Tuesday, February 17, 2009

Istri Impian

Oleh: H.N. Dewantara

Sumber: Warnaislam.com, Senin, 16 Februari 2009 11:00

Semalam ada film menarik di salah satu stasiun tivi, judulnya "Stepford Wives". Isinya tentang sebuah komunitas di perumahan Stepford dimana istri-istri mereka semua 'sangat ideal' menurut impian suami seorang Amerika. Saya suka nonton film ini karena.. justru kisah dibalik impian itu yang seru.

* * *

Digambarkan bahwa seorang istri ideal adalah istri yang gemar membereskan rumah, selalu terlihat cantik, wangi dan ceria. Penurut dan tidak pernah mempertanyakan ke mana suaminya pergi. Selalu menyambut suaminya pulang, anak-anak mereka terawat dengan rapi dan bersih. Serta beberapa poin yang digambarkan dalam film itu seperti istri-istrinya cerdas tapi tidak punya otak, 'memuaskan' dalam segala hal dan soal cinta? Ini poin terakhir yang justru bukan poin penting.

Saya senyum-senyum kalau nonton film ini (yang sudah kesekian kalinya).
Antara istri ideal dan istri impian

Tahun lalu saya sudah pernah menuliskan tentang percakapan dua orang istri dalam bis yang saya tumpangi saat menuju kantor. Dan kali ini dari film yang notabene bercerita tentang gambaran ideal Amerika tentang istri-istri mereka, tampaknya menarik juga untuk dibahas.

Menurut mereka istri ideal adalah seperti yang sudah saya ceritakan di atas tadi. Dan tiba-tiba saya teringat dengan FDA, seorang perempuan keturunan Dayak yang sangat kepingin jadi jadi perempuan Jawa. Hal ini karena bagi dia perempuan Jawa itu adalah gambaran seorang istri yang sangat ideal. Kurang lebih mirip dengan kriteria 'istri ideal' dalam gambaran film tersebut.

Tapi, seperti kebanyakan perempuan dimanapun di dunia ini, cinta tetap nomor satu. Bagaimana mungkin seorang perempuan rela mengorbankan dirinya dan karirnya untuk mengikuti kemana saja suaminya jikalau bukan atas dasar cinta?

Bahkan seperti dalam tradisi di Jepang jaman dulu, walau suaminya pulang dalam keadaan mabuk karena habis minum-minum dengan rekan-rekannya, mereka tetap menyambut suaminya, membukakan sepatunya, menggantikan bajunya dengan baju tidur dan setelah itu ditinggal ngorok suaminya yang sudah 'terbang' ke alam mimpi akibat pengaruh minuman sake.

Dan.. ini belum cerita soal istri-istri yang dipoligami.. Wah, bisa tambah panjang deh pembahasannya..
Cerita dibalik istri impian

Saat dua pertiga film itu, barulah ketahuan seperti apa ternyata dibalik keidealan para istri-itri itu. Ternyata adalah seorang ahli genetika dan juga sibernetika dimana dia bukan cuma telah menjadi para istri yang tinggal di Stepford itu seperti robot yang menurut saja segala kemauan suami, tapi dia juga merekayasa robot untuk menjadi suami impiannya.

Lho, memang suaminya sendiri kemana?

Suaminya, yang melihat bahwa istrinya adalah seorang 'wonder woman', seorang 'supergirl', yang bisa segalanya, gajinya lebih besar, lebih pintar darinya, punya kekuasaan, malah merasa bahwa dia hanyalah 'suami status'.

Istilah jawanya, 'suami tandonan' atau suami serep, suami cadangan.

Dan apa yang terjadi? Bukan bangga dan bahagia punya istri yang 'serba lebih' begitu. Malahan akhirnya dia memilih asisten istrinya yang cerdas dan cantik serta lebih 'menggairahkan' dibanding istrinya yang selalu sibuk dan penuh dengan pikiran. Tapi tetap cantik sih.. dan kelewat cerdas.

Akhirnya, karena dia sangat mengidamkan punya suami yang ideal menurut dia, yang tidak pernah selingkuh, selalu setia dan sayang padanya, dari pada susah-susah mencari satu di antara seribu atau mungkin malah sejuta yang seperti itu, dia bikin saja robot yang bisa dia program sesuai dengan keinginannya. Lalu dengan kecanggihan teknologi, bisa dibuat semirip mungkin sehingga manusia pun menganggap dia adalah manusia juga.

Gampang kan?

Lalu, karena dia merasa 'bersalah' telah mengabaikan suaminya sehingga suami aslinya malah kabur dengan asistennya, dia terapkan teknologi pengendali otak bagi para istri-istri hebat.

Maksudnya, yang datang ke perumahan itu tadinya adalah pasangan suami istri dimana istrinya memegang tampuk tertinggi suatu perusahaan dan suaminya hanya seorang pegawai rendahan atau tidak setinggi istrinya.

Lalu si suami merasa bahwa dirinya telah diabaikan oleh istrinya yang karena sibuk dengan pekerjaannya, jadi tidak bisa dimintai 'sedikit' saja kasih sayangnya.

Memang benar sih, sebetulnya para suami tidaklah butuh seorang perempuan yang 'serba segalanya'. Yang mereka butuhkan seperti yang tertuang dalam Quran, yaitu qurrota a'yun atau 'menyenangkan mata'.

Begitu pulang, suami disambut dengan wajah berseri, sudah wangi dan penuh keceriaan. Bukan apa-apa, pastilah sepulang kerja badan penat dan penuh pikiran bisa membuat suasana jadi kacau bila pulang mendapatkan istri yang.. 'kacau' juga dalam penampilan.

First look is important kata orang bule sana. Dan saya setuju itu. Begitu pula Mamah Dedeh (tau kan?)

Dan hal-hal yang seperti itu yang menimbulkan rasa cinta, yang lalu berimplikasi dengan mudahnya 'dana taktis' mengalir dari kocek suami.

Bukan saya mengajarkan para istri jadi materialistis, tapi memang wajarlah istri jadi 'cewe matre' sama suami sendiri. Toh bukan sama suami orang lain, ya kan?

Bukan begitu, sodare-sodare?

Trims sudah membacanya..

No comments: