(Sumber: www.syariahonline.com)
Pertanyaan:
Assalaamu'alaikum Wr.Wb.
Seperti yang saya ketahui, yang bukan aurat adalah telapak tangan dan wajah. Saya ingin mengetahui mengenai pemakaian kaus kaki. Karena ada sebagaian yang memakai ada yang tidak. Dan telapak kaki terlihat. Apakah boleh menampakkan telapak kaki kepada non muhrim, tetapi waktu sholat telapak kaki tidak terlihat (memakai kaus kaki).
Terima kasih
Lita
Jawa Barat
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Para ulama memang berbeda dalam menetapkan batas aurat wanita. Yang umumnya mengatakan seluruh tubuh kecuali wajah dan tapak tangan. Namun sebagian ulama Al-Hanafiyah dan khususnya Imam Abu Hanifah ra. sendiri mengatakan bahwa yang termasuk bukan aurat adalah wajah, tapak tangan dan kaki. Kaki yang dimaksud bukan dari pangkal paha tapi yang dalam bahasa arab disebut qodam, yaitu dari tumit kaki ke bawah. Menurut beliau qadam bukan karena aurat karena kedaruratan yang tidak bisa dihindarkan.
Sehingga para wanita pengikut mazhab Al-Hanafiyah sudah merasa cukup shalat dengan menggunakan rok panjang sebagai bawahan tanpa harus menutup bagian bawah kakinya dan tanpa harus mengenakan kaos kaki.
Namun jumhur ulama mengatakan bahwa aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan tapak tangan. Sehingga kaki tetap merupakan aurat yang tidak boleh diperlihatkan kepada non mahram. Baik di dalam shalat mapun di luar shalat.
Al-Malikiyah dalam kitab 'Asy-Syarhu As-Shaghir� atau sering disebut kitab Aqrabul Masalik ilaa Mazhabi Maalik, susunan Ad-Dardiri dituliskan bahwa batas aurat waita merdeka dengan laki-laki ajnabi (yang bukan mahram) adalah seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
Asy-Syafi`iyyah dalam pendapat As-Syairazi dalam kitabnya 'al-Muhazzab', kitab di kalangan mazhab ini mengatakan bahwa wanita merdeka itu seluruh badannya adalah aurat kecuali wajah dan tapak tangan.
Dalam mazhab Al-Hanabilah kita dapati Ibnu Qudamah berkata kitab Al-Mughni 1 : 1-6, Mazhab tidak berbeda pendapat bahwa seorang wanita boleh membuka wajah dan tapak tangannya di dalam shalat.
Daud yang mewakili kalangan zahiri pun sepakat bahwa batas aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuai muka dan tapak tangan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Nailur Authar. Begitu juga dengan Ibnu Hazm mengecualikan wajah dan tapak tangan sebagaiman tertulis dalam kitab Al-Muhalla.
Para mufassirin yang terkenal pun banyak yang mengatakan bahwa batas aurat wanita itu adalah seluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan. Mereka antara lain At-Thabari, Al-Qurthubi, Ar-Razy, Al-Baidhawi dan lainnya. Pendapat ini sekaligus juga mewakili pendapat jumhur ulama.
Selain itu ada hadits Aisyah ra yang menetapkan batas aurat wanita :
Seorang wanita yang sudah hadih itu tidak boleh nampak bagian tubuhnya kecuali ini dan ini� Sambil beliau memegang wajar dan tapak tangannya.
Memang ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa hadits Asma` binti Abu Bakar dianggap dhaif, tapi tidak berdiri sendiri, karena ada qarinah yang menguatkan melalui riwayat Asma` binti Umais yang menguatkan hadits tersebut. Sehingga ulama modern sekelas Nasiruddin Al-Bani sekalipun meng-hasankan hadits tersebut sebagaimana tulisan beliau 'hijab wanita muslimah', 'Al-Irwa`, shahih Jamius Shaghir dan `Takhrij Halal dan Haram`.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Tuesday, December 19, 2006
Batasan Aurat Wanita
Posted by Muslimah Berjilbab at 4:57 PM 6 comments
Labels: tanya-jawab
Thursday, December 14, 2006
Islam Memuliakan Wanita
Oleh: Najmah Saiidah
(Sumber: www.kotasantri.com)
Islam sering dituding sebagai agama yang tidak memihak wanita karena sebagian aturan-aturannya dianggap mengekang kebebasan kaum wanita. Aturan-aturan Islam 'klasik' dianggap terlalu maskulin atau male-biased, cenderung bias jender, yang menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah kaum pria. Karenanya, aturan-aturan Islam dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini, karena bertentangan dengan konsep kesetaraan; seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan waris, poligami, kepemimpinan laki-laki dalam keluarga, nafkah, pakaian Muslimah; apalagi kepemimpinan laki-laki dalam negara yang jabatan ini memang diharamkan bagi wanita.
Merebaknya paham sekularisme di tengah-tengah kaum Muslim yang melahirkan kebebasan dan gaya hidup individualis-materialistis rupanya telah memberikan pengaruh besar kepada kaum Muslim dan mengkondisikan mereka untuk menerima apapun yang berbau 'modern'. Wajar jika kemudian, kebahagiaan diukur dengan nilai-nilai yang bersifat duniawi, seperti terpenuhinya sebanyak mungkin kebutuhan jasmani atau sebanyak mungkin materi yang dihasilkan. Akhirnya, para wanita bersaing dengan kaum pria untuk menghasilkan karya dan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya sehingga peran wanita sebagai istri dan ibu sering diabaikan dan dianggap tidak berarti, karena tidak dapat memberikan konstribusi secara ekonomi kepada keluarga.
Para wanita bersaing dengan pria untuk merebut posisi tertinggi dalam suatu pekerjaan, lembaga, bahkan dalam pemerintahan; tanpa mencermati terlebih dulu apakah langkah tersebut diperbolehkan atau tidak oleh Islam. Mereka bangga menjadi seseorang yang mampu memberi konstribusi besar secara materi kepada keluarga. Sebaliknya, mereka nyaris menanggalkan kebanggaannya menjadi seorang Muslimah serta kemuliaannya sebagai istri dan ibu, pengasuh dan pendidik bagi anak-anak dan masyarakatnya.
Bagaimana Islam Memandang Wanita?
Islam merupakan agama yang sempurna. Seluruh ajarannya bersumber dari wahyu Ilahi yang tidak akan berubah sampai kapan pun. Allah SWT telah memberikan aturan-aturan dengan rinci. Dengan aturan-aturan itu, seluruh problem hidup makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi apapun dapat diselesaikan dengan memuaskan tanpa ada satu pun yang dirugikan.
Aturan-aturan Islam senantiasa memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, Islam lahir dari Zat Yang menciptakan manusia; Dia Mahatahu atas hakikat makhluk yang diciptakan-Nya. Islam memandang bahwa kebahagiaan dan kemuliaan seseorang tidak diukur dari materi; di tangannya pula tergenggam masa depan umat—karena ia adalah tiang negara, yang menentukan tegak atau runtuhnya sebuah negara/masyarakat.
Karenanya, Islam sangat mendorong para wanita untuk senantiasa tanggap terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya (sadar politik). Mereka juga terus didorong untuk membekali diri dengan pemahaman Islam sehingga mampu menyelesaikan seluruh problem yang ada di sekelilingnya dengan benar.
Senantiasa tersimpan dalam benak kita, betapa Rasulullah SAW tidak pernah membedakan para wanita dalam mendapatkan ilmu. Rasulullah SAW bahkan menyediakan waktu dan tempat tersendiri untuk kajian kaum wanita atau mengutus orang-orang tertentu untuk mengajari para wanita bersama mahram-nya.
Sangatlah jelas, bahwa Islam mencerdaskan kaum wanita, karena ia adalah juga bagian dari warga negara sebagaimana kaum pria; keduanya bertanggung jawab untuk membawa umatnya ke keadaan yang lebih baik.
Islam Memuliakan Wanita
Ketika Islam datang ke muka bumi ini dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW, sebenarnya telah sangat nyata bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita. Islam mencela dengan keras tradisi Jahiliah, di antaranya mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru dilahirkan atau pewarisan istri ayah kepada anak laki-lakinya. Celaan Islam atas perilaku Jahiliah tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan dan meninggikan derajat kaum wanita. Allah SWT berfirman: "Jika seseorang dari mereka dikabari dengan (kelahiran) anak perempuan, merah-padamlah mukanya, dan ia sangat marah. Ia bersembunyi dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dan menanggung kehinaan atau menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu." (QS. an-Nahl [16]: 58-59).
Rasul SAW juga bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra: "Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik?" Rasul menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu; lalu bapakmu; baru kemudian kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya." (HR. Muslim).
Dari beberapa hadits di atas dapatlah dipahami, bahwa Islam benar-benar menghargai dan memuliakan kaum hawa. Banyaknya pujian yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya terhadap kaum wanita mengandung makna bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita; sedikit pun tidak menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah laki-laki. Artinya, Islam tidak pernah berlaku tidak adil kepada wanita.
Ketika Allah dan Rasul-Nya mengharamkan wanita duduk pada jabatan kekuasaan, tidak berarti bahwa Islam menempatkan wanita pada posisi warga negara nomor dua setelah laki-laki. Sebab, dalam pandangan Islam, posisi apa pun seseorang, apakah sebagai rakyat ataupun penguasa adalah sama, yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain. Keduanya sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing; penguasa sebagai pelaksana aturan-aturan Allah secara langsung, sedangkan rakyat sebagai pengontrol jalannya pemerintahan dan pengoreksi penguasa.
Adanya perbedaan ini tidak berarti yang satu lebih tinggi atau lebih mulia dari yang lain. Semua ini ditetapkan Allah sesuai dengan fitrahnya masing-masing; semata-mata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia. Sebab, nilai kemuliaan seseorang di mata Allah tidak diukur dari jenis kelaminnya, tetapi karena ketakwaan dan ketundukkanya kepada-Nya. Keberadaan keduanya di dunia ini adalah sebagai makhluk Allah yang saling melengkapi dalam menjalani kehidupan, dengan pembagian peran yang jelas dan seimbang serta tetap mengacu pada aturan yang telah Allah berikan. Dengan itulah manusia, baik pria maupun wanita, dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. (Dari berbagai sumber)
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:37 AM 0 comments
Labels: artikel
Saturday, December 9, 2006
Hijab Syar'i (Pakaian Wanita)
(Sumber: alsofwah.or.id)
Hijab syar’i adalah tutup yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh wanita yang haram diperlihatkan. Maksudnya pakaian yang dapat menutup semua yang wajib ditutupi oleh wanita. Dan sesuatu yang lebih wajib ditutupi adalah menutup wajah, karena wajah merupakan sumber fitnah dan bagian yang menarik. Maka wanita wajib menutup wajahnya dari orang yang bukan mahramnya. Adapun orang yang beranggapan bahwa hijab syar’i itu adalah menutup kepala, leher, dada, kaki dan pergelangan tangan, dan ia membolehkan wanita mengeluarkan wajah dan telapak tangannya, maka ini adalah pendapat yang sangat mengherankan. Karena sebagaimana dimaklumi bahwa bagian yang paling menarik dan tempat fitnah (pada wanita) adalah wajahnya.
Maka bagaimana mungkin dikatakan bahwasanya syari’ah melarang wanita mem-buka kakinya sementara ia diperbolehkan membuka wajahnya. Hal seperti ini tentu tidak mungkin terjadi dalam syari’at yang agung lagi bijaksana yang bersih dari kontradiksi. Setiap orang tahu bahwa bagian yang menarik bagi lelaki pada wanita adalah terletak pada wajahnya. Oleh karena itu seandainya ditanyakan kepada peminang, ‘Sesungguhnya tunanganmu bermuka jelek akan tetapi kakinya indah’, tentu ia tidak akan jadi meminangnya. Dan jikalau dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya tunanganmu berwajah cantik akan tetapi pada tangan atau telapak tangannya, atau pada kedua kakinya, atau pada betisnya jauh dari keindahan’, niscaya lelaki itu tetap meminangnya.
Maka dapat diketahui bahwa wajah adalah bagian yang lebih utama yang wajib ditutup. Ada beberapa dalil dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dan pendapat para shahabat dan para tokoh dan ulama Islam yang indikasikan akan kewajiban wanita menutup seluruh tubuhnya dari orang yang bukan mahramnya, dan menunjukkan bahwa sesungguhnya wajib bagi wanita menutup wajah-nya dari orang-orang yang bukan mahramnya.
Syarat-syarat hijab syar’i:
- Menutup seluruh tubuh.
- Pada dasarnya bukan perhiasan.
- Harus tebal, tidak tembus pandang.
- Harus lebar, tidak sempit.
- Tidak memakai parfum (wangi-wangian).
- Tidak menyerupai pakaian lelaki.
- Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 2:47 AM 2 comments
Labels: artikel
Friday, December 8, 2006
Mencari Sebuah Masjid
Taufik Ismail
Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentasng sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa
Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita
Aku rindu dan mengembara mencarinya
Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana
Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya
Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata
'Inilah masjid yang dalam pencarian Tuan'
dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air yang terasa, bukan dingin kiranya
demikian air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 7:12 AM 1 comments
Labels: puisi
Saturday, November 18, 2006
Dear Ukhti-ukhtiku...
Oleh: Anonym
(Sumber: Eramuslim)
Dear ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah, apa kabar iman-mu hari ini? Semoga Allah Yang Maha Indah selalu memberi keindahan padamu dan melindungimu dari segala keburukan.
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah, sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah. Dan "perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami." (HR.Ibnu Hibbab dari Abu Hurairah)
Ukhti-ukhtiku,
Pagi ini aku membaca sebuah buku didalamnya terdapat 10 wasiat Rasulullah kepada putrinya Fathimah binti Rasulillah.
Sepuluh wasiat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya, bila kemudian dimiliki oleh setiap istri sholehah. Wasiat tersebut adalah:
1. Ya Fathimah, kepada wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, Allah pasti akan menetapkan kebaikan baginya dari setiap biji gandum, melebur kejelekan dan meningkatkan derajat wanita itu.
2. Ya Fathimah, kepada wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah menjadikana dirinya dengan neraka tujuh tabir pemisah.
3. Ya Fathimah, tiadalah seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan mencuci pakaiannya, melainkan Allah akan menetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu org yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
4. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang menahan kebutuhan tetangganya, melainkan Allah akan menahannya dari minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
5. Ya Fathimah, yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhoaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridho kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fathimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.
6. Ya Fathimah, apabila wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah menetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika wanita merasa sakit akan melahirkan, Allah menetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Jika dia melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Bila meninggal ketika melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikitpun. Didalam kubur akan mendapat pertamanan indah yang merupakan bagian dari taman sorga. Dan Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang melayani suami selama sehari semalam dengan rasa senang serta ikhlas, melainkan Allah mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Dan Allah memberikan kepadanya pahala seratus kali beribadah haji dan umrah.
8. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang tersenyum di hadapan suami, melainkan Allah memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
9. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang membentangkan alas tidur untuk suami dengan rasa senang hati, melainkan para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wannita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
10. Ya Fathimah, tiadalah wanita yang meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, melainkan Allah memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya yang didatangkan dari sungai2 sorga. Allah mempermudah sakaratul-maut baginya, serta kuburnya menjadi bagian dari taman sorga. Dan Allah menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal-mustaqim dengan selamat.
Ukhi-ukhtiku yang kucintai karena Allah,
Begitu indah menjadi wanita
Dengan kelembutan dan kasihnya
Dapat merubah dunia
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah
Agar negeri menjadi indah
Karena dirimu adalah tiang negeri ini
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah
Tidakkah dirimu galau
Melihat keadaan negeri saat ini
Apa yang akan kau katakan pada anakmu kelak
Saat ia bertanya mengapa negeriku sperti ini?
Jadilah diri-dirimu menjadi wanita sholehah
Karena esok negeri ini ditangan generasi kita.
Ukhti-ukhtiku yang kucintai karena Allah
Begitu indah menjadi istri
Setiap perbuatannya merupakan pahala untukmu
Lakukan dengan ikhlas karena Allah
Insya Allah dunia akhirat ada ditanganmu.
Ukti-ukhtiku yang kucintai karena Allah
Semoga Allah yang Maha baik
Menjadikan kita wanita dan istri sholehah
Membantu dan membimbing kita untuk tetap dijalanNya Amiin.
Untuk ukti-ukti ku dimanapun dirimu berada...
miss U.
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:33 AM 0 comments
Labels: artikel
Saturday, November 11, 2006
Pengacara Berjilbab Diizinkan Ikut Sidang di Inggris
Ahmad Dani - detikcom
Jakarta - Pelan-pelan perkembangan agama Islam di Inggris mulai berjalan baik. Diskriminasi yang diterapkan pemerintah Inggris beberapa bulan terakhir, lambat laun mulai melunak. Pemerintah Inggris memberikan lampu hijau bagi pengacara berjilbab untuk ikut dalam persidangan.
Seperti dikatakan Badan Peradilan Inggris, mereka memberikan keleluasaan kepada wanita muslim untuk menutup mahkotanya. Pernyataan ini menyusul maraknya penolakan larangan mengenakan jilbab bagi para petugas peradilan dan para saksi di persidangan.
Rekomendasi ini berjalan hingga petunjuk secara detail dikeluarkan Dewan Pengkajian Yudisial Inggris untuk mengarahkan para hakim. Kebijakan ini berlaku dalam pelatihan hakim biasa dan anggota peradilan lainnya.
"Kami sudah menayakan kepada komite persamaan untuk mengurusi isu ini secepatnya. Dan petugas senior peradilan akan mengkonsultasikan kepada lembaga terkait untuk mengembangkan beberapa petunjuk pelaksanaannya," kata petugas tersebut seperti dikutip AFP, Sabtu (11/11/2006).
Kebijakan ini boleh dibilang suatu terobosan bagi persamaan kehidupan beragama di Inggris. Karena pada Senin 6 November lalu hakim George Glossop meminta saksi Shabnam Mughal melepas cadarnya ketika bersaksi di persidangan.
Sebelumnya mantan Menteri Luar Negeri Inggris, Jack Straw meminta perempuan melepas jilbabnya bila masuk ruangan kerjanya. Hal ini memicu perdebatan panas pada Oktober lalu.(ahm/ahm)
--
Posted by Muslimah Berjilbab at 10:23 AM 1 comments
Labels: berita
Friday, November 10, 2006
Ummu Mahjan, Pelajaran yang Tak Terlupakan
Ummu Mahjan, Pelajaran yang Tak Terlupakan
Oleh: Ummu Raihanah
Beliau seorang wanita yang berkulit hitam, dipanggil dengan nama Ummu Mahjan. telah disebutkan didalam Ash-Shahih tanpa menyebutkan nama aslinya, beliau berdomisili di Madinah.(lihat Ibnu Sa'ad dalam Ath-Thabaqat 8/414)
Beliau Radhiyallahu anha seorang wanita miskin yang memiliki tubuh yang lemah. Untuk itu beliau tidak luput dari perhatian Rasulullah sang pemimpin shalallahu alaihi wassalam, sebab beliau senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyai keadaan mereka dan memberi makanan kepada mereka, maka tidakkah anda tahu akan hal ini wahai para pemimpin rakyat?
Beliau radhiyallahu anha menyadari bahwa dirinya memiliki kewajiban terhadap akidahnya dan masyarakat islam, lantas apa yang bisa dia laksanakan padahal beliau adalah seorang wanita yang tua dan lemah? Akan tetapi beliau sedikitpun tidak bimbang dan ragu, dan tidak menyisakan sedikitpun rasa putus asa dalam hatinya. Dan rasa putus asa adalah jalan yang tidak dikenal dihati orang-orang yang beriman.
Begitulah, keimanan beliau telah menunjukkan kepadanya untuk menunaikan tanggung jawabnya. Maka beliau membersihkan kotoran dan dedaunan dari masjid dan beliau sapu , lalu beliau buang ke tong sampah dan beliau menjaga kebersihan rumah Allah, sebab masjid memiliki peran yang sangat penting dalam islam. Disanalah
berkumpulnya para pahlawan dan para ulama. Dan masjid ibarat parlemen yang sebanyak lima kali sehari digunakan sebagai wahana untuk bermusyawarah, saling memahami dan saling mencintai, sebagaimana pula masjid adalah universitas tarbiyah amaliyah yang mendasar dalam membina umat.
Begitulah fungsi masjid pada zaman Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, demikian pulalah yang terjadi pada zaman khulafaur rasyidin dan demikian pulalah seharusnya peranan masjid hari ini hingga tegaknya hari kiamat.
Untuk itulah Ummu Mahjan tidak kendor semangatnya, sebab pekerjaan itulah merupakan target yang dapat beliau kerjakan. Beliau tidak meremehkan pentingnya membersihkan kotoran untuk membuat suasana yang bersih bagi Rasulullah dan para sahabatnya dalam bermusyawarah yang senantiasa mereka kerjakan secara rutin.
Ummu Mahjan radhiyallau anha terus menerus menekuni pekerjaan tersebut hingga wafat beliau pada zaman Rasulullah shalallahu alihi wassalam. Maka para sahabat ridhwanullahi alihim membawa jenazah beliau setelah gelapnya malam dan mereka mendapatkan RAsulullah masih tidur sehingga mereka tidak ingin membangunkan beliau, maka mereka langsung menyolatkan dan menguburkannya di Baqi'ul Gharqad.
Pada pagi harinya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam merasa kehilangan wanita itu, kemudian beliau tanyakan kepada para sahabat, mereka menjawab, "Beliau telah dikubur wahai Rasulullah, kami telah mendatangi anda dan kami dapatkan anda masih dalam keadaan tidur sehingga kami tidak ingin membangunkan anda." Maka pergilah
Rasulullah sedangkan para sahabat menyertai beliau sehingga mereka menunjukkan kubur Ummu Mahjan. maka berdirilah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sementara para sahabat berdiri bershaf-shaf dibelakang beliau , lantas Rasululah menyolatkannya dan bertakbir 4 kali.(1)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ada seorang wanita yang berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, suatu ketika Rasulullah kehilangan dia, maka beliau bertanya tentangnya. Mereka berkata:"Dia telah wafat." Rasulullah shallahu alaihi wassalam berkata: "Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?" Abu Hurairah berkata: "Seolah-olah mereka menganggap bahwa kematian Ummu Mahjan itu adalah hal yang sepele." Rasulullah bersabda: "Tunjukkan kepadaku dimana kuburnya!" Maka mereka menunjukkan kuburnya kepada Rasulullah kemudian Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menyolatkannya lalu bersabda:
"Sesungguhnya kubur ini terisi dengan kegelapan atas penghuninya dan Allah meneranginya bagi mereka karena aku telah menyolatkannya."(2)
Semoga Allah merahmati Ummu Mahjan radhiyallahu anha yang sekalipun beliau seorang yang miskin dan lemah, akan tetapi beliau turut berperan sesuai dengan kemampuannya. Beliau adalah pelajaran bagi kaum muslimin dalam perputaran sejarah bahwa tidak boleh menganggap sepele suatu amal sekalipun kecil.
Oleh karena itu ia mendapatkan perhatian dari Rasulullah shalallau alaihi wassalam hingga ia wafat. Sehingga beliau menyalahkan para sahabat beliau ridhwanullahi alaihim yang tidak memberitahukan kepada beliau perihal kematiannya agar beliau dapat mengantarkan Ummu Mahjan ketempat tinggalnya yang terakhir didunia. Bahkan tidak cukup hanya demikian namun beliau bersegera menuju kuburnya untuk menyolatkannya agar Allah menerangi kuburnya dengan shalat beliau. Semoga Allah
memberi kita kekuatan untuk meniru dan meneladani akhlak mereka yang merupakan sebaik-baik generasi diatas muka bumi. Allahumma jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mencintai RasulMu dan para sahabatnya dan wafatkanlah kami diatas islam dan sunnah. Wallahu 'alam bishawwab.
footnote:
1. Al-Ishabah dalam Tamyizish Shahabah 8/187
2. Al-Ishabah 8/187, Al-Muwatha 1/277, An-Nasa'i 1/9 Hadits tersebut mursal, akan tetapi maknanya sesuai dengan hadits yang setelahnya yang bersambung dengan riwayat Bukhari dan Muslim.
----
Dikutip dari kitab: Nisau haula Rasul Mengenal Shahabiyah Nabi
Shalallahu alihi wassalam, dengan beberapa perubahan, hal;257-260,
Pustaka Tibyan, Solo, Agustus, 2001M
http://www.jilbab.or.id
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:48 PM 1 comments
Labels: profil
Monday, November 6, 2006
Aku Dimakamkan Hari Ini
Anonim
(Sumber: sebuah mailing list)
Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan...
Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir, tak juga tinggal,
Apatah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.
Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan ...
Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...
Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...
Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi
Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering kuumbar dulu
Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka,
maafkan aku ayah dan ibu,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka...
begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-siaan
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja, waktu hidup yg
hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu...
Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan...
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 9:54 PM 0 comments
Labels: artikel
Sunday, November 5, 2006
Muslimah Dan Profesinya
Oleh : Dadan Rusmawan
(Sumber: CyberMQ
"Pada jaman sekarang banyak wanita diantaranya menjabat posisi direktur, dekan, ketua yayasan, juga anggota majelis perwakilan rakyat. Sejarah Islam mencatat nama-nama wanita karir pada jaman Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah Ummu Salim binti Malhan, Shafiyah bin Huyay (istri Nabi) sebagai perias pengantin, Khadijah binti Khuwailid (istri pertama Nabi) dikenal sebagai pedagang yang suskses, begitu pun dengan Qilat Ummi Bani Anmar. Ada juga Al-Syifa' yang dikenal sebagai seorang penulis handal."
Sejak lama Islam telah mengajarkan persamaan antar manusia, baik pria dan wanita, antara bangsa, suku dan keturunan yang berbeda. Itu terjadi jauh sebelum gerakan emansipasi wanita dihembuskan oleh dunia barat. Dalam Islam yang membedakan mereka (pria dan wanita) hanyalah nilai pengabdian dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an surat Al-Hujuraat ayat 13 : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Gerakan emansipasi wanita tumbuh subur dan dikembangkan oleh barat melalui strategi global 'ghazwul fikri' (perang pemikiran) yang ditembakkan ke tubuh ummat Islam, khususnya wanita. Ide ini bersama-sama sekularisme dan nasionalisme menjadi satu paket ideologi yang merusak dan memporakporandakan bangunan umat Islam. Ghazwul fikri itu antara lain telah merusak pemahaman wanita dalam urusan keprofesian, sehingga mereka banyak bekerja diluar rumah dengan dalih mengejar karir. Mereka berani meninggalkan tanggungjawabnya sebagai isteri, ibu bagi anak-anaknya hanya untuk mencapai obsesinya itu.
Kedudukan wanita dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan. Muhammad Al-Ghazali, salah seorang ulama besar Islam kontemporer berkebangsaan Mesir, menulis: "Kalau kita mengembalikan pandangan ke masa sebelum seribu tahun, maka kita akan menemukan wanita menikmati keistimewaan dalam bidang materi dan sosial yang tidak dikenal oleh wanita-wanita di kelima benua. Keadaan mereka ketika itu lebih baik dibandingkan dengan keadaan perempuan-perempuan Barat dewasa ini, asal saja kebebasan dalam berpakaian serta pergaulan tidak dijadikan bahan perbandingan.”
Banyak faktor yang telah mengaburkan keistimewaan serta memerosotkan kedudukan tersebut. Salah satu di antaranya adalah kedangkalan pengetahuan keagamaan, sehingga tidak jarang agama (Islam) diatasnamakan untuk pandangan dan tujuan yang tidak dibenarkan itu.
Islam telah menempatkan posisi wanita sama dengan pria, bahkan Allah menegaskan dalam Al Qur'an surat Al Ahzab ayat 35 : “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Islam pun memberi kesempatan untuk berkarir (bekerja) seluas-luasnya kepada wanita. Selama pekerjaan itu, membutuhkannya dan atau selama mereka membutuhkan pekerjaan itu. Selama pekerjaan itu dilakukan dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.
Pada jaman sekarang banyak wanita diantaranya menjabat posisi direktur, dekan, ketua yayasan, juga anggota majelis perwakilan rakyat. Sejarah Islam mencatat nama-nama wanita karir pada jaman Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah Ummu Salim binti Malhan, Shafiyah bin Huyay (istri Nabi) sebagai perias pengantin, Khadijah binti Khuwailid (istri pertama Nabi) dikenal sebagai pedagang yang suskses, begitu pun dengan Qilat Ummi Bani Anmar. Ada juga Al-Syifa' yang dikenal sebagai seorang penulis handal.
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk kaum wanita, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan penting. Hanya ada jabatan yang oleh sementara ulama dianggap tidak dapat diduduki oleh kaum wanita, yaitu jabatan Kepala Negara (Al-Imamah Al-'Uzhma) dan Hakim. Namun sebagian ulama membolehkannya selama untuk kemaslahatan masyarakat, serta kemaslahatan Islam dan kemaslahatan bagi wanita itu sendiri dan kemaslahatan bagi usrah (keluarga), tapi dengan suatu alasan yang kuat tentunya. Diperbolehkannya hal itu bukan berarti wajib dan harus.
--
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:51 AM 0 comments
Labels: artikel
Saturday, October 28, 2006
Mawar & melati kehidupan
(source: sebuah posting di sebuah milis)
MAWAR
Mawar Pertama : Ingatlah bahwa Tuhanmu akan mengampuni orang yang mau meminta ampun, menerima taubat orang yang bertaubat dan mengabulkan do'a orang yang berdo'a.
Mawar Kedua : Sayangilah orang-orang yang lemah niscaya kamu akan bahagia, penuhilah kebutuhan orang yang membutuhkan, niscaya kamu akan senang, dan janganlah marah niscaya kamu akan diampuni-Nya.
Mawar Ketiga : Optimislah, niscaya Allaah akan bersamamu, malaikat memohon ampunan buatmu, dan surga menantimu.
Mawar Keempat : Hapuslah air matamu dengan berbaik sangka pada Tuhanmu, hilangkan kegelisahanmu dengan mengingat nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu.
Mawar Kelima : Jangan mengira kalau dunia akan melengkapi semua kebutuhan seorang manusia. Ketahuilah bahwa tidak ada keinginan manusia yang bisa terpenuhi semuanya dan juga tidak ada manusia yang bersih dari aib.
Mawar Keenam : Jadilah seperti kurma yang membawa manfaat, mempunyai kemuliaan tinggi, jauh dari penyakit. Walau dilempar dengan batutetap memberi buah yang segar.
Mawar Ketujuh : Apakah engkau pernah mendengar kalau kesedihan bisa mengembalikan apa yang telah lewat, kegelisahan bisa memperbaiki kesalahan? Lalu mengapa engkau harus bersedih dan gelisah?
Mawar Kedelapan : Jangan menunggu datangnya ujian dan musibah, tetapi tunggulah keamanan, keselamatan, dan kesehatan.
Mawar Kesembilan : Padamkan api kedengkian dalam dadamu dengan memaafkan kesalahan setiap orang yang menyakitimu.
Mawar Kesepuluh : Mandilah, bersihkan gigi, berwudhulah, dan pakailah minyak wangi untuk menghilangkan kotoran dan bau.
MELATI
Melati pertama : Jadilah seperti lebah, bertengger pada bunga yang semerbak dan daun yang segar dipandang mata.
Melati kedua : Jangan berikan waktumu untuk mencari aib manusia dan mengumpulkan kesalahan mereka.
Melati ketiga : Jika engkau merasa Allaah bersamamu maka mengapa engkau masih takut? Dan jika engkau merasa Allaah itu musuhmu makakepada siapa lagi engkau dapat berharap?
Melati keempat : Api kedengkian akan enggerogoti tubuh, memperbanyak kecemburuan seperti api yang mencerai beraikan.
Melati kelima : Jika hari ini engkau tidak enyiapkan bekal maka esok tidak akan lagi ada kesempatan bagimu.
Melati keenam : Jauhilah tempat-tempat ermainan dan pertengkaran.
Melati ketujuh : Jadikan dirimu lebih indah dari taman bunga dengan akhlakmu.
Melati kedelapan : Berbuatlah kebaikan niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling bahagia.
Melati kesembilan : Jangan berharap kepada makhluk demi Penciptamu, tinggalkan kedengkian demi kematian, dan tinggalkan permusuhan demi waktu yang berlalu.
Melati kesepuluh : Sesuatu yang haram itu mungkin terlihat lezat tetapi setelah itu akan datang penyesalan, kerugian, dan hukuman.
Taken from: To Be The Happiest Woman in The World by Syaikh Aaidh Abdullah Al-Qarni, The writer of La Tahzan (Don't Be Sad). Real Titleof this book in Arabic : As'adu Imra'atin Fil A'lam published by Al-Mu'assasah Ar-Rayyaan, Beirut, Lebanon.
Posted by Muslimah Berjilbab at 10:22 AM 0 comments
Labels: hikmah
Tuesday, October 17, 2006
Tambah Satu Lagi Melati Itu
Oleh: Ratnadewi Idrus
(Sumber: dudung.net)
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, supaya kamu selalu ingat. (QS. Al Araf 7:26)
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab 33:59)
*****
"Dunia ini semakin kacau Nisa! bunga-bunga semakin berani memamerkan aurat tubuhnya! astaghfirullaah.. kenapa mereka tidak mengerti?, kenapa Qalbu yang lembut itu tertutup? kenapa mereka lebih cinta dunia daripada Zat Yang Menciptakannya?.. kenapa?!.. "
Keluh Kasturi suatu ketika, ada semburat kemarahan dan kekecewaan di sana.
"Apakah mereka tidak sadar diri bahwa dulunya mereka mati?!, Apakah mereka tidak bersyukur bahwa dulunya mereka tak berbentuk?!, dan kini.. mereka memilih menjual nyawa daripada menjaga kehormatannya! Padahal Allah begitu menyayangi mereka! Mereka korbankan jiwa demi uang, popularitas atau nama!". Padahal semua akan tinggal!..
Sungguh.. kasihan sekali!, apakah mereka tidak pernah membaca sejarah bahwa di zaman jahiliyah kehadiran mereka adalah lambang kenistaan?!, lebih baik mereka di kubur hidup-hidup daripada dipelihara dengan tanggungan kehinaan! dan kini setelah dimuliakan, mereka malah berbalik merendahkan dirinya!. Sudah di dunia rendah, apatah lagi di akhirat kelak?!
Gara-gara mereka cermin wanita ternoda! gara-gara mereka fitnah merajalela!, gara-gara mereka dunia ditimpa malapetaka!. Aku benci mereka Nisa.. aku benci!.."
Semua terdiam mendengar perkataan Kasturi. Untaian katanya begitu menusuk, tajam dan mungkin menyakitkan?!. Sementara Nisa mencoba tersenyum menahan pahitnya kenyataan.
"Apa yang engkau keluhkan ini, sama seperti yang kukeluhkan dulu, Kasturi..". Ujar Nisa pelan, seraya melirik Ayuning yang duduk di sampingnya.
"Kebencianmu pada mereka bisa Nisa maklumi karena cintamu pada Allah.., sebagaimana sabda Rasul-Nya: Iman yang paling utama adalah bahwa engkau mencintai (seseorang) karena Allah dan membenci (seseorang) karena Allah. (At Thabrani)
Membenci mereka, karena tidak memperhatikan Firman Allah!, sebab itu timbul usaha untuk merangkul mereka dengan kasih sayang agar kembali mendapat keridhaan Allah. Betul begitukan ?!.."
Kasturi menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. Selanjutnya ketiga sahabat itu tenggelam dalam perbincangan panjang.
*****
Nisa memohon pada Yang Maha Kuasa agar memberikannya kekuatan, ia sadar sepenuhnya yang hadir di pengajian melati bukan hanya mereka yang mengenakan pakaian yang disyariatkan Allah. Usai berdo'a, perlahan ia mulai memberikan salam dan percikan.
"Ukhty, Allah Swt yang sangat menyayangimu berfirman:
Hai Anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari syurga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS. Al Araf 7:27)
Allah telah memberitahukan keadaan nenek moyang kita dulu sewaktu diperdayakan, betapa senangnya syaitan melihat aurat Adam dan Hawa, begitu pula dengan kita. Sungguh! aurat yang tak terjaga itulah gerbang pembuka kemaksiatan di muka bumi ini!
Sungguh ukhty, Allah yang menciptakan kita lebih tahu mana yang terbaik untuk ciptaan-Nya! Allah menyuruh kita menjaga aurat karena tidak ingin kita teraniaya dan celaka.
Dulu kita tidak ada, dengan kasih sayang-Nya, Ia menghadirkan kita. Pernah melihat lukisan indah seseorang?. Kita saja yang melihatnya akan merasa takjub dan menghargainya, apatah lagi yang melukiskannya?!.. Tentu Sang Pelukis lebih menghargai lukisannya, lebih menyayanginya, daripada insan yang hanya menilai. Begitu pula Allah terhadap kita ukhty! Allah tidak ingin lukisan-Nya dihina dan hidup sia-sia di dunia ini!.
Siapa yang paling menyayangimu kalau bukan Allah? Rasakanlah kasih sayangnya dari lukisan wajah indahmu di hadapan cermin itu. Begitu sempurna!, Begitu indah! Tidakkah engkau ingin mensyukurinya?.
Rasakan pula dalam setiap degup jantungmu, denyut nadimu, desah nafasmu, dan setiap apa yang engkau rasa pada dirimu. Tidak terpikirkah betapa Allah senantiasa merawatmu?!. Ia tak pernah menghentikan dan membiarkanmu sedikitpun kesusahan. Walau betapa banyak salahmu, Allah masih selalu mengasihimu, mengasihimu!. Begitu banyak nikmat yang Ia berikan, jangankan untuk bersyukur, diri kita malah kufur.
Bukankah nikmat rasanya jika disayang itu ya ukhty? jikalau kita sudah mengerti, mengapa kita tidak ingin disayang oleh yang Maha Penyayang itu sendiri?!.. kenapa kita tidak ingin dicinta Sang Pencipta kita sendiri?!..
Kelak apa yang kita lakukan di dunia ini diminta pertanggungjawaban! kelak seluruh anggota tubuh itu ditanya apa saja yang diperbuatnya! Kelak kita akan mengetahui kita selamat atau celaka!!!
Karena itu, kuketuk dalam pintu hatimu, dengan segenap kemampuan jiwa dan ragaku, taqwalah dirimu dengan menjaga baik-baik apa yang Allah titipkan kepadamu. Tutupilah aurat itu sebelum tiba masanya manusia tidak lagi memperdulikannya. Yaitu ketika seluruh langit dan bumi ini musnah dan terganti!, ketika seluruh umat manusia berkumpul dalam keadaaan tubuh tak tertutup sehelai benangpun. Tak ada lagi yang memperdulikan, karena masing-masing telah sibuk dengan urusannya masing-masing!.
Duhai yang dianugerahi kelebihan rasa, duhai yang lebih dekat pada cinta, patuhlah pada Tuhanmu, kenakan pakaian taqwa itu, selamatkan dirimu! Ulurkan jilbab ke seluruh tubuhmu! Tolong.. sempunakan ia!
Tiba-tiba seorang wanita mendekati Nisa dengan berlinang air mata,
"Boleh kupinjam jilbabmu untuk menutupi rambut dan seluruh tubuhku yang dibalut baju minim ini, Nisa?!".
Nisa memandang wanita yang ada dihadapannya. "Cathy! Betulkah apa yang kudengar tadi?!, engkau mau mengenakan jilbab?".
Wanita itu menganggukkan kepalanya, seraya menangis. "Iya Nisa, karena aku takut murka Allah.. takut kehilangan kasih sayang-Nya.. takut tidak diperdulikan-Nya di akhirat kelak.. takut tak bisa memandang wajah-Nya.. dan aku takut Allah tidak mencintaiku Nisa.. aku takut Allah tidak mencintaiku!.."
Mendengar ucapan itu, Nisa memeluk Cathy, menciuminya, hampir ia tidak percaya bahwa gadis manis itu tergugah untuk menutup auratnya, Semua ini karena-Mu ya Allah!, Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan-Mu. Kemudian yang lain ikut menyalami Cathy, memeluk dan menciuminya sebagai ucapan selamat karena telah mendapat hidayah. Pada hari itu juga, dia tidak hanya mendapat 1 gaun muslimah lengkap, namun lebih!. Tambah satu lagi Melati itu, Ya Allah! Ucap Nisa seraya tersenyum bahagia, bahagia!.
Billaahi taufiq walhidayah
Wassalaamu'allaikum warahmatullaah wabarakaatuh
Ratna Dewi (wiwi_praty, Qalbu)
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur 24:31)
Posted by Muslimah Berjilbab at 3:04 PM 0 comments
Labels: hikmah
Tuesday, October 10, 2006
Menghadapi Ortu Yang Menentang Hijab (Jilbab)
(Sumber: www.eramuslim.com)
Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
Saudara saya seorang akhwat, dia punya masalah dengan keluarganya yaitu dimana keluarganya tidak setuju kalau dia untuk berhijab. Keluarganya menginginkan anaknya itu tidak terlalu fanatik terhadap agama. Saudara saya ini tidak ada yang mendukung baik dari dalam keluarga maupun dalam lingkungan sekitar. Dan yang mengetahuinya hanya segelintir orang yaitu orang-orang terdekatnya termasuk saya.
Yang saya mau tanyakan apakah dia harus menuruti perkataan kedua orangtuanya atau harus menentangnya? Dan seandainya harus menentang bagaimana caranya?
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Muslimah
Jawaban
Assalaamu'alaikum Wr Wb,
Tak disangka dizaman sekarang masih ada orang tua yang hidup di Indonesia setelah reformasi masih ada yang menentang anaknya berjilbab!
Tahun 80-an, teman-teman kami dan kami sendiri (istri) mengalami ha seperti itu. Masa itu jilbab masih barang aneh, bahkan istri saya dulu sampai bingung bagaimana sebenarnya mode yang boleh dalam berjilab. Lucu, pernah istri saya dulu memakai pakaian serba hitam bikinannya sendiri yang bentuknya aneh. Alangkah bedanya dengan sekarang di mana rumah mode busana muslimah sudah betebaran di mana-mana dan di mal-mal ada bagian khusus yang menjualnya. Coba anda ke pasar grosir Tanah Abang, di sana busana muslimah dijual grosiran!
Tampaknya setan masih punya tempat di rumah-rumah tertentu yang seolah tak bergaul dengan sekelilingnya. Namun begitulah Allah punya kuasa untuk memberikan ujian berat tersebut kepada saudara anda yang sekarang ujian ini sudah sangat jarang dialami para new-comer jilbab.
Zaman tahun 80-an yang kami ceritakan tadi, memakai jilbab sudah identik dengan siap 'hijrah' dan revolusi diri secara total. Para pemakai jilbab di tahun-tahun itu terbukti tangguh-tangguh dan berprinsip karena ditempa ujian, oleh karena itu dalam keseluruhan tingkah lakunyapun sangat berbeda dengan mereka-mereka yang mengikuti mode umum. Para pelopor jilbab pada masa itu biasanya sangat memperhatikan syari'at Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Sekarang, tidak jarang kami menemukan para pemakai jilbab masih gemar bersolek dan memakai parfum, belum lagi baju ketat dan tembus pandang. Ada lagi yang pacaran di emperan masjid pada saat orang shalat maghrib dan tak kunjung shalat setelah masjid tersebut mendirikan shalat maghrib rit kedua. Na'udzubillahimindzalik.
Kembali kepada masalah yang anda tanyakan, kami mengacu pada pengalaman jilbaber masa lalu saja, agar tidak meniru generasi sekarang yang berjilbab tanpa merevolusi hatinya. Terhadap orangtua kita harus hormat, namun jika mereka bertentangan dengan perintah Allah maka rujukannya adalah nasehat Lukman pada anaknya. Bacalah surat Lukman secara lengkap, sarat dengan nasehat yang abadi. Dulu ada kawan kami yang tetap saja berjilbab meskipun sudah berkali-kali dijambak ayahnya, atau ditendang, dipukul, dibakar jilbabnya (bikin lagi yang baru, atau teman-teman gotong royong). Jika sudah sangat dizalimi, mereka kabur dari rumah dan menumpang di rumah teman yang orangtuanya terbuka hatinya. Tapi tetap berjilbab dan rendah hati. Kini (setelah 20 tahun berlalu) sebagian besar teman-teman kami sudah berdamai lagi dengan orang tua mereka. Bahkan ada yang kini seluruh keluarganya sudah berjilbab! Allah tak akan menyia-nyiakan perbuatan baik hamba-hambaNya. Semoga Allah senantiasa menerima amal ibadah kita dan senantiasa memberi kita hidayah, AMIN. Wallahua'lam bishshowwaab.
Wassalaamu'alaikum Wr Wb
HM Ihsan Tanjung dan Siti Aisyah Nurmi
Posted by Muslimah Berjilbab at 11:21 AM 0 comments
Labels: tanya-jawab
Sunday, October 8, 2006
Isi Otak Lelaki Ttg Wanita
(Sumber: Friendster Bulletinboard)
Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.
Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas "Tank Top", noleh ke kiri pemandangan "Pinggul terbuka", menghindar kekanan ada sajian "Celana ketat plus You Can See", balik ke belakang dihadang oleh "Dada menantang!" Astaghfirullah... kemana lagi mata ini harus memandang?
Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran "ngeres" dan hatipun menjadi keras.
Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.
Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih... dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan!
Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawabnya "lelaki" bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang ini.
Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.
Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya...? tapi saya sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya.
Allah Taala telah berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya", yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nuur : 30-31).
Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian.
Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang anda tayangkan?
So, berjilbablah ... karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, canti, mempersona dan tentunya sejuk dimata.
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 10:42 AM 6 comments
Labels: artikel
Sunday, September 24, 2006
Kiprah Muslimah di Bidang Sains, Lebih Maju Ketimbang Kaum Perempuan di Negara Barat
(Sumber: eramuslim.com, 23 Sept 2005)
Dalam hal mencari ilmu, Islam tidak mempersoalkan masalah gender apakah ia perempuan atau laki-laki. Muslimin dan Muslimah berkewajiban mencari ilmu dan meyakini kebesaran Allah dengan mempelajari segala ciptaanNya yang berada di sekiling manusia. Kewajiban setiap umat Islam untuk mencari ilmu juga diperkuat dengan Hadist Nabi Muhammad SAW yang mengatakan, "Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim (laki-laki dan perempuan)." (Sahih Bukhari)
Pesan Rasulullah ini begitu kuat melekat dan menjadi nilai yang berukat akar bagi umat Islam. Bagi para muslimah khususnya, nilai-nilai ini memberikan keuntungan tersendiri karena memungkinkan mereka untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Jika dilihat dalam konteks sekarang ini, tidak mengherankan kalau banyak kaum perempuan Muslim memiliki gelar pendidikan tinggi dan berkiprah dalam bidang ilmu pengetahuan. Hal ini bukan perkiraan semata, karena sudah didukung dengan data statistik yang cukup akurat dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), badan internasional PBB yang bergerak di bidang pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.
Nilai-Nilai Islam Memungkinkan Kaum Perempuan Peroleh Pendidikan Tinggi
Rehab Eman, seorang Muslimah yang bergelar sarjana muda di bidang teknik sipil dan bergelar master di bidang studi Islam dari Yerusalem, memuji nilai-nilai Islam yang telah memberinya inspirasi untuk menuntut ilmu di bidang ilmu pengetahuan. Saudara-saudara laki-laki Eman termasuk ayahnya, memberikan dukungan padanya untuk bekerja keras menyelesaikan pendidikannya.
"Dosen-dosen saya laki-laki, para pendukung saya laki-laki, sponsor saya laki-laki. Mereka yakin akan kemampuan saya," ujar Eman.
Data statistik yang baru-baru ini dirilis UNESCO menunjukkan, jumlah lulusan sarjana di bidang ilmu pengetahuan ternyata relatif lebih banyak dari kalangan perempuan Muslim dibandingkan dengan kalangan perempuan Barat. Namun, media Barat pada umumnya, sangat jarang yang mengulas tentang keberhasilan dan pretasi-prestasi positif yang berhasil diraih para Muslimah ini. Dalam beberapa kasus, media massa mengambil keuntungan dari kemampuan tim produksinya untuk memenuhi fantasi-fantasi dan stereotipe yang diinginkan dan berada dalam pikiran kalangan non Muslim. Orang-orang Barat sangat senang dengan stereotipe bahwa Islam menindas kaum perempuannya. Ajaran Islam yang menegaskan tentang persamaan hak dan keadilan bagi kaum perempuan, seringkali dirusak oleh persaingan nilai-nilai budaya Barat yang tidak ada dasarnya dalam kitab suci agama Islam.
Berkaitan dengan kemajuan kaum perempuan Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan, UNESCO dalam laporan hasil kongres internasional bertema 'Peran Kaum Perempuan Muslim dalam Ilmu Pengetahuan Menuju Masa Depan yang Lebih Baik' mengutip pernyataan Raja Maroko, Raja Mohamed VI. Dalam kongres yang diselenggarakan tahun 2000 lalu itu, Raja Mohamed VI mengatakan, ..". perkembangan yang terintegrasi atas prinsip-prinsip Islam dan ilmu pengetahuan harus dicapai terlepas dari persoalan gender."
Kaum perempuan Muslim, sudah banyak yang menjadi pemimpin di lapangan ilmu pengetahuan, menerima sejumlah penghargaan, mendapatkan hak paten dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit di sektor ilmu pengetahuan yang didominasi kaum laki-laki di seluruh dunia. Namun, lagi-lagi mata orang-orang Barat tidak tertuju ke para Muslimah ini, seolah-olah mereka tidak eksis. Sebuah tendensi yang bertujuan agar prestasi kaum perempuan Muslim tidak tereksplorasi dan mendapatkan pujian.
Faktanya, negara semodern AS berada di urutan belakang dari 6 negara Islam dalam hal persentase jumlah kaum perempuan yang menjadi sarjana dalam bidang ilmu pengetahuan dari total jumlah lulusan sarjana dalam bidang itu. Keenam negara Islam yang jumlah ilmuwan perempuannya melebihi AS antara lain, Bahrain, Brunei Darussalam, Kyrgyzstan, Lebanon, Qatar, dan Turki. Maroko, tercatat sebagai negara yang prosentase jumlah lulusan sarjana wanitanya di bidang enginering lebih besar dibandingkan dengan AS.
Kendala Muslimah di Bidang Pendidikan
Kendala yang dihadapi para muslimah di negara-negara Islam dalam hal pendidikan, pada dasarnya sama dengan kendala yang dihadapi kaum laki-lakinya, yaitu masalah kemiskinan, buta huruf, ketidakstabilan politik dan kebijakan dari negara-negara asing yang kuat. Penjelasan mengenai hal ini bisa dilihat dari data perbandingan total penduduk yang 'berpendidikan' dari seluruh negara yang ada di dunia. Tingkat buta huruf yang tinggi dan rendahnya jumlah penduduk yang mendaftar ke sekolah dasar di negara-negara miskin menyebabkan rendahnya jumlah lulusan sarjana di negara-negara itu dibandingkan dengan negara-negara yang lebih kaya seperti Amerika Utara dan Eropa.
UNESCO dalam laporannya baru-baru ini mendefinisikan negara-negara yang rasio tingkat pendaftaran ke sekolah-sekolah dasarnya tergolong rendah antara lain Afrika (di bawah 40%), Asia Barat (di bawah 60%) dan Asia Timur (di bawah 75%).
Sementara itu, para pakar yang anti Islam, hampir semuanya mengaitkan rendahnya tingkat pendidikan dengan tipe-tipe ajaran agama tertentu.
Lebih lanjut, UNESCO Institute for Statistic (UIS) menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat kekayaan sebuah negara dengan pendidikan rakyatnya. Menurut data UIS, negara-negara yang tingkat pendapatannya tergolong menengah-tinggi dan negara-negara yang tingkat pendapatannya tinggi rasio pendaftaran tingkat sekolah dasarnya diatas 90%. Negara-negara miskin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menjadikan pendidikan sebagai prioritas. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, "Mengapa sebuah negara menjadi miskin?"
Kalau dikaitkan dengan kekhawatiran bahwa penyebabnya karena keyakinan agama tertentu, dibandingkan dengan persoalan buta huruf, kemiskinan tidak lagi relevan jika dihubung-hubungkan dengan ajaran Islam. Bukti tertulis dalam Islam yang menyatakan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan lak-laki, lebih dari cukup. Persoalannya, banyak orang yang belum menyadari bahwa kemiskinan bisa melampui batas budaya atau agama apa saja..
Meskipun banyak kendala di sektor pendidikan yang dialami negara-negara non Muslim saat ini, dunia Islam mampu bertahan atas serangan-serangan yang mereka alami dalam dekade terakhir ini, yang secara keseluruhan berpengaruh pada keamanan dan kualitas generasi muda Muslim dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam perang di Afghanistan dan Irak, sekolah-sekolah dari semua tingkatan di bombardir dan dihancurkan oleh pasukan militer AS. Layanan kesehatan publik lumpuh, insfrastruktur-infrastruktur dirusak dan tidak diperbaiki kembali.
Di sisi lain, negara-negara maju dan organisasi-organisasi ekonomi internasional seperti World Bank dan IMF, terus memiskinkan negara-negara yang sudah miskin dengan dalih bantuan pinjamannya. Kebusukan mereka terungkap lewat pengakuan John Perkins, seorang ekonom yang menyebut dirinya Economic Hit-Man. Dalam sebuah wawancara di radio, Perkins mengungkapkan bahwa tugasnya adalah membangun Imperium Amerika dengan meningkatkan hutang negara-negara lain dengan cara apapun.
"Imperium itu tidak seperti imperium yang kita kenal dalam sejarah dunia. Imperium ini dibangun melalui manipulasi ekonomi, kelicikan, penyelewengan dan membujuk untuk mengikuti gaya hidup kami, melalui orang-orang yang tugasnya menghancurkan perekonomian sebuah negara. Saya banyak terlibat dalam konspirasi ini," ungkap Perkins.
Dari sini jelas terlihat adanya peran negara-negara besar dan kuat yang sengaja menghambat perkembangan pendidikan rakyat suatu negara dengan memiskinkan negara bersangkutan. Sehingga negara itu tidak mampu lagi membiayai sarana dan prasarana pendidikannya dan rakyatnya yang miskin tidak punya cukup biaya untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang tinggi.
Persoalan Ketidakadilan Gender
Perbedaan prosentase yang besar antara laki-laki dan perempuan yang berhasil mengenyam pendidikan tinggi memang masih terjadi, tapi hal ini tidak hanya ada di negara-negara Islam saja, karena juga ditemui di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim. Misalnya di Swiss (44%), Rwanda (37%), Korea (36%), Bhutan (34%), Kamboja (29%) dan Liechtenstein (27%).
Di Tunisia, negara yang 98 persen rakyatnya beragama Islam, jumlah wanita yang sekolah sampai ke jenjang yang tinggi, besarnya 5 persen lebih tinggi dari jumlah laki-lakinya. Hal serupa terjadi di Malaysia (55%), Lebanon (54%), Jordania dan Libya (51%). Jumlah wanita Bahrain yang menuntut ilmu ke jenjang tinggi besarnya bahkan lebih besar 6 persen dibandingkan di AS. Dari data ini bisa dikatakan, jika pendidikan adalah kebebasan, maka para Muslimah di Bahrain lebih memiliki kebabasan dibandingkan dengan wanita Amerika.
Fakta lain terungkap, bahwa yang menyebabkan rintangan bagi para Muslimah untuk mengenyam pendidikan tinggi, bukanlah ajaran-ajaran Islam tapi lebih pada kebijkan pemerintah terhadap warganya yang Muslim. Sebagai contoh, apa terjadi di Turki dan Perancis yang membatasi hak-hak warga Muslim dengan dalih sekularisme.
Menurut organisasi hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch (HRW), pembatasan-pembatasan yang dilakukan termasuk larangan bagi Muslimah yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi setiap tahunnya. Dalam laporannya pada tahun 2004 lalu, HRW menyatakan,"Larangan terhadap pilihan seorang wanita (muslimah) dalam berpakaian adalah sebuah diskriminasi dan melanggar hak-hak mereka atas pendidikan, kebebasan berfikir, hati nurani dan agama mereka serta hak-hak pribadi."
Inilah para Muslimah yang Sukses sebagai Ilmuwan
Profesor Samira Ibrahim Islam
UNESCO menominasikan Samira Ibrahim sebagai salah satu ilmuwan kehormatan dalam daftar Ilmuwan Dunia tahun 2000. Wanita asal Arab Saudi ini memberikan banyak konribusi dibidang obat-obatan dan menjabat sejumlah posisi akademis yang penting di negara asalnya serta menjadi duta internasional di Organisasi Kesehatan Dunia-WHO. Ia juga menjadi tokoh pelopor pembangunan infrastruktur pendidikan sejak awal tahun '70an, untuk mendukung kaum perempuan yang ingin belajar science di institusi-institusi pendidikan tinggi di Arab Saudi.
Sameena Shah
Saat ini, Sameena aktif di kegiatan Workshop on Machine Learning Canada, sebuah bengkel kerja berskala internasional. Ia mengembangkan inovasi algoritma dalam proses belajar kognitif melalui komputerisasi. Sameena bersama timnya sudah mengembangkan hasil temuannya di New Delhi, India. Prestasi akademis lain yang pernah dicapainya adalah 'Global Optimizer' yang sedang menunggu untuk dipatenkan. Sameena kini sedang melanjutkan studinya di Delhi untuk gelar Doktor.
Profesor Dr. Bina Shaheen Siddiqui
Dr. Siddiqui sudah memberikan kontribusi yang besar di bidang obat-obatan dan pertanian lewat penelitiannya dan hasil pengklasifikasian yang dilakukannya dalam bidang keanekaragaman materi pembibitan. Ia juga sudah mendapatkan sejumlah paten atas obat-obatan anti kanker dan produk biopestisida hasil penemuannya. Selain itu, ilmuwan Muslimah yang satu ini juga sudah menulis sekitar 250 artikel risetnya dan salah satu pendiri Organisasi Ilmuwan Wanita Negara Ketiga. Atas prestasinya itu, Pakistan Academy of Science memilihnya sebagai 'Fellow'.
Bina Shaheen Siddique mendapatkan gelar PhD. dan Doktor di bidang science dari Universitas Karachi, Pakistan. Sebagai ilmuwan, ia sudah dianugerahi berbagai perhargaan bergengsi seperti Khawarizmi Internasional Award dari negara Iran dan penghargaan Salam Prize untuk bidang kimia.
Catatan sejarah membuktikan adanya kontribusi kaum perempuan Muslim di lapangan ilmu pengetahuan dan kedokteran sejak ratusan tahun yang lalu, sama seperti halnya kaum laki-laki. Sementara di AS , pada era 1890-an saja, kaum perempuan masih belum bisa menikmati pendidikan tinggi misalnya untuk menjadi dokter.
Sebagai gambaran, berdasarkan data UNESCO tahun 2005, prosentase sarjana wanita bidang sains di negara-negara Islam dibandingkan dengan negara maju seperti AS dan Jepang adalah sebagai berikut: Bahrain 74%, Bangladesh 24%, Brunei Darussalam 49%, Kyrgyzstan 64%, Libanon 47%, Qatar 71% dan Turki 44%. Sementara di AS, hanya 43% dan Jepang 25%. (ln/islamicity)
Posted by Muslimah Berjilbab at 3:33 PM 0 comments
Labels: berita
Saturday, September 23, 2006
Asma` Binti 'Umais
Asma` Binti 'Umais -radhiallaahu 'anha-
(Sumber: www.alsofwah.or.id)
Beliau adalah Asma’ binti Ma`d bin Tamim bin Al-Haris bin Ka`ab Bin Malik bin Quhafah, dipanggil dengan nama Ummu Ubdillah. Beliau adalah termasuk salah satu di antara empat akhwat mukminah yang telah mendapat pengesahan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya: "Ada empat akhwat mukminat yaitu Maimunah, Ummu Fadl, Salma dan Asma" .
Beliau masuk Islam sebelum kaum muslimin memasuki rumah al-Arqam. Beliau adalah istri pahlawan di antara sahabat yaitu Ja`far bin Abi Thalib, sahabat yang memiliki dua sayap sebagaimana gelar yang Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam berikan terhadap beliau. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam manakala ingin mengucapkan salam kepada Abdullah bin Ja`far beliau bersabda: "Selamat atas kamu wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayap (Dzul janahain)."
Asma’ termasuk wanita muhajirah pertama, beliau turut berhijrah bersama suaminya yaitu ja`far bin Abi Thalib menuju Habasyah, beliau merasakan pahit getirnya hidup di pengasingan. Adapun suaminya adalah juru bicara kaum muslimin dalam menghadapi raja Habasyah, an-Najasyi.
Di bumi pengasingan tersebut beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan Aunan. Adapun putra beliau yaitu Abdullah sangat mirip dengan ayahnya, sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sehingga hal itu menggembirakan hati beliau dan menumbuhkan perasaan rindu untuk melihat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ja`far: "engkau menyerupai bentuk (fisik)-ku dan juga akhlakku."
Ketika Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bagi para muhajirin untuk bertolak menuju Madinah maka hampir-hampir Asma’ terbang karena girangnya, inilah mimpi yang menjadi kenyataan dan jadilah kaum Muslimin mendapatkan negeri mereka dan kelak mereka akan menjadi tentara-tentara Islam yang akan menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat Allah.
Begitulah, Asma ‘ keluar dengan berkendaraan tatkala hijrah untuk kali yang kedua dari negri Habasyah menuju negeri Madinah. Tatkala rombongan muhajirin tiba di Madinah, ketika itu pula mereka mendengar berita bahwa kaum muslimin baru menyelesaikan peperangan dan membawa kemenangan, takbirpun menggema di segala penjuru karena bergembira dengan kemenangan pasukan kaum Muslimin dan kedatangan muhajirin dari Habsyah.
Ja`far bin Abi Thalib datang disambut oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan gembira kemudian beliau cium dahinya seraya bersabda: "Demi Allah aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakanku, kemenangan khaibar ataukah kedatangan ja`far."
Asma’ masuk ke dalam rumah Hafshah binti Umar tatkala Nabi menikahinya, tatkala itu Umar masuk ke rumah Hafshah sedangkan Asma’ berada di sisinya, lalu beliau bertanya kepada Hafshah, ‘Siapakah wanita ini?” Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma’ binti Umais? Umar bertanya, inikah wanita yang datang dari negeri Habasyah di seberang lautan?’ Asma menjawab, “Benar.” Umar berkata; ‘Kami telah mendahului kalian untuk berhijrah bersama Rasul, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dari pada kalian. “Mendengar hal itu Asma’ marah dan tidak kuasa membendung gejolak jiwanya sehingga beliau berkata: “Tidak demi Allah, kalian bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sedangkan beliau memberi makan bagi yang kelaparan di antara kalian dan mengajarkan bagi yang masih bodoh diantara kalian, adapun kami di suatu negeri atau di bumi yang jauh dan tidak disukai yakni Habasyah, dan semua itu adalah demi keta`atan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa sallam.” Kemudian Asma’ diam sejenak selanjutnya berkata: “Demi Allah aku tidak makan dan tidak minum sehingga aku laporkan hal itu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku sampaikan kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, aku akan tanyakan kepada beliau, demi Allah aku tidak berdusta, tidak akan menyimpang dan tidak akan menambah-nambah.”
Tatakala Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam datang, maka berkata Asma’ kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Nabi Allah sesungguhnya Umar berkata begini dan begini.” Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar, “Apa yang telah engkau katakan kepadanya?”. Umar menjawab, “Aku katakan begini dan begini”. Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Asma`:
“Tiada seorangpun yang berhak atas diriku melebihi kalian, adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali akan tetapi kalian ahlus safinah (yang menumpang kapal) telah berhijrah dua kali.”
Maka menjadi berbunga-bungalah hati Asma’ karena pernyataan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tersebut lalu beliau sebarkan berita tersebut di tengah-tengah manusia, hingga orang-orang mengerumuni beliau untuk meminta penjelasan tentang kabar tersebut. Asma’ berkata: “Sungguh aku melihat Abu Musa dan orang-orang yang telah berlayar (berhijrah bersama Asma’ dan suaminya) mendatangiku dan menanyakan kepadaku tentang hadits tersebut, maka tiada sesuatu dari dunia yang lebih menggembirakan dan lebih besar artinya bagi mereka dari apa yang disabdakan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam kepada mereka.”
Manakala pasukan kaum muslimin menuju Syam, di antara ketiga panglimanya terdapat suami dari Asma’ yakni Ja`far bin Abi Thalib. Di sana di medan perang Allah memilih beliau di antara sekian pasukan untuk mendapatkan gelar syahid di jalan Allah.
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mendatangi rumah Asma’ dan menanyakan ketiga anaknya, merekapun berkeliling di sekitar Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah mencium mereka dan mengusap kepala mereka hingga kedua matanya melelehkan air mata. Berkatalah Asma’ dengan hati yang berdebar-debar menyiratkan kesedihan, “Demi ayah dan ibuku, apa yang membuat anda menangis? Apakah telah sampai suatu kabar kepada anda tentang Ja`far dan sahabatnya?” Beliau menjawab, “Benar, dia gugur hari ini.”
Tidak kuasa Asma’ menahan tangisnya kemudian Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menghiburnya dan berkata kepadanya: “Berkabunglah selama tiga hari, kemudian berbuatlah sesukamu setelah itu.”
Selanjutnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anggota keluarga beliau: “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja`far, karena telah datang peristiwa yang menyibukkan mereka.”
Tiada yang dilakukan oleh wanita mukminah ini melainkan mengeringkan air mata, bersabar dan berteguh hati dengan menghaarapkan pahala yang agung dari Allah. Bahkan sewaktu malam beliau bercita-cita agar syahid sebagimana suaminya. terlebih lebih tatkla beliau mendengar salah seorang laki-laki dari Bani Murrah bin Auf berkata: "Tatkala perang tersebut, demi Allah seolah-olah aku melihat Ja`far ketika melompat dari kudanya yang berwarna kekuning-kuningan kemudian beliau berperang hingga terbunuh. Beliau sebelum terbunuh berkata:
'Wahai jannah (surga) yang aku dambakan mendiaminya
harum semerbak baunya, sejuk segar air minumnya
tentara Romawi menghampiri liang kuburnya
terhalang jauh dari sanak keluarganya
kewajibankulah menghantamnya kala menjumpainya.'
Kemudian Ja`far memegang bendera dengan tangan kanannya tapi dipotonglah tangan kanan beliau, kemudian beliau membawa dengan tangan kirinya, akan tetapi dipotonglah tangan kirinya, selanjutnya beliau kempit di dadanya dengan kedua lengannya hingga terbunuh."
Asma` mendapatkan makna dari sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang pernah berkata kepada anaknya: "Assalamu`alaikum wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayab."
Rupanya Allah menggantikan kedua tangan Ja`far yang terputus dengan dua sayap yang dengannya beliau terbang di jannah sekehendaknya. Seorang ibu yang shalihah tersebut tekun mendidik ketiga anaknya dan membimbing mereka agar mengikuti jejak yang telah ditempuh oleh ayahnya yang telah sayahid, serta membiasakan mereka dengan tabi`at iman.
Belum lama berselang dari waktu tersebut Abu Bakar Ash-Shidiq datang untuk meminang Asma` Binti Umais setelah wafatnya istri beliau Ummu Rumaan. tiada alasan lagi bagi Asma` menolak pinangan orang seutama Abu Bakar Ash Shidiq, begitulah akhirnya Asma` berpindah ke rumah Abu Bakar Ash Shidiq untuk menambah cahaya kebenaran dan cahaya iman dan untuk mencurahkan cinta dan kesetiaan di rumah tangganya.
Setelah sekian lama beliau malangsungkan pernikahan yang penuh berkah, Allah mengaruniai kepada mereka berdua seorang anak laki-laki. Mereka ingin melangsungkan haji wada`, maka Abu Bakar menyuruh istrinya untuk mandi dan meyertai haji setelah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam memintanya. Kemudian Asma` menyaksikan peristiwa demi peristiwa yang besar, namun peristiwa yang paling besar adalah wafatnya pemimpin anak Adam dan terputusnya wahyu dari langit. Kemudian beliau juga menyaksikan suaminya yakni Abu Bakar memegang tampuk kekhalifahan bagi kaum muslimin sehingga suaminya merampungkan problematika yang sangat rumit seperti memerangi orang murtad, memerangi orang-orang yang tidak mau berzakat serta mengirim pasukan Usamah dan sikapnya yang teguh laksana gunung tidak ragu -ragu dan tidak pula bimbang, demikian pula beliau menyaksikan bagaimana pertolongan Allah diberikan kepada kaum muslimin dengan sikap iman yang teguh tersebut.
Asma` senantiasa menjaga agar suaminya senantiasa merasa senang dan beliau hidup bersama suminya dengan perasaan yang tulus turut memikul beban bersama suaminya dalam urusan umat yang besar.
Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama sebab khalifah Ash-Shidiq sakit dan semakin bertambah parah hingga keringat membasahi pada bagian atas kedua pipi beliau. Ash-Shidiq dengan ketajaman perasaan seorang mukmin yang shiddiq merasakan dekatnya ajal beliau sehingga beliau bersegera untuk berwasiat. Adapun di antara wasiat beliau adalah agar beliau dimemandikan oleh istrinya Asma` binti Umais, di samping itu beliau berpesan kepada istrinya agar berbuka puasa yang mana beliau berkata: "Berbukalah karena hal itu membuat dirimu lebih kuat."
Asma` merasa telah dekatnya wafat beliau sehingga beliau membaca istirja` dan memohon ampun sedangkan kedua mata beliau tidak berpaling sedikitpun dari memandang suaminya yang ruhnya kembali dengan selamat kepada Allah. Hal itu membuat Asma` meneteskan air mata dan bersedih hati, akan tetapi sedikitpun beliau tidak mengatakan sesuatu melainkan yang diridhai Allah Tabaraka Wa Ta`ala, beliau tetap bersabar dan berteguh hati.
Selanjutnya beliau menunaikan perkara penting yang diminta oleh suaminya yang telah tiada, karena beliau adalah orang yang paling bisa dipercaya oleh suaminya. Mulailah beliau memandikan suaminya dan hal itu menambah kesedihan dan kesusahan beliau sehingga beliau lupa terhadap wasiat yang kedua. Beliau bertanya kepada para muhajirin yang hadir, "Sesungguhnya aku sedang berpuasa, namun hari ini adalah hari yang sangat dingin, apakah boleh bagiku untuk mandi?" mereka menjawab, "Tidak."
Di akhir siang sesuai dimakamkannya Ash-Shidiq tiba-tiba Asma` binti Umais ingat wasiat suaminya yang kedua yakni agar beliau berbuka (tidak melanjutkan shaum). Lantas apa yang hendak dilakukannya sekarang? sedangkan waktu hanya tinggal sebentar lagi, menunggu matahari tenggelam dan orang yang shaum diperbolehkan untuk berbuka? apakah dia akan menunggu sejenak saja untuk melanjutkan shaumnya?
Kesetiaan terhadap suaminya telah menghalangi beliau untuk mengkhianati wasiat suaminya yang telah pergi, maka beliau mengambil air dan minum kemudian berkata: "Demi Allah aku tidak akan melanggar janjinya hari ini."
Setelah kepergian suaminya, Asma` melazimi rumahnya dengan mendidik putra-putranya baik dari Ja`far maupun dari Abu Bakar, beliau menyerahkan urusan anak-anaknya kepada Allah dengan memohon kepada-Nya untuk memperbaiki anak-anaknya dan Allahpun memperbaiki mereka hingga mereka menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Inilah puncak dari harapan beliau di dunia dan beliau tidak mengetahui takdir yang akan menimpa beliau yang tersembunyi di balik ilmu Allah.
Dialah Ali bin Abi Thalib saudara dari Ja`far yang memiliki dua sayap mendatangi Asma` untuk meminangnya sebagai wujud kesetiaan Ali kepada saudaranya yang dia cintai yaitu Ja`far begitu pula Abu Bakar Ash Shidiq.
Setelah berulang-ulang berfikir dan mempertimbangkannya dengan matang maka beliau memutuskan untuk menerima lamaran dari Abi Thalib sehingga kesempatan tersebut dapat beliau gunakan untuk membantu membina putra-putra saudaranya Ja`far. Maka berpindahlah Asma` ke dalam rumah tangga Ali setelah wafatnya Fatimah Az Zahra dan ternyata beliau juga memiliki suami yang paling baik dalam bergaul. Senantiasa Asma` memiki kedudukan yang tinggi di mata Ali hingga beliau sering mengulang-ulang di setiap tempat, "Di antara wanita yang memiliki syahwat telah menipu kalian, maka aku tidak menaruh kepercayaan di antara wanita melebihi Asma` binti Umais”.
Allah memberikan kemurahan kepada Ali dengan mangaruniai anak dari Asma` yang bernama Yahya dan Aunan, berlalulah hari demi hari dan Ali menyaksikan pemandangan yang asing yakni putra saudaranya Ja`far sedang berbantahan dengan Muhammad bin Abu Bakar dan masing-masing membanggakan diri dari yang lain dengan mengatakan, "Aku lebih baik dari pada kamu dan ayahku lebih baik dari pada ayahmu." Ali tidak mengetahui apa yang mereka berdua katakan? Dan bagaimana pula memutuskan antara keduanya karena beliau merasa simpati dengan keduanya? Maka tiada yang dapat beliau lakukan selain memanggil ibu mereka yakni Asma` kemudian berkata: "Putuslah antara keduanya! "Dengan pikirannya yang tajam dan hikmah yang mendalam beliau berkata: "Aku tidak melihat seorang pemuda di Arab yang lebih baik dari pada Ja`far dan aku tidak pernah melihat orang tua yang lebih baik dari pada Abu Bakar." Inilah yang menyelesaikan urusan mereka berdua dan kembalilah kedua bocah tersebut saling merangkul dan bermain bersama, namun Ali merasa takjub dengan bagusnya keputusan yang diambil Asma` terhadap anak-anaknya, dengan menatap wajah istrinya, beliau berkata: "Engkau tidak menyisakan bagi kami sedikitpun wahai Asma`?" Dengan kecerdasan yang tinggi dan keberanian yang luar biasa ditambah lagi adab yang mulia beliau berkata: Di antara ketiga orang pilihan, kebaikan anda masih di bawah kebaikan mereka."
Ali tidak merasa asing dengan jawaban istrinya yang cerdas, maka beliau berkata dengan kesatria dan akhlaq yang utama berkata: "Seandainya engkau tidak menjawab dengan jawaban tersebut niscaya aku cela dirimu."
Akhirnya kaum mislimin memilih Ali sebagai Khalifah setelah Utsman bin Affan, maka untuk kedua kalinya Asma` menjadi istri bagi seorang khalifah yang kali ini adalah Khalifah Rasyidin yang ke empat, semoga Allah meridhai mereka semua.
Asma` turut serta memikul tanggung jawab sebagai istri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang besar. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja`far dan Muhammad bin Abu Bakar berdiri disamping ayahnya dalam rangka membela kebenaran. Kemudian setelah berselang beberapa lama wafatlah putra beliau Muhammad bin Abu Bakar dan musibah tersebut membawa pengaruh yang besar pada diri beliau, akan tetapi Asma` seorang wanita mukminah tidak mungkin meyelisihi ajaran Islam dengan berteriak-teriak dan meratap dan hal lain-lain yang dilarang dalam Islam. Tiada yang beliau lakukan selain berusaha bersabar dan memohon pertolongan dengan sabar dan shalat terhadap penderitaan yang beliau alami. Asma` selalu memendam kesedihannya hingga payudaranya mengeluarkan darah.
Belum lagi tahun berganti hingga bertambah parah sakit beliau dan menjadi lemah jasmaninya dengan cepat kemudian beliau meninggal dunia. Yang tinggal hanyalah lambang kehormatan yang tercatat dalam sejarah setelah beliau mengukir sebaik-baik contoh dalam hal kebijaksanaan, kesabaran dan kekuatan.
(Diambil dari buku ‘Mengenal Shabiah Nabi’, terbitan Penerbit at-Tibyan, dengan sedikit penambahan atau pengurangan)
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:52 AM 0 comments
Labels: profil
Tuesday, September 19, 2006
Tips Rambut Berjilbab Tetap Sehat
Oleh: Yulian Dian
(Sumber: www.detik.com)
Jakarta, Bagi anda yang sering menutupi rambut dengan jilbab, topi atau sejenisnya kesehatan rambut harus anda perhatikan. Udara yang minimalis dalam jilbab ternyata bisa merusak rambut anda. Untuk itu simak tips berikut ini:
1. Pilihlah kerudung atau jilbab dari bahan yang mudah menyerap keringat. Seperti katun atau kaos. Bahan kain yang mudah menyerap keringat dan berpori-pori besar sangat berguna untuk memudahkan sirkulasi udara di kepala.
2. Anda suka model kerudung modern. Boleh saja anda mengkreasikan model kerudung anda hingga berlapis-lapis. Tapi ingat jangan lebih dari 4 helai ya. Semakin tebal kerudung anda, makin sulit rambut anda bernafas.
3. Hindari menggunakan lapisan kerudung dengan terlalu sering dan kencang. Selain membutat rambut sulit bernafas, hal ini juga berpotensi untuk membuat kulit kepala lembab.
4. Jika hendak menggunakan jilbab lebih baik anda mengurai rambut anda atau jangan mengikatnya terlalu kencang. Untuk menghindari rambut yang digulung sebaiknya jangan biarkan rambut anda penjang melebihi 60 cm.
5. Hindari warna gelap untuk kerudung atau jilbab. Warna gelap mudah menyerap matahari. Jika aktivitas anda lebih banyak di bawah sinar matahari lebih baik pilih warna lembut atau putih.
6. Jangan terlalu sering mengikat kerudung anda di bagian leher. Udara yang keluar masuk ke rambu anda akan semakin menipis jika anda mengikat kerudung di leher. Kerudung sebaiknya dilepas hingga bagian tepinya menjuntai agar rambut muda bernafas.(yla)
Posted by Muslimah Berjilbab at 3:00 PM 1 comments
Monday, September 11, 2006
Wear a Hijab Day untuk Mengenang Alia Ansari
(Sumber: eramuslim.com)
Komunitas Muslim di AS akan menggelar aksi mengenakan jilbab atau "Wear a Jihab Day" pada tanggal 13 November mendatang, sebagai bentuk solidaritas dan dukungan terhadap Alia Ansari, ibu dari enam anak yang tewas dibunuh bulan Oktober kemarin.
Alia Ansari tewas ditembak oleh orang tak dikenal, ketika dalam perjalanan untuk menjemput anak-anaknya pulang dari sekolah pada tanggal 19 Oktober lalu, di kawasan pemukiman Glenmoor, Fremont, California. Ia ditembak di depan anak perempuannya yang masih berusia 3 tahun, tidak begitu jauh dari rumahnya.
Kasus pembunuhan itu menjadi perhatian masyarakat. Anggota keluarga Ansari dan sejumlah pemuka Muslim menduga, satu-satunya motif orang yang membunuh Ansari adalah busana Muslimah dan jilbab yang dikenakannya. Pembunuhan itu tidak lain adalah kejahatan karena kebencian terhadap Muslim dan Islam.
"Siapapun pelakunya, tidak melihat bahwa Alia Ansari adalah seorang ibu dari enam anak," kata Syeikh Hamza Yusuf, seorang pemuka Islam terkemuka di California.
"Pelaku penembakan melihat sebuah simbol yang oleh banyak orang dianggap harus dibenci," sambungnya pada para wartawan yang berkerumum di depan rumah Ansari.
Peristiwa penembakan itu terjadi saat Alia sedang berjalan sambil bercengkerama dengan anaknya antara Central Avenue dan Glenmore Drive di Fremont. Ibu enam anak itu tewas seketika ketika seorang laki-laki tak dikenal melepaskan satu tembakan tepat ke kepala Alia.
Sebagai merespon tragedi yang menimpa Alia, para pemuka Muslim di AS dan organisasi Foundation of Self-Reliance akan menggelar aksi "Wear a Hijab Day."
"Ide Wear a Hijab Day didorong oleh rasa kepedulian masyarakat, khususnya kaum perempuan yang berasal dari etnis dan ras yang berbeda-beda di Fremont, California yang ingin merespon secara simbolik dan kolektif peristiwa tragis yang menimpa Alia Ansari. Mereka datang pada saya dengan pertanyaan-pertanyaan; apa yang bisa dan harus dilakukan," kata Direktur Eksekutif Foundation for Self-Reliance, mengomentari aksi Wear a Hijab Day seperti dikutip Arab News.
Selain menggelar aksi, mereka juga akan menggalang dana untuk membantu enam anak Alia yang usianya antara 2-13 tahun serta suaminya. Informasi penggalangan dana ini bisa diakses di situs Foundation for Self-Reliance, www.efsr.org.
Yayasan itu merekomendasikan warga masyarakat yang akan ikut serta dalam aksi Wear a Hijab Day mengenakan baju lengan panjang dan longgar, celana panjang atau rok panjang yang longgar serta mengenakan jilbab lebar atau selendang yang menutupi kepala, leher dan bahu. (ln/arabnews)
Posted by Muslimah Berjilbab at 1:14 PM 0 comments
Labels: berita
Thursday, August 24, 2006
Kisah: Larangan Jilbab untuk Anak
(Sumber: Friendster Bulletinboard)
Seorang ikhwah baru saja menempati kostnya yang baru. Ia sendirian di kamar melepas lelah sambil menatap langit-langit. Kesibukan menyelenggarakan training keislaman di Musholla tadi membuat ia baru bisa merebahkan badannya sekarang. Suasana hening, karena penghuni kost lainnya sedang pulang kampung. Dari balik dinding masih sedikit terdengar percakapan Ibu pemilik kost dengan anaknya.
Anak : Bu
Ibu : Hmmm ?
Anak : BU!
Ibu : APA?
Anak : Mmm, anu ... Saya tadi baru ikut pengajian rohis di Musholla sana itu. BU! DENGERIN DONG!
Ibu : IYA! Ibu ndengerin koq. Terus aja. Maaf, Ibu lagi repot nih. Susah banget masukin benang ke jarum ini sekarang. Rasanya mata ibu udah mulai rabun, 'kali ya?
Anak : Bu!
Ibu : Apa sih? Mau omong apa, Yang?
Anak : Tadi, di sana seorang ustadz mbahas soal jilbab. Katanya pake jilbab itu wajib. Bu, Mulai sekarang saya m! au pake jilbab. Gimana Bu?
Ibu : Jangan ...
Sang ikhwah tadi dari balik dinding makin menajamkan perhatian pendengarannya.
Anak : Tapi itu perintah Allah. Kalau tidak patuh kita dosa, Bu. Boleh ya, saya mau pake jilbab?
Ibu : Ibu bilang JANGAN...
Anak : GIMANA SIH IBU INI. Koq nggak boleh? Pake jilbab itu banyak untungnya, Bu. Bisa langsung dikenali keislaman kita, kita juga nggak akan diganggu orang. Harga diri kita juga jadi terhormat. Gitu ... Gimana? Boleh ya, Bu?
Ibu : NGGAK!
Anak : Kenapa? Atau ibu terpengaruh sama cerita Tante 'kali ya? Bohong dia itu. Ustadz tadi bilang, jilbab itu bukan budaya Arab. Itu syariat Islam. Islam yang shohih bukan sempalan. Dari dulu memang diwajibkan demikian, bukan trend baru-baru ini aja.
Ibu : Iya, iya Ibu ngerti. Tapi pokoknya JANGAN!
Anak : Jadi Ibu ngelarang saya nih... Pokoknya, Bu, saya mau tetep pake jilbab. Terserah Ibu mau bilang apa. Nggak ada ketaatan pada orangtua, kalau orang tua itu menyuruh maksiyat pada perintah Allah.
Ibu : Anak ini koq nggak ngerti amat sih. Ibu bilang jangan, jangan, JANGAN!!!
Anak : NGGAK, POKOKNYA BESOK SAYA MAU PAKE JILBAB. TITIK!
Ibu : JANGAN!
Anak : JILBAB!
Ibu : JANGAN!
Anak : JILBAB!!
Ibu : J A N G A N!!!
Anak : J I L B A A A A A A B!!!!
Sang ikhwah tadi sudah tidak dapat menahan keinginannya. Ia langsung keluar kamar, untuk bertemu ibu dan anak itu untuk membela yang menjadi keyakinannya. Tangannya sudah terangkat di depan pintu untuk mengetuk.... namun terdengar lagi kata-kata dari si ibu ...
Ibu : JANGAN JOKO, JANGAN! Kamu khan laki-laki!!!
Si ikhwah pun berlalu menjauhi pintu itu, tak jadi mengintervensi argumentasi ibu-anak itu...
Posted by Muslimah Berjilbab at 3:28 PM 3 comments
Labels: humor
Thursday, August 17, 2006
Cermin Ukhuwah
Oleh Hafizah Nur
(Sumber: eramuslim.com)
Hari masih menunjukkan pukul 9.00 pagi ketika saya dan anak-anak sampai di Tokyo Eki. "Assalamu'alaikom..." Sapa satu suara yang diiringi dengan senyum ceria. Wajah khas Jepang dengan mata sipit tertutup kaca mata, dan kulit putih yang tertutup abaya plus jilbab. Tampak kerut-kerut di wajahnya yang menunjukkan usianya yang sudah tidak terlalu muda lagi. Sambil menjawab salam, saya ajarkan anak saya untuk menjabat tangan muslimah tersebut. Bergegas kami menuju peron yang disediakan khusus untuk shinkansen. Saat itu, saya dan kedua anak saya berencana untuk menuju tempat kelahiran Khodijah san di Iwate, sekitar 400 km di sebelah utara Tokyo.
"Alhamdulillah..finally we can go to Iwate.." seru saya sambil mengambil tempat duduk yang sudah dipesankan. Khodijah san tersenyum dan mulai membuka bekal yang dibawanya, dan membagikannya kepada saya dan anak saya. Satu sifat yang saya sukai dari Khodijah san, sangat pemurah. Mau membagi apa yang ia miliki kepada orang lain. Memang ketika kami janjian untuk berangkat bersama-sama ke Iwate, Khodijah san meminta saya untuk tidak membawa bekal makanan, karena dia yang akan membuat semacam onigiri untuk sarapan saya dan anak-anak. Mungkin Khodijah san kasihan melihat saya yang harus berangkat pagi-pagi sekali sambil membawa kedua anak balita saya. Karena tempat tinggal saya sekitar dua jam dari Tokyo eki. Sambil tersenyum dan mengucapkan jazaakillah khoiron, saya menyantap sarapan saya bersama anak-anak.
Suasan tenang yang berbeda dari kota metropolitan Tokyo segera menyergap ketika kami sampai di Iwate. Di Eki, Kakak dari Khodijah san sudah siap dengan mobil jemputan yang akan membawa kami ke rumahnya, tempat kami menginap selama di sana. Saat itu saya dan anak-anak diterima dengan sangat ramah oleh keluarga Khodijah san. Meskipun keluarganya belum muslim, tapi dari keakraban yang mereka tunjukkan, saya bisa menangkap hubungan yang baik di antara anggota-anggota keluarga yang berbeda keyakinan tersebut. Khodijah san tetap bisa menyampaikan perbedaan-perbedaan prinsip hidupnya kepada keluarganya, tanpa membuat jarak yang bisa mengeruhkan hubungan di antara mereka. Suatu sikap yang menunjukkan kematangan pribadi dan kelembutan dalam bersikap. Satu hal lain yang saya kagumi dari saudari saya ini.
Hari masih gelap ketika kami menunaikan sholat subuh di rumah itu. Kali ini, saya meminta Khodijah san sebagai tuan rumah untuk menjadi imam sholat. Terdengar lantunan bacaan qur'an yang dilafalkan dengan sangat baik dan tajwid yang benar. Dan juga yang membuat saya terharu adalah surat pilihan yang dibacanya. Bukan surat pendek dari juz amma seperti yang saya kira, tetapi petikan beberapa ayat terakhir dari surat Al-Hasyr. subhanallah.
Saya mengenalnya baru sekitar empat tahun yang lalu. Masa yang singkat memang. Karena pada saat itu, Khodijah san baru kira-kira dua atau tiga tahun sebelumnya menjadi seorang muallaf. Saat itu dia datang ke masjid Otsuka untuk belajar membaca al-Qur'an. Khodijah san mulai belajar dari a ba ta tsa. Sampai saat ini, ia sudah lancar mengaji dan banyak menghafal surat-surat di dalam al-Qur'an. Kegigihan dan semangatnya untuk terus menerus belajar adalah sifat yang paling saya kagumi dari Khodijah san. Meskipun di usia yang sudah tidak bisa dibilang muda. Ditambah dengan lafal bahasa Arab sebagai bahasa asing yang sangat sulit untuk ditiru oleh kebanyakan orang Jepang. Khodijah san adalah pengecualian, ia mampu melakukannya.
Alhamdulillah, betapa banyak pelajaran dari saudari saya ini. Keramahan, kelembutan hati, sifat pemurah dan sikap pantang menyerah menjadi cermin dalam perbaikan diri saya.
Saya banyak juga mengenal muslimah muallaf nihonjin yang lain. Rata-rata mereka memiliki sifat pantang menyerah dalam mempelajari hal-hal baru. Muslimah Jepang juga rata-rata sangat serius dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Apa pun yang mereka lakukan, harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Al-Qur'an dan hadist. Sifat khas orang Jepang, yang menunjukkan semangat profesionalisme dalam bekerja. Satu cermin yang sangat baik untuk saya tiru.
Meskipun demikian budaya Jepang cenderung kaku dan terkesan 'dingin' bila dilihat oleh orang asing. Tetapi sejalan dengan interaksi yang dalam dengan Al-Islam, sedikit demi sedikit sifat-sifat mereka bisa lebih disempurnakan lagi oleh akhlak Islam.
Saya sering berangan-angan, ah andai masyarakat Jepang suatu saat bisa menerima Islam. Tentu perpaduan antara sifat-sifat baik mereka dengan kehalusan pekerti dalam Islam akan mampu memberikan banyak kemajuan berarti bagi peradaban Islam. Semoga suatu saat, harapan itu bisa terwujud... amin.
Note:
nihonjin: orang Jepang
Shinkansen: kereta super cepat
Eki: stasiun
Onigiri: nasi kepal yang biasanya dibungkus dengan rumput laut yang sudah dikeringkan. Di dalamnya bisa diisi daging atau ikan.
Posted by Muslimah Berjilbab at 1:37 PM 0 comments
Labels: hikmah
Monday, August 14, 2006
Beri Satu Detik
Oleh: Anonim
(Sumber: sebuah mailing list)
Beri satu detik
sepasang mata tuk menatap
sebelum tertutup rapat
selamanya
Beri satu detik
sepasang tangan tuk beramal
sebelum bersedekap
selamanya
Beri satu detik
sepasang kaki tuk mendekatiNya
sebelum membujur
selamanya
Beri satu detik
mulut ini tuk berdoa,membaca ayat-ayatMu , ya Allah
gigi dan lidah bernyanyi dzikir
sebelum tergagap menjawab
siapa Tuhanmu?
Beri satu detik
otak ini tuk fikirkanMu,hapalkan ayat-ayatMu
hati ini tuk mengakuiMu
sebelum terlambat sadar atau terlupa
apa agamamu?
siapa pelindungmu?
padahal sudah di dalam kubur...
Beri satu detik yaa Rabb
waktu laksana pedang,
jika kamu tak memanfaatkannya
maka ia akan menebasmu
waktu pada hari-hari kita
bagaikan daun yang gugur dari tangkai nya
jatuh melayang menuju tanah
tak kan kembali ke dahan nya
akan ada angin semilir
yang memberinya petualangan sejenak
sebelum jatuh dan lapuk
sadarlah,
pada tiap detik yg dilalui
hari kemarin tak kembali
hidup di dunia hanya sekali
we only have one way ticket
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 7:29 AM 0 comments
Labels: puisi
Wednesday, August 2, 2006
Jilbab Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi: Mitos dan Realita
J I L B A B
KERUDUNG MENURUT ISLAM, KRISTEN DAN YAHUDI: MITOS DAN REALITA
Oleh : Prof. Sherif Abdel Azeem
Catatan Redaksi: Artikel berikut adalah salah satu bab dari buku kecil karangan Dr. Sherif Abdel Azeem, seorang professor di Queen University, Ontario, Canada. Judul bukunya (terbitan 1996) adalah Women in Islam versus Women in the Judaeo-Christian Tradition; The Myth and The Reality. Hak Cipta ada pada pengarang di mana beliau mengijinkan untuk penyalinan dan terjemahan sepanjang tidak mengurangi isinya. Terjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan oleh Ria Amirul. Saat diterjemahkan, naskah asli bisa di-download dari situs http://www.stanford.edu/group/issu.
Marilah kita buka satu persoalan yang di negara-negara Barat dianggap sebagai simbol dari penindasan dan perbudakan wanita, yaitu jilbab atau tudung kepala. Apakah betul tidak terdapat pembahasan mengenai jilbab di dalam tradisi Jahudi-Kristen? Mari kita lihat bukti catatan yang ada. Menurut Rabbi Dr. Menachem M. Brayer, Professor Literatur Injil pada Universitas Yeshiva dalam bukunya, The Jewish woman in Rabbinic Literature, menulis bahwa baju bagi wanita Yahudi saat bepergian keluar rumah yaitu mengenakan penutup kepala yang terkadang bahkan harus menutup hampir seluruh muka dan hanya meninggalkan sebelah mata saja. Beliau disana mengutip pernyataan beberapa Rabbi (pendeta Yahudi) kuno yang terkenal:
"Bukanlah layaknya anak-anak perempuan Israel yang berjalan keluar tanpa penutup kepala" dan "Terkutuklah laki-laki yang membiarkan rambut isterinya terlihat," dan "Wanita yang membiarkan rambutnya terbuka untuk berdandan membawa kemelaratan." Hukum Rabbi melarang pemberian berkat dan doa kepada wanita menikah yang tidak menutup kepalanya karena rambut yang tidak tertutup dianggap "telanjang". Dr. Brayer juga mengatakan bahwa "Selama masa Tannaitic, wanita Yahudi yang tidak menggunakan penutup kepala dianggap penghinaan terhadap kesopanannya. Jika kepalanya tidak tertutup dia bisa dikenai denda sebanyak empat ratus zuzim untuk pelanggaran tersebut."
Dr. Brayer juga menerangkan bahwa jilbab bagi wanita Yahudi bukanlah selalu sebagai simbol dari kesopanan. Kadang-kadang, jilbab justru menyimbolkan kondisi yang membedakan status dan kemewahan yang dimiliki wanita yang mengenakannya ketimbang ukuran kesopanan. Jilbab atau tudung kepala menandakan martabat dan keagungan seorang wanita bangsawan Yahudi. Jilbab juga diartikan sebagai penjagaan terhadap hak milik suami.
Jilbab menunjukkan suatu penghormatan dan status sosial dari seorang wanita. Seorang wanita dari golongan bawah mencoba menggunakan jilbab untuk memberikan kesan status yang lebih tinggi. Jilbab merupakan tanda kehormatan. Oleh karena itu di masyarakat Yahudi kuno, pelacur-pelacur tidak diperbolehkan menutup kepalanya. Tetapi pelacur-pelacur sering memakai penutup kepala agar mereka lebih dihormati (S.W.Schneider, 1984, hal 237). Wanita-wanita Yahudi di Eropa melanjutkan menggunakan jilbab sampai abad ke sembilan belas hingga mereka bercampur baur dengan budaya sekuler. Tekanan eksternal dari kehidupan di Eropa pada abad sembilan belas memaksa banyak dari mereka pergi keluar tanpa penutup kepala. Beberapa wanita Yahudi kemudian lebih cenderung menggantikan penutup tradisional mereka dengan rambut palsu sebagai bentuk lain dari penutup kepala. Dewasa ini, wanita-wanita Yahudi yang saleh tidak pernah memakai penutup kepala kecuali bila mereka mengunjungi sinagog (gereja Yahudi) (S.W.Schneider, 1984, hal. 238-239). Sementara beberapa dari mereka. seperti sekte Hasidic, masih menggunakan rambut palsu (Alexandra Wright, 19??, hal 128-129).
Bagaimanakah jilbab menurut tradisi Kristen? Kita sendiri menyaksikan sampai hari ini bahwa para Biarawati Katolik menutup kepalanya yang suruhannya sebetulnya telah ada semenjak empat ratus tahun yang lalu. Tetapi bukan hanya itu, St. Paul (atau Paulus) dalam Perjanjian Baru, I Korintus 11:3-10, membuat pernyataan-pernyataan yang menarik tentang jilbab sebagai berikut:
"Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari perempuan adalah laki-laki dan kepala Kristus adalah Allah. Tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga mengguting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya. Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki. Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki. Dan laki-laki tidak diciptakan karena perempuan, tetapi perempuan diciptakan karena laki-laki. Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena malaikat" (I Korintus 11:3-10).
St. Paul memberikan penalaran tentang wanita yang berjilbab atau berkerudung adalah bahwa jilbab memberikan tanda kekuasaan pada laki-laki, yang merupakan gambaran kebesaran Tuhan, atas wanita yang diciptakan dari dan untuk laki-laki. St. Tertulian di dalam risalahnya "On The Veiling Of Virgins" menulis: "Wanita muda hendaklah engkau mengenakan kerudung saat berada di jalan, demikian pula hendaknya engkau mengenakan di dalam gereja, mengenakannya saat berada di antara orang asing dan mengenakannya juga saat berada di antara saudara laki-lakimu."
Di antara hukum-hukum Canon pada Gereja Katolik dewasa ini, ada hukum yang memerintahkan wanita menutup kepalanya di dalam gereja (Clara M Henning, 1974, hal 272). Beberapa golongan Kristen, seperti Amish dan Mennoties contohnya, mereka hingga hari ini tetap mengenakan tutup kepala. Alasan mereka mengenakan tutup kepala, seperti yang dikemukakan pemimpin gerejanya adalah: "Penutup kepala adalah simbol dari kepatuhan wanita kepada laki-laki dan Tuhan," logika yang sama seperti yang ditulis oleh St. Paul dalam Perjanjian Baru (D. Kraybill, 1960, hal 56).
Dari semua bukti-bukti di atas, nyata bahwa Islam bukanlah agama yang mengada-adakan dan mewajibkan penutup kepala, tetapi Islam telah mendukung hukum tersebut. Al Qur'an memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan yang beriman untuk menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Juga memerintahkan wanita beriman agar memanjangkan penutup kepalanya sampai menutupi leher dan dadanya.
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat... Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya..." (An Nuur:30,31)
Di dalam Al Qur'an jelas tertulis bahwa kerudung sangat penting untuk menutup aurat. Mengapa aurat itu penting? Hal itu dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al Ahzab 59:
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu." (Al Ahzab:59)
Pada intinya, kesederhanaan digambarkan untuk melindungi wanita dari gangguan atau mudahnya, kesederhanaan adalah perlindungan.
Jadi, tujuan utama dari jilbab atau kerudung di dalam Islam adalah perlindungan. Kerudung di dalam Islam tidak sama seperti di dalam tradisi Kristen dimana merupakan tanda bahwa martabat laki-laki berada di atas wanita dan merupakan simbolisasi tunduknya wanita terhadap laki-laki. Kerudung di dalam Islam juga bukan seperti di dalam tradisi Yahudi dimana kerudung merupakan tanda keagungan dan tanda pembeda sebagai wanita bangsawan yang menikah. Kerudung di dalam Islam hanya sebagai tanda kesederhanaan dengan tujuan melindungi wanita, tepatnya semua wanita. Pada falsafah Islam dikenali prinsip bahwa selalu lebih baik menjaga daripada menyesal kemudian. Al Qur'an sangat memperhatikan wanita dengan menjaga tubuh mereka dan kehormatan mereka atas pernyataan laki-laki yang berani menuduh ketidaksucian seorang wanita, mereka akan mendapat balasan;
"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah (mereka yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (An Nuur 4)
Bandingkan sikap Al Qur'an yang sangat tegas, dengan hukuman yang sangat longgar bagi pemerkosa di dalam Injil:
"If a man find a damsel that is a virgin, which is not betrothed, and there was none to save her. Then the man that lay with her shall give unto the damsel's father fifty shekels of silver, and she shall be his wife; because he hath humbled her, he may not put her away all his days" (Deut. 22:28-29).
Terjemahannya:
"Jika seorang laki-laki menemui seorang gadis yang tidak dijanjikan untuk dinikahkan kemudian memperkosanya, dia harus membayar sebesar lima puluh shekels perak kepada ayah gadis itu. Laki-laki itu harus menikahi gadis tersebut karena perbuatannya dan dia tidak boleh menceraikannya selama hidupnya" (Ulangan. 22:28-29).
Patut ditanyakan, siapa yang sebenarnya dihukum dalam hal ini? Orang yang membayar denda karena telah memperkosa ataukah gadis yang dipaksa untuk menikah dengan laki-laki yang memperkosanya dan harus tinggal bersamanya sampai dia mati? Pertanyaan lainnya: Mana yang lebih melindung seorang wanita sikap tegas Al Qur'an atau sikap kendor moral (lax) daripada Injil?
Beberapa kalangan, terutama di belahan negara-negara Barat, mungkin cenderung untuk menertawakan bahwa kesederhanaan (modesty) berguna untuk perlindungan. Alasan mereka adalah perlindungan yang terbaik yaitu memperluaskan pendidikan, berperilaku yang sopan, dan pengendalian diri. Kami akan mengatakan: semua itu baik tapi tidak cukup.
Jika tindakan yang ada dipandang perlindungan yang sudah cukup, lalu mengapa wanita-wanita di Amerika Utara saat ini tidak berani berjalan sendirian di kegelapan atau bahkan cemas melewati tempat parkir yang sepi? Jika pendidikan adalah suatu penyelesaian lalu mengapa Universitas Queen yang terkenal pelayanan pendidikannya terpaksa harus mengantar pulang para mahasiswi di dalam kampus? Jika pengendalian diri adalah jawabannya, lalu mengapa kasus pelecehan sex di tempat kerja diberitakan di media masa nyaris setiap hari?
Contohnya, yang tertuduh melakukan pelecehan sex dalam beberapa tahun terakhir: para perwira Angkatan Laut, Manager-manager, Professor-professor, Senators, Pengadilan Tinggi (Supreme Court Justices), dan bahkan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton sendiri! Saya tercengang saat saya membaca statistik yang ditulis dalam sebuah pamflet yang dikeluarkan oleh Dean of women's office di Universitas Queen berikut:
* Di Canada, setiap 6 menit ada seorang wanita yang mengalami pelanggaran sexual.
* 1 dari 3 wanita di Canada akan mengalami pelanggaran sexual pada suatu saat dalam kehidupannya.
* 1 dari 4 wanita berada dalam resiko diperkosa atau usaha pemerkosaan dalam kehidupannya.
* 1 dari 8 wanita akan mengalami pelanggaran sexual saat menjadi mahasiswi unitersitas.
* Sebuah penelitian menemukan bahwa 60% dari mahasiswa laki-laki mengatakan mereka akan berbuat pelanggaran seksual jika mereka yakin mereka tidak ditangkap.
Ada sesuatu yang secara fundamental amat sangat keliru di masyarakat kita ini [negara Barat, penerjemah] Suatu perubahan yang radikal sangat perlu dilakukan di dalam gaya hidup dan budaya kita ini. Budaya hidup sederhana (modesty) teramat sangat dibutuhkan. Sederhana dalam berpakaian, dalam bertutur kata, dan dalam sopan santun berhubungan antara pria dan wanita. Kalau perubahan tidak dilakukan, maka angka-angka statistik yang kelabu di atas akan makin suram dari hari ke hari hingga benar-benar semuanya terjerembab dalam kegelapan. Dan sialnya, penanggung beban masyarakat yang paling berat adalah para wanita.
Sesungguhnya kita semua menderita sebagaimana Khalil Gibran (sastrawan nasrani dari Libanon, penerjemah) pernah mengatakan: "...for the person who receives the blows is not like the one who counts them." (Khalil Gibran, 1960, hal 56). Oleh sebab itu, sebuah masyarakat seperti Perancis yang pernah mengusir seorang gadis dari sekolahnya lantaran si gadis menampilkan kesederhaan dengan mengenakan tudung, sesungguhnya hanyalah tindakan yang mencelakakan masyarakat itu sendiri.
Adalah sebuah ironi maha besar di dalam dunia yang kita tinggali saat ini. Secarik tudung penutup kepala mereka katakan sebagai simbol 'kesucian' saat dikenakan oleh seorang biarawati Katolik, padahal dalam ajaran Kristiani hal itu untuk menunjukkan kekuasaan pria. Namun apabila secarik tudung kepala tersebut dikenakan oleh seorang muslimah untuk keperluan melindungi diri, justru dituduh sebagai simbol penindasan pria atas wanita.
(Sumber: WARITA, EDISI MILLENIUM - TAHUN KE XI, NO 2, FEBRUARI 2000)
Posted by Muslimah Berjilbab at 2:24 PM 1 comments
Labels: artikel