(Sumber: MyQuran)
Bayangkan apabila Rasulullah SAW dengan seizin Allah SWT tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita. Apa yang kita akan lakukan? Mestinya kita akan berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah SAW sudi menginap beberapa hari di rumah kita. Beliau tentu tersenyum.
Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah SAW menunggu sebentar didepan pintu karena kita teringat video CD rated 17+ yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut kedalam. Beliau tentu tetap tersenyum.
Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah tak berpakaian yang kita pajang di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa. Barangkali kita akan memindahkan lafal Allah dan Muhammad yang ada diruang samping dan kita meletakkannya diruang tamu. Beliau tentu tersenyum.
Bagaimana bila kemudian Rasulullah SAW bersedia menginap di rumah kita?
Barangkali kita teringat bahwa anak kita lebih hapal lagu barat daripada menghapal sholawat kepada Rasulullah SAW, Barang kali kita menjadi malu bahwa anak-anak kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mengajari anak-anak kita. Beliau tentu tersenyum.
Barang kali kita menjadi malu bahwa anak kita tidak mengetahui satupun nama keluarga Rasulullah SAW dan sahabatnya tetapi hapal di luar kepala mengenai anggota Power Ranger atau kelompok Band peter pan. Barangkali kita terpaksa harus menyulap satu kamar menjadi ruang Shalat. Barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki pakaian yang pantas untuk berhadapan kepada Rasulullah SAW. Beliau tentu tersenyum.
Belum lagi koleksi buku-buku kita dan anak kita. Belum lagi koleksi kaset kita dan anak-anak kita. Belum lagi koleksi CD kita dan anak-anak kita. Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?
Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berkumandang. Beliau tentu tersenyum.
Barang kali kita menjadi malu karena pada saat maghrib keluarga kita malah sibuk didepan TV. Barang kali kita menjadi malu karena kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi. Barang kali kita menjadi malu karena keluarga kita tidak pernah menjalankan sholat sunnah. Barang kali kita manjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita. Beliau tentu tersenyum.
Barang kali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita. Barang kali kita menjadi malu jika Rasulullah SAW bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita. Betapa senyum beliau masih disitu.
Bayangkan apabila Rasulullah SAW tiba-tiba muncul didepan pintu rumah kita Apa yang kita akan lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilahkan beliau berkunjung ke rumah karena hal itu akan sangat membuat kita repot dan malu.
Maafkan kami ya Rasulullah Masihkah beliau tersenyum? Senyum pilu, senyum sedih, dan senyum getir Oh, betapa memalukannyan kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah.
Monday, September 3, 2007
Bila Rasulullah SAW Menjenguk Kita...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment