Thursday, March 20, 2008

Rumahku Surgaku

Oleh : Arlina

(Sumber: Hikmah, Republika, Selasa, 18 Juli 2006)


Setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Adakalanya, mereka berpikir kebahagiaan itu diperoleh dengan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Kekayaan melimpah diimpikan sebagai puncak kebahagiaan.

Kenyataannya, rumah tangga yang mengacu pada materi sebagai sandaran hidupnya, tanpa mengedepankan nilai-nilai agama, ternyata diambang bencana. Buruknya moral suami, istri, atau anak-anak, kegelisahan hidup, kecemasan mendalam, kebenciaan di antara anggota keluarga, bahkan permusuhan dan berbagai permasalahan yang membelit serta tak kunjung padam.

Rumah tangga yang harmonis dan bahagia tidaklah bersandar pada materi semata, justru terletak pada sejauh mana peran nilai-nilai agama mendominasi eksistensi rumah tangga itu. Kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW yang penuh berkah, ketenteraman, dan kebahagiaan, selayaknya menjadi panutan kaum Muslimin.

Semasa hidup Rasulullah SAW tidak pernah memiliki rumah mewah dan harta berlimpah. Bahkan, ketika Umar bin Khathab mengunjungi beliau suatu hari, didapatinya Rasulullah sedang berbaring di atas pelepah daun kurma. Hingga punggung beliau tergores saking kerasnya pelepah daun kurma itu.

Tetapi, dari kondisi yang sangat sederhana itu, beliau selalu mengucapkan baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Itulah ciri rumah tangga yang dibangun atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT.

Dalam rumah tangga Islami, seluruh anggota keluarga memiliki peran dan fungsi yang jelas. Masing-masing mereka menghormati perannya. Suami adalah pemimpin yang berakhlak shodiqul wa'di (selalu menepati janji baik pada Allah SWT maupun masyarakat), dapat menegakkan keadilan dan kasih sayang dalam memimpin keluarga. ''Dan dia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.'' (QS Maryam [19]: 55).

Istri berfungsi menaati suami dan bekerja sama dengannya dalam kebajikan dan takwa, sehingga mampu mengayomi keluarga dengan kasih sayangnya yang tulus ikhlas. Anak-anak pun menjadi cahaya mata karena ketaatan dan kesalehan mereka.

''Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak keturunan kami sebagai cahaya mata (penyenang hati) bagi kami, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Furqan [25]: 74).

Dengan iman, dia membedakan yang benar dari yang salah. Dengan iman pula ia memahami baik dan buruk untuk kemudian berpihak pada yang baik. Bahkan dengan iman itu, setiap anggota keluarga mampu bersyukur manakala mendapatkan keberuntungan betapapun kecilnya. Rumah tangga yang dibangun dengan landasan keimanan, pada dasarnya telah membangun surga di dunia.

Thursday, March 13, 2008

Menlu Yunani, Jilbab Bukan Ancaman Sekularisme

Sumber: Eramuslim.com, Senin, 10/03/2008 10:24 WIB

Pernyataan Menteri Luar Negeri Yunani Dora Bakoyannis tentang jilbab selayaknya membuat lega hati para Muslimah. Menurutnya, jilbab adalah hak para Muslimah yang ingin menjalankan perintah agamanya. Ia juga menolak anggapan yang mengatakan bahwa jilbab merupakan ancaman bagi sekularisme.

Berbicara dalam konferensi perempuan internasional di Ankara, Turki, Bakoyannis menyatakan bahwa kerangka hukum, kebijakan politik, kebijakan pendidikan dan akses mendapatkan informasi dan teknologi baru seharusnya menjamin hak-hak masyarakat dalam pembangunan, lapangan kerja, partisipasi politik, kehidupan sosial dan dalam bidang kewirausahaan.

"Jilbab tidak mengancam hak asasi manusia dan prinsip sekular yang dianut sebuah negara. Larangan jilbab juga tidak menjamin bahwa sebuah negara akan aman, " kata Bakoyannis seperti dilansir situs berita Turki, newstime7.

Seperti diketahui, sejumlah negara-negara Eropa yang menganut sekularisme masih memberlakukan larangan jilbab di sekolah-sekolah dan institusi-institusi publik. Diawali dengan Prancis yang melarang jilbab pada tahun 2004, diikuti dengan negara-negara Eropa lainnya. Di Belgia misalnya, kota Ghent dan Anwwerp melarang Muslimah berjilbab di tempat-tempat umum termasuk sekolah. Turki, baru tahun ini berhasil mencabut larangan jilbab di perguruan-perguruan tinggi.

Dalam pidatonya dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap tanggal 8 Maret, Bakoyannis menuding media-media Barat telah berperan menyebarkan sikap anti-jilbab karena ketidakpahaman mereka akan konsep perempuan dalam Islam.

"Secara umum ada pandangan yang salah bahwa Islam memperlakukan perempuan lebih rendah dari laki-laki, karena kesalahan memahami ayat-ayat al-Quran, " sambung Bakoyannis seraya menegaskan bahwa Islam sangat memperhatikan hak-hak perempuan.

"Saya banyak bertemu dengan perempuan-perempuan sukses dari banyak negara-negara Muslim dan bicara banyak hal. Mereka mengatakan bahwa agama Islam memberikan hak-hak dan kedamaian buat mereka, " ujarnya.

Bakoyannis juga mengingatkan bahwa Islam dan Kristen berpedoman pada hak dan kewajiban bagi semua umat manusia tanpa pengecualian. (ln/iol)

Monday, March 10, 2008

Hidayah Alquran

Oleh : Firdaus MA
(Sumber: Republika, 10 Maret 2005)

Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, di dalamnya terkandung hidayah bagi Muslim dalam menjalani kehidupan ini agar selamat dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ada beberapa macam hidayah Alquran kepada manusia.

Pertama, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Ilahi. Ajaran Alquran membimbing manusia agar keluar dari kegelapan berupa kekafiran, kesesatan, dan kebodohan menuju cahaya Ilahi berupa keislaman, keimanan, dan ilmu pengetahuan. Allah berfirman, ''Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.'' (QS 14: 1).

Kedua, membimbing kehidupan manusia menuju jalan yang lurus, baik, dan adil. Ini dicapai dengan mengikuti ajaran Islam yang sahih dan jalan tauhid yang ditunjukkan Alquran. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS 17: 9).

Ketiga, memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman dan peringatan kepada orang-orang ingkar. Alquran menjelaskan bahwa orang-orang beriman melalui amal saleh yang mereka lakukan, akan mendapat pahala berlipat ganda dan masuk ke dalam surga Allah di akhirat. Sebaliknya, orang-orang ingkar akan mendapat balasan buruk di akhirat. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.'' (QS 17: 9-10).

Keempat, Alquran menyembuhkan hati manusia dan rahmat bagi orang-orang beriman. Ia menyembuhkan dua macam penyakit, penyakit hati dan akhlak tercela. Penyakit hati bersumber dari akidah yang salah tentang Allah, malaikat, rasul-rasul, hari akhirat, qadha, dan qadar. Kesalahan keyakinan ini membuat hati sakit, gelisah, dan bingung. Alquran juga menyembuhkan akhlak tercela, yaitu penyakit yang diakibatkan kerusakan hati. Allah berfirman, ''Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.'' (QS 17: 82).

Kelima, berisikan nasihat dan ibrah. Nasihat Alquran berisikan ajakan kepada manusia melakukan ketaatan dan kebaikan. Dan ajakan mengambil pelajaran (ibrah) dari kisah-kisah umat terdahulu yang dijelaskan Alquran. Firman Allah SWT, ''Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.'' (QS 12: 111). Hidayah di atas dapat diperoleh dengan selalu membaca, memahami, dan mengamalkan kandungan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

Sunday, March 9, 2008

Air Mata Rosulullaah...

(sumber: posting Ukht Siti Latifah di sebuah milis)

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah. Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu.

Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku -- peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB :
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...
Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia. Namun gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.