engkau akan berpisah dari udara dan dunia remaja yang akupun telah melaluinya. Kini engkau akan menjalani hidup baru yang juga pernah kujalani, menuju
kehidupan yang belum engkau ketahui dan teman yang belum engkau pahami, dia akan menjadi raja dan pelindung bagimu. Jadilah engkau budaknya, niscaya dia akan menjadi budak yang
dekat denganmu, ingat dan peliharalah sepuluh point yang akan menjadi modal dan simpanan bagimu.

Yang pertama dan kedua adalah: Tunduk berkhidmat kepadanya disertai dengan qona’ah. Memperhatikan ucapannya disertai dengan to’ah (taat).

Yang ketiga dan ke empat: menjaga persaan mata dan hidungnya, jangan sampai matanya
melihat sesuatu yang jelek darimu dan jangan tercium olehnya kecuali sesuatu yang harum dan
wangi.

Adapun yang kelima dan enam: perhatikanlah watu makan dan tidurnya, karena rasa lapar dapat menimbulkan emosi dan kurang tidur bisa mengundang amarah.

Yang ke tujuh dan delapan: menjaga hartanya serta menaruh hormat terhadap keluarganya,
aturlah hartanya dengan baik dan pergauilah keluarganya sebaik mungkin.

Dan yang ke sembilan dan sepuluh: jangan engkau maksiat dan menentangnya, jangan pula engkau beberkan rahasianya, bila engkau menentangnya maka engkau telah mengobarkan kemarahannya dan jika engkau membeberkan rahasianya niscaya engkau tidak akan merasa aman akan kepergiannya. Kemudian jangan sampai engkau menampakkan kegembiraan jika ia sedang bersedih dan jangan pula menampakkan kesedihan bila ia sedang gembira.

Wanita shalehah...
Ia tahu bahwa kehidupan rumah tangga tidak melulu berjalan mulus, berbentangkan permadani. Kehidupan rumah tangga tak ubahnya sebuah kapal yang berlayar di tengah samudra, terkadang tenang dengan ombak dan riak-riak kecil, namun dilain waktu angin kencang melanda, badai menghantam, ombak bergulung seakan ingin menenggelamkan kapal dan seluruh isinya. Saat seperti itulah peranan suami istri teruji, jika mereka kompak, bahu-membahu dengan saling pengertian, InsyaAllah biduk akan selamat sampai ketepian.

Wanita shalehah...
Ia menjadi sesuatu yang paling berharga bagi suaminya setelah ketakwaannya kepada Allah, bila dipandang oleh sang suami menimbulkan rasa bahagia dihati. Sebagaimana termaktub dalam sebuah hadits yang artinya: “tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang muslim setelah takwa kepada Allah dan lebih baik baginya selain dari istri yang shalehah, apabila ia memerintahnya dia akan mentaatinya, jika ia melihat kepadanya dia membahagiakannya, jika bersumpah kepadanya dia menepatinya dan bila ia tidak berada di dekatnya dia menjaga dirinya juga harta suaminya”. (HR Ibnu Majah).

Ia tidak memasukkan lelaki kerumahnya tanpa seizin sang suami dan selalu menjaga harga diri dan kepercayaan suaminya. Allah berfirman yang artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan kerena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka”. (Qs 4 : 34).

Ia selalu ridha dengan apa yang diberikan suami, betapapun kecilnya pemberian itu dan tidak pernah menuntut sesuatu yang tidak tergapai oleh penghasilan sang suami.

Wanita shalehah...
Ia sabar saat-saat sang suami meninggalkannnya untuk menuntut ilmu, mencari rizki, atau kepentingan dakwah dan menyambut kepulangan suami dengan senyum mengembang dan wajah ceria.

Wanita shalehah...
Apabila suaminya dilanda futur, semangatnya mengendur, ia tampil menegur “Mas kok loyo”, memberikan motivasi dan mengobarkan semangat juangnya.

Wanita shalehah...
Ia selalu melahirkan generasi robbani, mengenalkan putra-putrinya kepada Allah sejak dini, bahkan sebelum sang anak itu terlahir kedunia. Mengasuhnya dengan sabar dan penuh keibuan, mendidiknya dengan pendidikan islami, mengajari Sunnah-sunnah Nabi, akhlakul karimah dan lain sebagainya. Ibu adalah madrasatul Ula bagi putra-putrinya.

Dengan demikian ia akan menjadi mar’ah shalehah, zaujah muti’ah dan ummu madrasah. Singkatnya, wanita shalehah adalah gambaran sosok hamba Allah, pengikut Rasul, anak, istri, ibu dan anggota masyarakat yang baik dan menjadi uswah hasanah bagi orang lain.

Indah nian alunan nasyid yang berbunyi: “Sungguh indah permata dunia, intan mutu manikam, emas dan berlian yang memikat hati. Namun tiada seindah bunga wanita shalehah harapan agama...

Demikianlah beberapa sifat dan karakter wanita shalehah yang menjadi dambaan setiap muslimah.

Akankah aku mendapatkannya?

Monday, January 26, 2009

Pribadi Berdzikir

Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Ilham
dalam album Tausiyah Dzikir & Nasyid, 2004.



Pribadi berdzikir
Zikir menjadi kepribadiannya
Alloh tujuannya
RasuluLlah Saw teladan dalam hidupnya
Dunia inipun menjadi surga sebelum surga sebenarnya
Bumi menjadi mesjid baginya
Rumah, kantor bahkan hotel sekalipun menjadi musholla baginya
Tempat ia berpijak meja kerja, kamar tidur hamparan sajadah baginya
Kalo dia bicara, bicaranya dakwah
Kalo dia berdiam, diamnya berzikir
Napasnya tasbih
Matanya pernuh rahmat Alloh, penuh kasih sayang
Telinganya terjaga
Pikirannya baik sangka, tidak sinis, tidak pesimis dan tidak suka
memvonis
Hatinya SubhanaLlah diam-diam berdoa
Doanya diam-diam
Tangannya bersedekah
Kakinya berjihad
ia tidak mau melangkah sia-sia
kekuatannya silaturahim
Kerinduannya tegaknya syariat Alloh
Kalo memang haq tujuannya, maka sabar dan kasih sayang strateginya
Asma amanina cita-cita tertinggi teragung syahid di jalan Alloh
Dan..
Sungguh menarik
Kesibukannya ia hanya asyik memperbaiki dirinya
Tidak tertarik mencari kekurangan apalaagi aib orang lain

Hadirilah majelis-majelis zikir
Raihlah kepribadian berzikir
Dengan selalu hadir menikmati hidangan hidayah Alloh terlezat…
ZikruLlah

Khaulah Binti Tsa’labah

Khaulah Binti Tsa’labah
Wanita Yang Aduannya Didengar Allah Dari Langit Ketujuh

(Sumber: www.alsofwah.or.id)


Beliau adalah Khaulah binti Tsa`labah bin Ashram bin Fahar bin Tsa`labah Ghanam bin ‘Auf. Beliau tumbuh sebagai wanita yang fasih dan pandai. Beliau dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit r.a yang beliau menyertai perang Badar dan perang Uhud dan mengikuti seluruh perperangan yang disertai Rasulullah saw. Dengan Aus inilah beliau melahirkan anak laki-laki yang bernama Rabi`.

Khaulah binti Tsa`labah mendapati suaminya Aus bin Shamit dalam masalah yang membuat Aus marah, dia berkata, "Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku." Kemudian Aus keluar setelah mengatakan kalimat tersebut dan duduk bersama orang-orang beberapa lama lalu dia masuk dan menginginkan Khaulah. Akan tetapi kesadaran hati dan kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak hingga jelas hukum Allah terhadap kejadian yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah Islam. Khaulah berkata, "Tidak…jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya, engkau tidak boleh menjamahku karena engkau telah mengatakan sesuatu yang telah engkau ucapkankan terhadapku sehingga Allah dan Rasul-Nya lah yang memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita.

Kemudian Khaulah keluar menemui Rasulullah saw, lalu dia duduk di hadapan beliau dan menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya. Keperluannya adalah untuk meminta fatwa dan berdialog dengan nabi tentang urusan tersebut. Rasulullah saw bersabda, "Kami belum pernah mendapatkan perintah berkenaan urusanmu tersebut… aku tidak melihat melainkan engkau sudah haram baginya.”

Wanita mukminah ini mengulangi perkatannya dan menjelaskan kepada Rasulullah saw apa yang menimpa dirinya dan anaknya jika dia harus cerai dengan suaminya, namun rasulullah saw tetap menjawab, "Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya".

Sesudah itu wanita mukminah ini senantiasa mengangkat kedua tangannya ke langit sedangkan di hatinya tersimpan kesedihan dan kesusahan. Pada kedua matanya nampak meneteskan air mata dan semacam ada penyesalan, maka beliau menghadap kepada Yang tiada akan rugi siapapun yang berdoa kepada-Nya. Beliau berdo’a, "Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepada-Mu tentang peristiwa yang menimpa diriku".

Alangkah bagusnya seorang wanita mukminah semacam Khaulah, beliau berdiri di hadapan Rasulullah saw dan berdialog untuk meminta fatwa, adapun istighatsah dan mengadu tidak ditujukan melainkan untuk Allah Ta`ala. Ini adalah bukti kejernihan iman dan tauhidnya yang telah dipelajari oleh para sahabat kepada Rasulullah saw.

Tiada henti-hentinya wanita ini berdo`a sehingga suatu ketika Rasulullah saw pingsan sebagaimana biasanya beliau pingsan tatkala menerima wahyu. Kemudian setelah Rasulullah saw sadar kembali, beliau bersabda, "Wahai Khaulah, sungguh Allah telah menurunkan al-Qur`an tentang ditimu dan suamimu kemudian beliau membaca firman-Nya (artinya), "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan [halnya] kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat,…sampai firman Allah: "dan bagi oranr-orang kafir ada siksaan yang pedih."(Al-Mujadalah:1-4)

Kemudian Rasulullah saw menjelaskan kepada Khaulah tentang kafarat (tebusan) Zhihar:

Nabi : Perintahkan kepadanya (suami Khansa`) untuk memerdekan seorang budak

Khaulah : Ya Rasulullah dia tidak memiliki seorang budak yang bisa dia merdekakan.

Nabi : Jika demikian perintahkan kepadanya untuk shaum dua bulan berturut-turut

Khaulah : Demi Allah dia adalah laki-laki yang tidak kuat melakukan shaum.

Nabi : Perintahkan kepadanya memberi makan dari kurma sebanyak 60 orang miskin

Khaulah : Demi Allah ya Rasulullah dia tidak memilikinya.

Nabi : Aku bantu dengan separuhnya

Khaulah : Aku bantu separuhnya yang lain wahai Rasulullah.

Nabi : Engkau benar dan baik maka pergilah dan sedekahkanlah kurma itu sebagai kafarat baginya, kemudian bergaulah dengan anak pamanmu itu secara baik.” Maka Khaulah pun melaksanakannya.

Inilah kisah seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada pemimpin anak Adam a.s yang mengandung banyak pelajaran di dalamnya dan banyak hal yang menjadikan seorang wanita yang mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan bangga dan perasaan mulia dan besar perhatian Islam terhadapnya.

Ummul mukminin Aisyah ra berkata tentang hal ini, "Segala puji bagi Allah yang Maha luas pendengaran-Nya terhadap semua suara, telah datang seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada Rasulullah saw, dia berbincang-bincang dengan Rasulullah saw sementara aku berada di samping rumah dan tidak mendengar apa yang dia katakan, maka kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah…" (Al-Mujadalah: 1)

Inilah wanita mukminah yang dididik oleh Islam yang menghentikan Khalifah Umar bin Khaththab r.a saat berjalan untuk memberikan wejangan dan nasehat kepadanya. Beliau berkata, "Wahai Umar aku telah mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada di pasar Ukazh engkau mengembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah hari demi hari sehingga memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu, ketahuilah barangsiapa yang takut akan siksa Allah maka yang jauh akan menjadi dekat dengannya dan barangsiapa yang takut mati maka dia kan takut kehilangan dan barangsiapa yang yakin akan adanya hisab maka dia takut terhadap Adzab Allah." Beliau katakan hal itu sementara Umar Amirul Mukminin berdiri sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataannya.

Akan tetapi al-Jarud al-Abdi yang menyertai Umar bin Khaththab tidak tahan mengatakan kepada Khaulah, "Engkau telah berbicara banyak kepada Amirul Mukminin wahai wanita.!" Umar kemudian menegurnya, "Biarkan dia…tahukah kamu siapakah dia? Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ketujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya. "

Dalam riwayat lain Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah seandainya beliau tidak menyudahi nasehatnya kepadaku hingga malam hari maka aku tidak akan menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika telah datang waktu shalat maka aku akan mengerjakan shalat kemudian kembali mendengarkannya sehingga selesai keperluannya.”

(SUMBER: buku Mengenal Shahabiah Nabi SAW., karya Mahmud Mahdi al-Istanbuly dan Musthafa Abu an-Nashar asy-Syalaby, h.242-246, penerbit AT-TIBYAN)

Thursday, January 22, 2009

Berbusana Muslimah, Betulkan Lebih Mahal?

(Sumber: www.eramuslim.net)

Pertanyaan:

Assalamualaikum wr. wb.,

Saya ibu tiga anak putri yang mulai dewasa. Di bulan penuh berkah ini saya ingin memulai mengenakan busana muslimah. Tapi ada yang mengganjal pikiran saya ketika saya berbelanja busana muslimah beberapa hari lalu. Saya lihat harga busana muslimah ready to wear umumnya relatif mahal. Maklum saya cuma istri seorang pegawai negeri. Saya jadi ingat komentar seorang teman yang mengatakan bahwa berbusana muslimah itu butuh dana besar.

Karena itu, saya minta saran Anda. Bagaimana caranya agar berbusana muslimah tidak mahal? Apalagi saya juga ingin anak-anak saya kelak bisa berjilbab pula.

Rahmah
Bukit Tinggi


Jawaban:

Wa'alaikumussalam wr. wb.

Ibu Rahmah di tanah seberang. Saya ikut bergembira karena ibu akhirnya berkenan memenuhi kewajiban berbusana muslimah. Tentu, saya tidak ingin ibu ragu-ragu melakukannya.

Anggaran busana, bagi sebagian keluarga, memang bisa menjadi anggaran yang besar. Apalagi untuk wanita yang bekerja atau sehari-harinya beraktivitas di luar rumah.

Banyak pula orang yang beranggapan bahwa berbusana muslimah itu mahal dan boros. Pernyataan itu mungkin ada benarnya kalau dilihat dari lebarnya bahan yang digunakan. Karena baju itu menutup mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, berlapis-lapis pula. Tak sedikit pula diantara muslimah yang mengenakan dua lapis kerudung, baju atas dua sampai tiga lapis, begitu pula rok bawahannya. Ini masih pula ditambah dengan kaos kaki.

Biaya itu memang tampak besar kalau kita hanya melihat dari segi banyaknya bahan yang dipakai. Tapi coba hitung harganya dari banyaknya koleksi yang dimiliki, kemudian bandingkan dengan pakaian wanita biasa. Tentu Anda tidak serta merta menganggapnya mahal.

Simak apa yang dikatakan para ahli busana jika mereka ditanya: "Apa kunci berbusana secara hemat?" Mereka sering mengatakan bahwa kuncinya adalah kombinasi. Ya, kombinasi antar berbagai komponen pakaian yang dapat ditukar-tukar sehingga akan tampak selalu tampil berbeda meski jumlah koleksi busananya terbatas. Semakin banyak komponen suatu busana, semakin banyak pula kemungkinan kombinasi yang dihasilkan.

Busana muslimah ternyata memiliki kompenen busana lebih banyak sehingga akan lebih mudah menghasilkan kombinasi. Jadi Anda tak perlu memiliki koleksi pakaian bertumpuk-tumpuk untuk bisa tampil beda setiap hari. Cukup miliki bebarapa potong pakaian dengan warna-warna yang cantik jika dipadu-padankan.

Kunci hemat berbusana muslimah juga pada pemakaian aksesories dan perhiasan yang sederhana. Wanita berbusana muslimah, karena tidak menampakan perhiasan di luar, bisa mengurangi hasrat berlebihan dalam memiliki perhiasan.

Begitu juga dengan make-up dan salon. Kebutuhan ini bisa menghabiskan anggaran tidak sedikit. Wanita berbusana muslimah tidak perlu pergi ke salon untuk menata rambut sebelum menghadiri suatu acara penting. Wanita muslim juga tidak memakai make-up berlebihan saat keluar rumah, karena mereka memilih menampakan kecantikan hanya pada suami tercinta di rumah.

Sebuah penelitian di luar negeri membuktikan seorang wanita berbusana muslimah tidak membutuhkan anggaran lebih besar daripada wanita tidak berbusana muslimah. Memang, sepengetahuan saya, di Indonesia belum diadakan penelitian resmi mengenai ini. Tapi beberapa wanita berbusana muslimah yang saya kenal mengakuinya.

Tak percaya? Coba saja memakainya!


---

Monday, January 12, 2009

Perbandingan Wanita Islam dan Barat

Sumber: www.kotasantri.com
Publikasi : 28-02-2005

Jika kita memperbandingkan lingkungan hidup Islam dengan barat, akan dapat kita saksikan suatu kerumunan di sekitar wanita yang hanya terjadi pada kemerekahan dalam kecantikan wajahnya. Disaat itu dia diperebutkan, dimanja, dan diberi kedudukan yang menarik dan menggiurkan. Namun setelah masa memoles keputihan rambutnya, dengan goresan kerut wajah semakin mendalam yang beriring dengan kepudaran daya tariknya, maka bergeserlah fungsi sang primadona menjadi pelengkap kebutuhan dapur.

Disekitarnya kini, sudah tidak ditemukan orang yang memperhatikan lagi, bahkan putra-putrinya pun tidak menyayanginya. Mereka selama ini memandangnya sebagai hiasan belaka, setelah kesegaran dan kecantikannya memudar, maka usailah semuanya. Sang anak pun tidak memperdulikannya lagi bahkan tidak tahu bagaimana cara hidupnya kini, mungkin ia pergi ke panti jompo untuk mengakhiri masa hidupnya disana. Mengapa terjadi?

Masa-masa usia muda belia, ia terayu bisikan setan yang menasihatkan, "Manfaatkan masa remajamu demi kesenangan diri sendiri," dan kepada anak-anaknya pun diserukan, "Belajar dan berusaha mandiri." Sang anak tidak berkesempatan mendapat belaian kasih dan rindu ibu. Mereka hidup dalam krisis kasih sayang, maka wajarlah kalau mereka menyelenggarakan "hari ibu" setahun sekali yang mempertemukan ibu dan putranya untuk mempertautkan hati dalam kegersangan dan kebekuan.

Di dalam masyarakat Islam tidak mengenal hari ibu, disini kita menyelenggarakan hari ibu setiap saat. Pada waktu ibu sudah tua, dengan ditandai oleh rambutnya yang memutih, justru pada saat inilah kecantikannya semakin mempesona, jasanya semakin agung, kewibawaannya pun semakin menjulang.

Sang anak memanjakannya, dengan penuh rasa kasih sayang dan dikatakan kepada ibunya, "Ibu kini tidak usah bekerja, cukup shalat, berdo'a pada Allah untuk kesejahteraan keluarga." Segenap keluarga mengharap do'a dan ridhonya, ia ditempatkan sebagai sesepuh yang diagungkan dalam rumah tangga. Islam mendidik umatnya untuk mencintai, menghormati, dan mengagungkan ibunya.

Berbeda dengan wanita barat yang menuntut diadakannya hari ibu, untuk mengingatkan anak-anaknya bahwa mereka masih punya ibu, dan bahwa sang ibu membutuhkan hadiah dan kado dari anak cucunya. Sedang dalam Islam, hari ibu terjadi setiap saat dan sepanjang hayat.

Kita dengan segenap anggota keluarga baru keluar rumah setelah mencium tangan ibu dan meminta do'anya. Setiap saat kita bersimpuh dihadapanNya, memohonkan panjang usianya kepada Allah SWT. Semakin bertambah putih rambutnya bertambah pula rasa cinta, rindu, dan penghargaan kepadanya.

Itulah kedudukan kaum wanita dalam masyarakat Islam, dan demikianlah pandangan kita terhadap kaum wanita menurut ajaran agama Islam. Ingat syurga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Maka sayangilah ibu yang telah melahirkan kita. (m1ta)