Friday, May 25, 2007

Umat Di Mata Muslimah

Oleh Yeni Hendrayani
(Sumber: www.manajemenqolbu.com)

Umat saat ini tengah terbelit permasalahan yang membuat mereka semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Disadari atau tidak, di zaman yang serba permisif, nilai-nilai Islam semakin tergerus oleh arus sekularisasi. Sebuah usaha yang terkesan dipaksakan untuk mengubah cara berpikir muslim melalui sejumlah tayangan, bacaan, gaya hidup (life style), dan trend. Kita mengenalnya dengan Ghazwul Fikr (perang pemikiran).

Muslimah sejati tentu peka terhadap adanya upaya perusakan umat. Baginya tidak ada kata lain selain bergerak dan berkontribusi untuk turut melakukan pencegahan. Kontribusi bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan potensi. Diantaranya dengan memberi keteladanan di masyarakat. Tidak ada yang lebih indah selain menyelaraskan apa yang dikatakan dengan perbuatan. Tentunya hal ini diawali dengan luasnya wawasan melalui banyak membaca. Namun tidak sembarang membaca. Karena perbuatan yang benar bersumber dari pengetahuan dan pemahaman yang benar.

Untuk arti sebuah keteladanan, cukuplah Q.S Al-Ahzab ayat 21 menjadi pegangan, "Sesungguhnya telah ada dalam (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." [Q.S 33 : 21] Selain itu , ia senantisa menjadi pelopor dalam setiap kebaikan. Tidak hanya menunggu orang lain berbuat. Di dalam H.R Muslim, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa memelopori kebaikan dalam Islam lalu ia diamalkan, setelah itu maka ditetapkan baginya pahala seperti orang yang mengmalkannya dengan tidak mengurangi pahala mereka sama sekali." [H.R Muslim]

Upaya lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan berdakwah. Apalagi masyarakat perempuan dan anak-anak seringkali menjadi objek budaya barat yang jahiliah. Sudah semestinya kita sebagai sesama muslimah untuk mendakwahi mereka. Karena siapa lagi yang paling memahami muslimah dan anak-anak selain diri kita sendiri. Banyak pilihan cara berdakwah. Majelis taklim atau melalui taman pendidikan Al-Quran bisa dijadikan wasilah.

Dalam menjalankan perannya di masyarakat, seorang muslimah tidak bisa mengerjakannya seorang diri. Meski memang ada kalanya persoalan-persolan bisa diselesaikan sendiri. Namun alangkah lebih baiknya jika pekerjaan tersebut dilakukan dalam lingkup amal jama`i. Karena sesungguhnya persoalan umat sangatlah banyak dan kompleks. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, secara sunatullah, kita memerlukan sinergi dengan potensi muslim lainnya. Sesuai dengan firman Allah; "…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." [Q.S Al-Maidah : 2]

Akhirnya, apalagi yang kita tunggu wahai muslimah? Ladang pahala ada di depan mata. Jadikan diri kita sebagai muslimah dambaan umat. Insyaallah, suatu saat nanti pintu surga akan selalu terbuka lebar untuk kita. Amiin.

Wednesday, May 23, 2007

Duta Islam

Oleh Hafizah Nur

(Sumber: eramuslim.com)

Belum lama ini seorang sahabat bercerita tentang anaknya yang duduk di kelas 4 SD Jepang. Anaknya, sebut saja Raihana chan selalu memakai jilbab mungilnya ke sekolah, meskipun di dalam kelas jilbab itu dibukanya.

Suatu hari teman akrabnya di sekolah, Aiko chan, mencoba memakai jilbab mungil milik Raihana chan. Sambil sedikit becanda, dia menanyakan pendapat teman-temannya bila ia memakai Jilbab. Lalu dijawab “hen da yo..” kamu aneh, begitu pendapat teman-temannya.

Lain waktu, Aiko chan berkata kepada Raihana chan, “Saya ingin menjadi orang Islam, tapi saya bukan orang Indonesia seperti kamu, ” Raihana chan menatapnya, “Kamu bisa tetap menjadi orang Islam meskipun kamu bukan orang Indonesia, kamu juga tidak perlu bisa bahasa Indonesia untuk menjadi orang Islam, kamu cuma perlu belajar Qur’an”. Jawab Raihana Chan memberi penjelasan. Raihana chan tanpa sadar menjadi dai cilik yang memperkenalkan Islam kepada teman-teman nihonjin-nya.

Beberapa waktu lalu, ketika saya sedang mengantarkan anak saya ke jidoukan untuk mengikuti kegiatan rutinnya, seorang teman nihonjin menyodorkan sesuatu kepada saya. “ini daftar makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh orang Islam. Saya dapat ini dari internet” ujarnya, “moushi yokattara, tsukatte kudasai” tambahnya lagi.

Saya terkejut dengan perhatiannya. Selama ini memang saya selalu menolak secara halus bila teman-teman nihonjin menawarkan makanan yang saya ragukan kehalalannya. Saya juga menjelaskan alasan penolakan saya, yaitu karena agama. Meskipun awalnya kecewa dan sedikit tersinggung, tetapi lambat laun mereka menghargai pendirian saya. Karena di lain waktu, ketika saya yakin makanan yang diberikan itu halal, tanpa ragu saya akan memakannya bersama mereka.

Tidak jarang saya kerepotan mengecek bahan makanan yang terdaftar dalam suatu kemasan, apakah ada unsur yang haram atau tidak. Ternyata teman saya yang satu ini menaruh perhatian khusus tentang kebiasaan saya ini, sehingga waza-waza menawarkan solusi untuk meringankan kesulitan saya, memberikan daftar makanan yang bisa dimakan di Jepang ini.

Hidup dalam lingkungan yang jauh berbeda memang tidak mudah. Awalnya tidak jarang ada orang-orang yang menolak keberadaan saya, atau teman-teman muslim lainnya. Terutama karena citra Islam sangat buruk di mata negara-negara yang berkiblat ke Barat. Tetapi itulah tantangan untuk setiap muslim, untuk membuktikan bahwa pandangan yang dihembuskan media selama ini adalah salah. Berusaha menampilkan diri sebagai duta Islam dengan segala keindahan yang terkandung di dalam agama ini. Tentu saja ini bukan pekerjaan ringan.

Teringat suatu kisah di zaman Rosulullah, ketika salah seorang sahabat diminta untuk menjadi duta Islam untuk membuka kota Madinah, Mushab bin Umair ra. Sahabat Rosulullah ini, dengan pembawaannya yang tenang, dan tutur katanya yang lembut berhasil menghantarkan penduduk kota madinah ke dalam pangkuan Islam. Meskipun sebelumnya sempat menerima ancaman pengusiran sampai pembunuhan dari pembesar kota Madinah. Tetapi langkahnya tidak surut, bahkan Mushab ra berhasil mengIslamkan mereka. Dan inilah yang menjadi kunci pembuka kota madinah saat itu.

Negeri Jepang adalah negeri yang penduduknya bertuhankan kerja. Sebagian besar dari mereka tidak peduli dengan agama apa pun. Banyak dari mereka yang mengaku Budha atau Shinto, tetapi tidak pernah ke kuil. Natal dan perayaan hari besar lainnya pun dilakukan bukan karena berlandaskan agama, tetapi lebih kepada budaya, kebiasaan yang turun temurun atau karena adanya pengaruh budaya Barat sebagai kiblat mereka. Bukan hal mudah memperkenalkan Islam yang hanif ini kepada mereka.

Mungkin saja Allah memang mentakdirkan saya dan teman-teman yang lain datang ke Jepang ini untuk menjadi duta Islam. Memperkenalkan sedikit demi sedikit Islam yang hanif ini sehingga mengurangi keterasingan mereka terhadap Islam.

Mungkin saat ini mereka hanya mengenal jilbab sebagai pakaian orang Islam. Mereka hanya tahu ada konsep halal haram dalam Islam. Tetapi mudah-mudahan dengan interaksi yang terus menerus dengan orang Islam menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi tentang Islam. Kemudian bisa menerima Islam. Sampai suatu saat dengan suka rela menjadi pemeluknya. Semoga.

Awal April 2007

http://hifizahn. Multiply. Com

Terjemahan:

nihonjin: orang jepang jidoukan: gedung tempat kegiatan anak-anak, biasanya untuk bermain anak.
Moushi yokatta tsukatte kudasai: kalau berkenan silahkan digunakan Waza-waza: secara khusus hanif: lurus

Wednesday, May 16, 2007

Tentang Membuka Jilbab (Bagian 2)

(Sumber: www.syariahonline.com)

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb.

Pak ustadz, tentang bahasan ini sambungannya mana yach? Penjelasannya enak, mudah dimengerti. Saya harap ngga terlalu lama untuk lanjutan jawabannya.

Wass. wr. wb.
Audie
Jakarta


Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,

Menyambung masalah penentuan siapa sajakah yang menjadi mahram dan boleh terliat sebagian aurat dari seorang wanita, maka kami meneruskan apa yangtelah kami bahas sebelumnya.

Terima kasih atas peringatan dan permintaan agar segera dilanjutkan jawaban tersebut. Ini mennunjukkan bahwa anda memang punya perhatian tersendiri atas jawaban kami.

Dalam surat An-Nur ayat 31 Allah SWT berfiman yang artinya:

'Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."' (QS An-Nuur : 31)

Ayat ini juga berbicara tentang siapa saja orang yang boleh melihat sebagian aurat wanita yang dalam hal ini juga berstatus sebagai mahram. Orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini ada yang sudah disebutkan di dalam surat An-Nisa ayat 23 dan ada pula yang belum. Yang sudah disesutkan antara lain adalah ayah, anak, saudara laki-laki dan anak saudara laki-laki. Selebihnya belum disinggung.

Bila kita break down satu persatu maka apa yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan siapa saja yang menjadi mahram adalah :

1. Suami

Bahkan seorang wanita bukan hanya boleh terlihat sebagian auratnya tetapi seluruh auratnya halal bila terlihat.

2. Ayah

Bahwa seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya di hadapan ayahnya telah dijelaskan pada surat An-Nisa ayat 23 pada poin nomor [2].

3. Ayah suami

Dalam bahasa kita adalah mertua. Yaitu ayahnya suami seorang wanita.

4. Putera atau anak

Bahwa seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya di hadapan anaknya telah dijelaskan pada surat An-Nisa ayat 23 pada poin nomor [2].

5. Putera-putera suami

Dalam bahasa kita maksudnya adalah anak tiri, dimana seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya di hadapan laki-laki yang statusnya anak tiri.

6. Saudara-saudara laki-laki

Bahwa seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya di hadapan saudara laki-lakinya telah dijelaskan pada surat An-Nisa ayat 23 pada poin nomor [3].

7. putera-putera saudara lelaki

Bahwa seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya di hadapan putera saudara laki-lakinya (keponankan) telah dijelaskan pada surat An-Nisa ayat 23 pada poin nomor [4].

8. Putera-putera saudara perempuan

Dalam bahasa kita maksudnya adalah keponakan dari kakak atau adik wanita.

9. Wanita-wanita Islam

Jadi bila sesama wanita yang muslimah, seorang wanita boleh terlihat sebagian auratnya, Tetapi tidak boleh terlihar seluruhnya. Karena satu-satunya yang boleh melihat seluruh aurat hanya satu orang saja yaitu orang yang menjadi suami.

Sedangkan sesama wanita tetap tidak boleh terlihat seluruh aurat kecuali ada pertimbangan darurat seperti untuk penyembuhan secara medis yang memang tidak ada jalan lain kecuali harus melihat.

Adapun wanita yang statusnya bukan Islam seperti Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu atau ateis, maka seorang wanita musimah diharamkan terlihat auratnya meski hanya sebagian. Karena itu buat para wanita muslimah yang tinggal bersama di sebuah asrama atau di rumah kost, pastikan bahwa wanita yang tinggal bersama anda muslimah semuanya. Karena kalau ada yang bukan muslimah, anda tetap diwajibkan menutup aurat seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan sebagaimana di depan laki-laki non mahram.

Begitu juga bila masuk ke kolam renang khusus wanita, pastikan bahwa semua pengunjungnya adalah wanita dan agamanya harus Islam.

10. Budak-budak yang mereka miliki

Di masa perbudakan, seorang wanita masih dibolehkan terlihat auratnya di hadapan budak yang dimilikinya. Tapi di masa kini, sopir dan pembantu sama sekali tidak bisa dianggap sebagai budak, karena mereka adalah orang merdeka.

11. Pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

Yang dimaksud adalah pelayan atau pembantu yang sama sekali sudah mati nafsu birahi baik secara alami atau karena dioperasi.

Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa ada perbedaan pendapat dalam memahami maksud ayat in dalam beberapa makna:


  • Mereka adala orang yang bodoh/pandir yang tidak memiliki hasrat terhadap wanita.
  • Mereka adalah orang yang mengabdikan hidupnya pada suatu kaum (harim) yang tidak memiliki hasrat terhadap wanita.
  • Mereka adalah orang yang impoten total.
  • Mereka adalah orang yang dipotong kemaluannya,
  • Mereka adalah orang yang waria yang tidak punya hasrat kepada wanita.
  • Mereka adalah orang yang tua renta yang telah hilang nafsunya

12. Anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

- Sudah jelas


Wallahu A`lam Bish-Showab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Tuesday, May 8, 2007

Agent of Allah in Hongkong

Oleh: Sus Woyo
(Sumber: www.eramuslim.com)


Tangan saya agak gemetar, ketika seorang teman menyodorkan amplop warna kecokelatan. Agak tebal amplop itu. Dan sudah pasti ada isinya. Saya segera membaca siapa sang pengirim amplop itu. Oh, alhamdulillah. Sahabat saya di Hongkong. Seorang muslimah yang sedang mencoba berjuang di negeri orang, seperti saya.

Di atas amplop itu ada seuntai tulisan berhuruf arab yang berbunyi: laa taftahu wa laataqro'u illa bilhaq. Demi mengikuti amanah tulisan itu, saya membukanya dengan perlahan, hati-hati dan tentu juga dengan niat baik.

Wow! Luar biasa. Dua buah VCD. Yang satu, tentang milad sebuah kelompok pengajian. Dan yang satu lagi tentang milad sebuah organisasi kepenulisan. Melihat cover dua VCD itu, saya bisa menebak, bahwa kegiatan itu semua dimotori oleh kaum hawa.

Tanpa mandi terlebih dahulu, saya langsung memutar VCD yang satu. Begitu saya masukan ke disc player, saya langsung disuguhi lagu Lir Ilir. Lagu yang konon diciptakan oleh Sunan Ampel itu sempat membuat bulu kuduk saya berdiri. Dan pikiran ini langsung terbang ke suasana kampung saya beberapa tahun lalu. Ketika saya dan beberapa teman mempersiapkan anak-anak TPA untuk wisuda. Lagu yang dipopulerkan kembali oleh Cak Nun, suami Novia Kolopaking, dan aransemen musiknya digarap oleh kelompok musik Kyai Kanjeng inilah yang saya ajarkan kepada anak-anak kampung saya.

Saya terus mengikuti yang ditampilkan VCD itu. Dari alunan kalam Illahi, sampai doa penutup. Bagaikan lautan jilbab. Yang mengikuti kegiatan agamis itu ternyata perempuan semua. Mereka mengucap takbir, manakala sang qori' baru saja menyelesaikan satu ayat yang telah dibacanya. Gayanya mirip pengajian di kampung saya. Dan memang kebanyakan mereka berasal dari kampung.

Mereka bukan sedang berada di pedalaman Jombang. Mereka bukan komunitas Islam tradisional di Pekalongan atau Purwokerto. Dan mereka juga bukan ibu-ibu pengajian di kota-kota santri di Pulau Jawa. Tapi mereka adalah saudara-saudara kita yang saat ini sedang berjuang memperbaiki nasib untuk dirinya, keluarganya, di negeri orang. Tepatnya di Hongkong. Sebuah negeri kecil di daratan Cina sana.

Rupanya teman saya yang mengirimkan VCD itu ingin berbicara kepada saya, bahwa tak semua perempuan yang bekerja di negara sekuler, secara otomatis akan ikut bergaya sekuler. Rupanya sahabat saya itu ingin meyakinkan saya, bahwa tidak semua TKW yang bekerja di negara yang berkiblat kepada barat, dengan serta merta akan ikut gaya barat juga. Yang ber-T-shirt ala Britney Spears yang nampak pusarnya. Atau ber-'blue jeans' ketat ala Nicole Kidman.

Tidak. Tidak semua. Masih banyak di antara mereka yang memegang teguh tradisi ketimuran. Masih banyak sahabat-sahabat kita yang dengan gigi geraham menggigit kuat-kuat ajaran Allah dan Rasulnya. Walaupun negara tempat mereka kerja diwarnai oleh sesuatu yang sangat jauh dari nilai keislaman.

Ya, paling tidak itulah yang ingin disampaikan sahabat saya. Saya mengingat sejenak beberapa e-mail yang dikirimkan kepada saya akhir-akhir ini. Ia menceritakan bahwa, di Hongkong lah, ia latihan memakai jilbab. Di Hongkong lah, ia belajar beribadah secara istiqamah. Di Hongkong lah, gadis muda itu beraktivitas dalam kegiatan Islami. Sesuatu yang tidak pernah ia ikuti di kampung halamannya. Bahkan di e-mail yang terahir, ia menuturkan, bahwa di Hongkong lah ia bisa bertatap muka dengan para da'i kondang Indonesia. Mendengarkan tausyiah sejuk dari AA Gym. Menikmati nasehat pencerahan jiwa dari Emha Ainun Nadjib. Larut dalam dzikir khusyu bersama Arifin Ilham. Mendampingi Neno Warisman menebarkan nada dan dakwah. Serta tenggelam dalam tangis bersama Hadad Alwi ketika mereka digiring oleh ustadz muda itu dalam indahnya bershalawat kepada Nabi. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Dan saya makin asyik saja setiap kali menerima kabar tentang aktifitas keislaman di sana. Yang rutin dikirimkan sahabat saya via e-mail. Yang akhirnya mau tidak mau mengingatkan saya kepada dakwah Rasulullah empat belas abad lalu. Setelah Mekkah ditaklukkan kembali oleh kaum muslimin, dan masuknya suku paling berpengaruh di Arab masa itu, yaitu suku Quraisy, memang tidak bisa dipungkiri lagi. Bahwa suku-suku lain pun ikut berbondong-bondong masuk Islam. Dan sejak itulah, duta-duta Islam menyebar ke barat, timur, utara, selatan bagaikan anak panah. Yang tujuannya tak lain adalah menebarkan kalimat Allah di muka bumi ini. Dan alhamdulillah, kebetulan saya yang lahir di Jawa, ikut menikmati cahaya Allah, Islam ini, tentu atas kegigihan para "agen Allah" di tanah Jawa.

Dan kini, menjelang abad ke 15 Hijriah, keturunan muslim Jawa khususnya, dan Indonesia umumnya, yang sedang mengais rezeki di daratan Tiongkok itu, rupanya tak hanya sekedar "fastabikhul fulus", berlomba-lomnba mencari uang. Tapi lebih dari itu mereka justru mampu ber-fastabikhul khairat, berlomba dalam kebaikan. Terbukti, betapa padatnya aktifitas keislaman yang setiap minggu digelar di metropolitan itu. Padahal kebanyakan dari mereka adalah yang pekerjaan sehari-harinya sebagai pembantu rumah tangga.

Tak mustahil, jika suatu saat, satu persatu, majikan mereka juga akan tertarik pada Islam yang ditampilkan saudara-saudara kita. Tak mustahil jika suatu saat mereka akan bersyahadat, karena melihat kelembutan akhlak sahabat-sahabat kita. Tak mustahil juga, para majikan di sana akan terseret dengan alunan tadarus Al-Qur'an dari seorang TKW yang bekerja di rumah mereka, yang biasa dibaca secara sembunyi-sembunyi. Sebab kitapun tahu bahwa Umar bin Khattab meneguk segarnya Islam, bukan karena tajamnya pedang. Tapi lantaran alunan lembut ayat-ayat Allah yang dibaca saudara perempuannya. Tak mustahil jika suatu saat daratan Tiongkok yang maha luas itu akan tertancap panji-panji Islam yang dimulai dari Hongkong. Allah Maha Berkehendak.

Allah SWT menurunkan ayat kepada Nabi Muhammad SAW berkaitan dengan tertakluknya kembali Mekkah dan berbondong-bondongnya kabilah Arab masuk Islam. Peristiwa ini dilukiskan dengan indah dalam Al-Qur'an.

"Apabila pertolongan Allah dan kemenangan itu telah datang, dan telah kamu lihat manusia dengan berduyun-duyun memasuki agama Islam, maka bertasbihlah memuji Tuhanmu dan meminta ampunlah kepada-Nya, sesunguhnya Allah itu maha penerima taubat." (An-Nashar: 1-3)

Hongkong, sebuah negara kecil yang selama bertahun-tahun, atau bahkan berabad dicekoki, dijejali ideologi komunis, ternyata sekarang terdapat bacaan Al-Quran, ada alunan takbir, tahmid, tahlil, salawat, dan juga syahadat dalam prosesi pengislaman saudara kita.

Hongkong, sebuah metropolitan yang sejajar dengan Singapura, dan kota-kota besar dunia lainnya, yang mode pakaian perempuannya berkiblat ke barat, ternyata masih ada jilbab menghiasi bumi sana.

Hongkong, yang merupakan pusat bisnis dunia, yang banyak para konglomerat dunia mengendalikan bisnisnya dari sana, ternyata masih ada orang berdzikir mengingat Allah. Di tengah kebanyakan orang hanya berpikir tentang keuntungan dunia saja.

Rupanya Allah sedang menempatkan agen-agennya di sana. Dan agen itu bukan sosok-sosok berbadan tinggi, berhidung mancung dan berjenggot tebal ala Timur Tengah. Bukan juga para akademisi dan komunitas dari universitas Islam yang terkenal. Namun agen itu adalah saudara-saudara kita, yang sering kita sebut, pahlawan devisa, tenaga kerja wanita yang sedang berjuang memperbaiki nasib sendiri, keluarga, dan tentu bangsa dan negara. Tapi, itulah kehendak-Nya. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun. Baik itu sejarawan Islam dari Al-Azhar, Ummul Qura, Oxford, Leiden, Cambridge, Ohio State, UI, UGM, ataupun universitas-universitas mahsyur lainnya.

Dan bagi mereka yang punya waktu luang banyak, ekonomi mapan, ilmu agama ada, tentu perlu iri terhadap sahabat-sahabat kita itu. Iri untuk menjadi agen Allah. Kenapa mereka bisa, di tengah kesibukan mereka bekerja melayani majikan hampir di sepanjang waktu mereka?

Brunei, Mei 2005
(Bravo! Untuk seorang sahabat di Hongkong. Teruskan perjuanganmu!)