Friday, March 30, 2007

Siapa Bilang Jadi Ibu Rumah Tangga Tidak OK?

Oleh: Sri Syamsiyah
Harian Umum Suara Merdeka, Selasa, 11 Maret 2003
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0303/11/slo27.htm)

ANGGAPAN bahwa perempuan yang sukses adalah yang hanya berkarier di luar rumah seharusnya tidak perlu muncul. Sebab, tugas dan tanggung jawab ibu rumah tangga pun sangat besar. Namun pilihan menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier seharusnya didasari kesadaran penuh kaum perempuan.

”Ada yang mengatakan, mengapa sekolah tinggi-tinggi, S1, S2, kalau akhirnya jadi ibu rumah tangga. Mengapa pertanyaan muncul?” kata Ketua Pusat Studi Wanita Lemlit UNS, Dra Ismi Dwi Astuti, dalam bedah buku Wanita Salah Langkah? Menggugat Mitos-mitos Kebebasan Wanita, kemarin.

Dalam bedah buku karangan Danielle Crittenden yang diprakarasai Forum Belajar Perempuan Benih itu, dia menyatakan dalam sejumlah penelitian diketahui anak-anak dari ibu rumah tangga yang buta huruf dan berpendidikan rendah cenderung berpendidikan rendah pula.

”Pendidikan dan wawasan luas juga dibutuhkan ibu rumah tangga. Tanggung jawab ibu rumah tangga berat. Jadi siapa bilang menjadi ibu rumah tangga tidak OK? Namun kembali pilihan itu harus berdasar kesadaran pribadi. Kesadaran yang melalui pertimbangan-pertimbangan matang,” katanya.

Ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, kata dia, juga banyak terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Kunci Penting

Dosen Universitas Padjajaran Bandung yang juga penulis, Miranda Risang Ayu, mengemukakan kesadaran perempuan terhadap pilihan mereka menjadi salah satu kunci penting untuk melangkah.

”Saya pernah menulis puisi tentang pesan seorang ibu pada anaknya agar mandiri dan memang dia menjadi sangat mandiri. Saking mandirinya, dia memilih tunduk pada laki-laki yang diciptakan Tuhan untuknya dengan jiwa bebas. Dengan sadar,” katanya.

Dia mengatakan, perempuan trauma karena tak ada perubahan cara pandang hingga membenci laki-laki.

”Kasus seperti ini sepertinya tidak mengambil hikmah dari suatu kejadian. Duka seharusnya tidak menjadikan seseorang menjadi lebih buruk. Sebaliknya menjadi lebih baik, lebih bijaksana.”

Ketidaksetaraan gender, kata dia, pada level masyarakat terdidik dan masyarakat menengah ke atas tidak terlalu mencolok.

”Pada masyarakat bawah, persoalan ini sering kali muncul. Seperti bagaimana jika suami tidak bekerja dan perempuan harus bekerja sebagai pembantu. Padahal, perlindungan hukum terhadap mereka masih kurang. Menjadi TKW mengalami tindak kekerasan dan banyak persoalan lain,” katanya. (Sri Syamsiyah LS-51g)

Saturday, March 24, 2007

Sekolah-Sekolah di Inggris Diberi Otoritas untuk Larang Cadar

(Sumber: eramuslim.com)

Ketegangan antara warga Muslim dan pemerintah Inggris lagi-lagi terjadi, setelah pemerintah membuat usulan agar sekolah-sekolah diberi otoritas untuk melarang penggunaan cadar.

Wacana itu mengemuka bersamaan dengan akan diterbitkannya panduan baru penyelenggaran pendidikan di Inggris yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Ketrampilan (DEFS) dalam waktu dekat ini. Panduan pendidikan yang dirancang oleh Menteri Pendidikan, Alan Johnson itu akan didistribusikan ke seluruh sekolah di Inggris.

Terkait dengan pemberian otoritas pada sekolah-sekolah untuk melarang penggunaan cadar, dalam buku panduan itu disebutkan bahwa sekolah harus mampu mengindentifikasi setiap siswa-siswi agar bisa menjaga ketertiban. Selain itu, agar pihak sekolah bisa dengan mudah mengetahui jika ada penyusup.

"Jika wajah siswa-siswi tidak bisa dikenali untuk alasan tertentu, guru kemungkinan tidak bisa menilai bagaimana perhatian mereka terhadap pelajaran dan untuk melibatkan mereka dalam diskusi serta aktivitas-aktivitas lainnya, " demikian bagian isi panduan baru tersebut, seperti dikutip surat kabar Daily Mail, edisi Selasa (20/3).

Departemen Pendidikan dan Ketrampilan Inggris membuat panduan pendidikan baru setelah mencuat kasus gugatan terhadap sekolah yang melarang penggunaan cadar. Gugatan itu diajukan oleh seorang siswi Muslimah berusia 12 tahun terhadap sekolah Buckinghamshire. Namun gugatan itu ditolak pengadilan dengan alasan cadar menimbulkan resiko keamanan.

DEFS menyatakan siap menerima saran-saran dan pendapat sampai tanggal 12 Juni, sebelum menerbitkan panduan itu secara resmi.

Warga Muslim Tidak Diajak Konsultasi

Mengemukanya wacana tentang larangan bercadar di sekolah-sekolah ini, tentu saja menimbulkan kekecewaan warga Muslim di Inggris. Mereka menyayangkan sikap pemerintah yang tidak berkonsultasi dulu sebelum melontarkan rencana itu.

"Tidak ada konsultasi dengan komunitas Muslim sebelum panduan ini disosialisasikan, " kata Massoud Shadjareh, ketua Islamic Human Rights Commission (IHRC) dalam pernyataan resmi di situsnya.

Kelompok advokasi yang berbasis di London ini, khawatir panduan tersebut justeru akan kontra produktif.

"Meski panduan ini hanya mempengaruhi sebagian kecil komunitas Muslim, hal itu bisa mendorong para orang tua untuk memberhentikan anak-anaknya dari sekolah yang memberlakukan larangan cadar. Mereka akan mengajar anak-anaknya di rumah atau mendaftarkan hanya ke sekolah-sekolah Islam, " tukas Shadjareh.

Menurutnya, pemerintah tidak sensitif dengan keberadaan hampir dua juta warga Muslim di negeri itu. Para menteri yang terkait dengan masalah pendidikan dianggap gagal memberikan panduan yang layak seperti yang diminta para juru kampanye hak asasi manusia, tentang kewajiban sekolah dalam masalah busana dan jilbab bagi siswi muslimah.

Sementara itu, juru bicara Muslim Council of Britain bidang pendidikan Tahir Alam menyatakan, semua pihak harus peka dalam merespon isu-isu semacam ini. Selama ini, kata Alam, banyak sekolah-sekolah yang mampu memecahkan isu-isu kasus-kasus seperti itu, secara internal. Dan seharusnya, tetap dibiarkan seperti itu. (ln/iol)

Thursday, March 22, 2007

Fenomena Eksploitasi Tubuh Wanita

Oleh Daarul Muslimah (Daarut Tauhiid)
(Sumber: www.manajemenqolbu.com)

Saya mendengar berita tentang gadis usia 17 tahun diperkosa dan di bunuh secara berramai-ramai oleh 3 orang laki – laki yang tak dikenalnya… kemarin saya mendengar seorang ibu diperkosa anak kandung sendiri, sampai shock… kemarin lusa saya mendengar seorang nenek diperkosa 3 orang perampok kemudian hartanya dibawa habis…, seminggu yang lalu saya mendengar empat orang gadis diperkosa dan dibunuh oleh seorang laki-laki yang sama..sebulan yang lalu saya mendengar seorang anak diperkosa oleh omnya sendiri… dua bulan yang lalu saya juga mendengar seorang guru memperkosa 7 orang anak didiknya, sebagai prasyarat agar nilainya bagus… Begitulah hari demi hari, bahkan jam demi jam siklus kekerasan itu terjadi… berbagai peristiwa perkosaan terulang silih berganti… siapa yang harus disalahkan…?

Disisi lain banyak pula wanita yang menyengaja mengeksploitasi dirinya dengan berbagai ekspresi dan bentuk mulai dari foto swimsuit, nude, striptease hingga layanan seks mulai dari level sentuh hinggal all services, aktivitas itu hampir tiap hari menghiasi Jakarta juga kota-kota besar lainnya... itu adalah sebagian kecil dari kenyataan yang ada di sekitar kita...Na’udzubillah…

Berbagai alasan muncul di balik eksploitasi tersebut, Mulai dari alasan klasik karena masalah ekonomi hingga alasan demi popularitas dan karir. Alasan tersebut tentu tidak bisa menjadi faktor pembenar bagi seseorang untuk melakukan hal yang amoral... lantas Siapa yang harus dipersalahkan dalam hal ini…Wanita itu sendiri? Fasilitator? dalam hal ini bisa pemilik situs porno? sutradara? pemilik majalah dan tabloid porno? Keadaan Lingkungan? Penikmat? Yang dalam hal ini tentu saja kaum adam, Atau siapa ????

Boleh jadi dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan satu persatu secara terpisah. Karena semua penyebab itu saling berkaitan satu sama lain… Eksploitasi tubuh wanita ibarat mata rantai yang tidak terpisahkan, Globalisasi dan Liberalisasi menempatkan Wanita sebagai alat komersial yang begitu canggih dan mudah digunakan untuk pelbagai tujuan. Dimana wanita dieksploitir dari berbagai segi : imej, status, moral, seks, dan biologikal, juga melalui iklan perdagangan. Sehingga jangan heran jika ada iklan oli namun visualisasinya seorang wanita yang tersingkap roknya… Na’udzubillah… apa hubungannya…? Namun itulah pasar… dan wanita selalu menarik untuk dipasarkan… itulah daya pikat wanita, yang dipergunakan secara salah kaprah… harus diakui, memang sulit untuk memberantas berbagai bentuk eskploitasi tubuh wanita ini... Semua kembali lagi ke pribadi masing-masing, dimana jika semua pribadi berperilaku sesuai dengan nurani dan mempertimbangkan harga diri, tentu hal tersebut akan segera terhenti... itulah yang terjadi di sekitar kita…

Sebenarnya Wanita merupakan aset yang amat bernilai dan tenaga penggerak sebuah kemajuan. Seharusnya wanita menjadi benteng pertahanan moral dalam masyarakat yang selalu berubah dan sering dilanda kegawatan dan kemelut sosial. Wanita menjadi sumber inspirasi dan penyebar segala bentuk kasih sayang dalam upaya membentuk masyarakat yang penyayang. Peranan wanita sangat strategis dalam upaya menciptakan generasi yang unggul sehingga tercipta peradaban yang baik pula. Mari kita mulai dari diri kita…. tulisan ini tidak hanya untuk dibaca… tulisan ini tidak hanya untuk disimpan… tulisan ini tidak hanya untuk dikomentari Masya Allah, atau masa iya…katakan bahwa diciptakannya kaum wanita bukan untuk dihinakan…! Tapi untuk dimuliakan…

Wallahu’alam’bis Showab…

Wednesday, March 21, 2007

Kaum Islamis dan Sekuler Tunis Satu Suara: Larangan Jilbab Melanggar HAM

(Sumber: eramuslim.com, Senin, 12 Mar 07 08:30 WIB)

Kaum oposisi Tunis yang terdiri dari para politisi dan kaum intelektual, melanjutkan aksi menekan pemerintah yang telah menetapkan larangan terhadap jilbab. Uniknya, aksi ini justru dipelopori oleh kalangan Islamis dan sekuler.

Mereka menelurkan sebuah dokumen bersama, antara lain menetapkan bahwa menggunakan jilbab adalah hak individu yang tidak boleh dilarang bagi wanita yang ingin mengenakannya.

Ketetapan bersama itu dianggap para pengamat, sebagai langkah balik dari kalangan sekuler dan kiri yang sebelumnya telah menyatakan secara prinsip, menolak jilbab. Dalam ketetapan itu, mereka juga mengkritisi soal banyaknya hak-hak perempuan berjilbab yang terlanggar, baik di bidang pengajaran, bekerja, dan juga terkait hak persamaan mereka dengan pria. Dalam soal ini, pengamat menganggap telah terjadi perubahan pemikiran di kalangan Islamis. Karena sebelum ini kalangan Islamis tegas menyatakan perbedaan antara hak perempuan dan laki-laki dalam hal-hal tertentu.

Dokumen bersama yang dideklarasikan oleh kelompok yang menamakan diri mereka kelompok “Perhimpunan 18 Oktober untuk HAM” dan dokumen mereka bertajuk, Tentang Hak -hak Perempuan dan Persamaan Hak antara Perempuan dan Laki-laki. Nama 18 Oktober diambil karena awal pertemuan arus ini terjadi pada 18 Oktober 2005. Anggotanya terdiri dari kalangan lintas pemikiran dan politik, baik Islamis maupun sekuler. Utamanya adalah Harakah Nahdhah yang mewakili arus Islamis di Tunis, Partai Demokrat Modern beraliran sekuler, juga Partai Buruh Komunis Tunisia.

Mushtafa ben Jafar, kepala partai Demokrat Modern mengatakan, “Ini adalah dokumen yang memiliki nilai sejarah penting. Karena dokumen ini telah berhasil dibuat setelah melakukan kesuksesan dalam dialog dan kajian terhadap masalah-masalah yang diperselisihkan selama ini antara arus Islam dan sekuler, terhadap masalah hak perempuan. ”

Jafar menegaskan pada para wartawan, bahwa, “Dokumen ini telah menghilangkan perselisihan terhadap masalah perempuan yang telah dihidupkan oleh pemerintah selama 20 tahun hingga semakin memperdalam perselisihan dan perbedaan antara arus politik oposisi, yang dipelopori oleh arus Islam dan arus sekuler. ”

Sementara Zeyad Daulatay, salah satu pimpinan Harakah Nahdhah Islamiyah, mengakui urgensi dokumen ini sebagai, “kesepakatan pertama dalam sejarah di wilayah Arab dan bahkan dunia Islam. Di mana dalam dokumen itu, kalangan sekuler dan Islamis sama-sama sepakat terhadap hal yang satu, yang paling sering menjadi akar perselisihan antara mereka, yakni dalam masalah hak perempuan. ” Kepada Islamonline, ia mengatakan, “Kesepakatan ini membuka pintu untuk rakyat dari berbagai aliran untuk bergabung bersama guna membahas masalah lain yang selama ini diperselisihkan, seperti masalah demokrasi, masalah agama dan negara, dan juga masalah lainnya. ”

Kelompok Islamis dan sekuler Tunisia ini membeberkan sejumlah kasus yang merugikan perempuan Tunisia, antara lain, perbedaan mencolok antara hak untuk perempuan dan laki-laki di Tunis menyebabkan tingkat buta baca tulis di kalangan perempuan sangat banyak. Selain itu juga soal kesempatan bekerja wanita, di mana upah untuk perempuan berbeda 14% daripada upah untuk kaum laki-laki. Bahkan perbandingan itu bisa mencapai 18%. Kelompok tersebut menuntut pemerintah menghapus undang-undang yang melarang perempuan berjilbab sehingga tidak mendapatkan haknya. (na-str/iol)

Tuesday, March 13, 2007

Pemain Berjilbab Dikeluarkan dari Pertandingan Bola, FIFA Turun Tangan

(Sumber: eramuslim.com, Rabu, 28 Peb 07 17:24 WIB)

FIFA tengah membahas masalah penggunaan jilbab bagi pemain sepak bola wanita yang ikut bertanding dalam event internasional. Hal ini berawal dari kasus penggunaan jilbab seorang pemain bola wanita telah memunculkan perbincangan heboh di Kanada.

Kasus ini sampai melibatkan pejabat Quebec, dan bahkan sejumlah petinggi sepak bola di lokasi itu menuntut FIFA untuk memberi batasan resmi soal jilbab dalam olah raga paling digandrungi masyarakat dunia ini.

Perbincangan seru tentang jilbab di lapangan hijau mulai terjadi ketika salah seorang pemain bola bernama Asmahan Mansour (11), remaja asal Kanada, dikeluarkan dari lapangan, karena menolak melepaskan jilbabnya saat bertanding.

Menurut harian Lo Journal Du Montreal yang terbit di Kanada (27/2), masalah ini menjadi panas saat Jean Charest kepala kementerian Quebec Kanada berbicara dan mendukung keputusan wasit pertandingan yang menghentikan pemain berjilbab. Menurut Charest, “Hakim melakukan tindakan yang benar, karena dia ingin menerapkan peraturan permainan dengan serius. ”

Namun demikian kasus penghentian itu, dibantah oleh pelatih Asmahan yang bernama Louis Maneiro. Ia menyatakan menolak keputusan hakim dan bahkan tindakan protes itu juga didukung sejumlah tim lain yang merasa toleran dengan apa yang dilakukan oleh pelatih Asmahan, dan menganggap bahwa keputusan wasit adalah pelanggaran terhadap HAM.

“Wasit hanya melihat bahwa saya wanita Muslimah berjilbab. Karena itu saya tidak berhak ikut serta dalam dunia sepak bola selama tidak melepas jilbab di setiap pertandingan, ” ujar Asmahan.

Di sisi lain, Maneiro mengatakan tidak ada peraturan resmi dari FIFA yang melarang penggunaan jilbab saat pertandigan. Ia menjelaskan pelarangan hanya disebutkan dalam peraturan seperti larangan menggunakan perhiasan apapun, gelang, atau materi tertentu seperti kaca mata yang bisa membahayakan.

“Jika ada peraturan resmi bahwa wanita berjilbab terlarang main dalam pertandingan FIFA, niscaya tidak akan pula ada pertandingan sepak bola perempuan di negara-negara Islam, yang pasti melibatkan kaum perempuan berjilbab di lapangan, ” tambahnya. (na-str/iol)

Saturday, March 3, 2007

Kesan-kesan Berjilbab (26)

Salam semua,

Berikut ini adalah kesan-kesan berjilbab dari teman-teman kita. Thanx berat yah! Smoga 'pengalaman' ini bermanfaat buat saling mengingatkan serta menguatkan dan meningkatkan kesadaran kita akan kewajiban menutup aurat. Mungkin juga dapat bahan renungan buat temen-teman lain yg akan berjilbab! Amin...

Buat yang temen-temen lain kalo mau kontribusi, tolong dijawab dua pertanyaan berikut:
1. Sudah berapa lama kamu berjilbab?
2. Ada pengalaman menarik selama berjilbab, kapan dan sebutkan...

Jawabnya bisa melalui mailbox atau testimonial-nya Berjilbab di Friendster atau langsung di-post aja di bagian 'comment' di bawah posting ini. Jangan 'anonymous' loh. Makasih...

wassalam,

****

Salma :
aLhamduLillaH,,make jilbab da ampir 6 tahun, cuma ceritanYa tuh panjang bangeT tp ya aLhamdllh kesampean jg n i-4JJI selamanYa, Amin. Awal pgn pk jilbab dah ad sejak SD cm ortU ms g ngzinin coz takut tar cm moody doang, masuk SMP ternyta rasanYa malah makin Gde tapi masih ttep g di boleHin, n Akhirnya waktu SMK mau masuk Kelas 3, niatnYa alhmdllh trLksana n OrTu jg sgt spport iTu. Sekarg dari awal pak amp detik ini, yg di rasa adem, enak, terlindungi, n always feel comport walo kdg dalm satu linkungan tertntu mreka anggep unUssuaL... buT tteP PD abeZ... :) Doain moga truS dikasih Hidayah yacH.

Diah :
Jilbab... 1 juni 2000... pertama kali aku pake jilbab, tanpa ba bi bu, tanpa bilang kanan kiri, cuman emang orang rumah udah tau aja kalo aku udah lama pengen pake jilbab. Nggak tau, hari itu aku gelisah banget gara-gara jilbab. Poko'e seharian yang dipikirin hari itu all 'bout wearing JILBAB! JAdinya, ya bismillah aja pake jilbab 4 the 1st pas mo Bbimbel UMPTN. Doain istiqomah ya!

Titin :
6 tahun aku mengenakan jilbab. Godaannya dikit, dan yang paling senang aku dibilang ibu haji padahal kan aku belum naik haji. Mudah2an dengan dibilang ibu haji bisa kesampean naik haji. Amien. Daokan ya!