Oleh: Ibnoe Dzulhadi
(Sumber: www.eramuslim.com)
eramuslim - Judul artikel ini merupakan kutipan dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh dua syeikh hadits: Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw dan bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli?" Beliau menjawab, "Ibumu! Ia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab lagi, "Ibumu!" Ia balik bertanya, "Siapa lagi?" Rasul kembali menjawab, "Ibumu!" Ia kembali bertanya, "Lalu siapa lagi?" Beliau menjawab, "Bapakmu!" (Dikeluarkan oleh Asy-Syaikhani (Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling pantas aku pergauli?" Rasul menjawab, "Ibumu, ibumu ibumu dan bapakmu! Kemudian orang yang paling dekat denganmu dan paling dekat." (Dikeluarkan oleh Imam Muslim).
Ibu. Sebuah kata yang sangat menggetarkan hati. Adakah orang yang paling dekat dari seseorang (setelah Allah) dari seorang ibu? Tidak ada! Seorang ibu adalah pesona kehidupan. Ia adalah lambang cinta abadi, pengorbanan yang hakiki dan pribadi utusan Ilahi di atas bumi-Nya. Ibu adalah wakil Allah di muka bumi. Meskipun demikian, bukan berarti seseorang harus melupakan ayahnya. Karena ayah dan ibu memiliki satu derajat dalam Al-Qur'an. Mereka berdua laksana "dua sisi mata uang yang absurd untuk dipisahkan. Keridhaan mereka merupakan keridhaan Allah. Dan murka mereka merupakan murka-Nya. Dari Abdullah ibn 'Amru ra. ia berkata: Rasulullah saw bersabda, "Keridhaan Tuhan berada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Tuhan berada pada kemurkaan orang tua." (HR Al-Turmudzi).
Marilah kita tadabburi penjelasan Allah dalam kitab-Nya, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan hendaklah rendahkan dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (dahulu)" (Qs. Al-Isra' [17]: 23-24).
"Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulahkembalimu" (Qs. Luqman [31]: 14).
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya dan menyapihnya dalam tiga puluh bulan..." (Qs. Al-Ahqaf [46]: 15).
"Dan kami wajibkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya..." (Qs. Al-'Ankabut [29]: 8).
Ibu adalah orang yang paling susah memelihara anaknya: mengandung, menyusui dan menyapihnya. Ternyata, seorang anak itu sejak dalam kandungan saja sudah "terbiasa" membuat susah ibunya. Maka, sangat ironis jika sudah dewasa dan sudah kaya malah "lupa kacang akan kulitnya." Alangkah durhakanya jika seorang anak tidak rela "tegel" dan lantai rumahnya disentuh oleh telapak kaki ibunya yang bersih dan suci. Telapak kaki yang menyimpan "surga Allah." Dari Thalhah ibn Mu'awiyah al-Sulma ra. ia berkata, "Aku datang kepada Rasulullah dan berkata kepadanya, "Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad di jalan Allah. Beliau bertanya, "Ibumu masih hidup? Ia menjawab, "Ia! Beliau berkata, "Taatlah kepadanya, di kakinya terdapat surga" (HR Al-Thabrani).
Tidak jarang memang, seorang anak malah membalas "air susu dengan air tuba." Padahal, sebesar apapun harta yang dikeluarkan oleh seorang anak, tidak akan pernah bisa untuk mengembalikan ASI yang mendarah daging dalam tubuhnya. ASI lebih berharga daripada harta: kekayaan, kemewahan dan glamor duniawi. Kiranya tidak ada yang mampu untuk mengkalkulasikan harga ASI, karena sangat mahal harganya.
Berbakti kepada ibu melebihi segalanya. Bahkan pengabdian seorang anak kepada ibu (juga bapaknya) menggugurkan kewajiban untuk berjihad. Dari Abdullah ibn 'Amru ibn 'Ash ra. ia berkata, "Seorang laki-laki datang menghadap Rasul saw dan berkata, "Aku membaiatmu untuk berhijrah dan jihad untuk memperoleh pahala dari Allah!" Rasul saw kemudian bertanya kepadanya, "Apakah salah satu kedua orang tuamu ada yang masih hidup?" Ia menjawab, "Ya, bahkan keduanya masih hidup!" Rasul balik bertanya, "Dan engkau ingin mendapat pahala dari Allah?" Ia menjawab, "Ya!" Rasul lalu berkata kepadanya, "Pulanglah kepada kedua orang tuamu dan berbakti kepada mereka" (Muttafaq 'Alaihi).
Oleh karenya, salah satu amalan yang sangat dicintai oleh Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua. Dari Ibnu Mas'ud ra. ia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw, "Pekerjaan apa yang paling dicintai oleh Allah?" Beliau menjawab, "Shalat pada waktunya! Aku bertanya lagi, "Lalu apa?" Beliau menjawab, "Berbakti kepada kedua orang tua! Aku bertanya lagi, "Lalu apa? Beliau menjawab, "Berjihad di jalan Allah!" (HR Bukhari dan Muslim).
Subhanallah! Berbakti kepada ibu (dan bapak) menggugurkan jihad di jalan Allah. Betapa mulianya derajat seorang ibu. Itu karena nilai cinta yang dimiliki seorang ibu kepada anaknya. Pepatah menyatakan: Cinta ibu sepanjang zaman, dan cinta anak sepanjang jalan. Bahkan bisa jadi sepanjang "galah." Tidak jarang seorang anak malah bangga ketika mampu menyisihkan gajinya untuk biaya ibunya di panti jompo. Ibunya yang sudah tua: kulitnya yang keriput, giginya yang sudah ompong, sudah kehilangan tenaga bahkan kembali seperti anak-anak terkadang dianggap menjadi perusak pemandangan di dalam rumah sang anak. Maka sang anakpun merasa risih, bahkan jijik. Lalu sang anak bersama sang menantu mengambil inisiatif (yang menurut mereka benar) untuk memasukkan sang ibu yang tua renta ke panti jompo. Na'udzubillahi min dzalik.
Sebenarnya, ketika kecil dulu: ketika sang anak sering ngompol di popoknya, atau buang air di ranjang, sang ibu lebih mampu untuk menaruh sang anak ke pantai asuhan. Tapi karena cintanya yang tulus dan besar, bahkan tanpa akhir itu tidak mampu melakukan hal itu. Namun ketika posisi itu berbalik, sang anak malah melakukan sebaliknya. Bukankah ketika orangtua sudah jompo merupakan giliran sang anak untuk membersihkan popok dan ranjang tempatnya membuang air? Itulah yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukankah mengatakan ah saja tidak boleh? Bagaimana kalau sampai orang tua dijadikan pembantu di rumah tangga, atau diusir karena sudah (dirasa) tidak berguna?
Sungguh, berbuat jahat kepada ibu hanya akan mengantarkan pelakunya ke dalam neraka. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Celakalah, celakalah, celakalah! Beliau kemudian ditanya, "Siapa yang celaka wahai Rasulullah? Beliau menjawab, "Siapa yang mendapati salah satu dari orang tuanya atau keduanya, namun ia tidak berusaha untuk memasukkannya ke dalam surga" (HR Ahmad).
Tentunya, keberadaan sang ibu merupakan kesempatan emas untuk meperoleh ridhanya dan ridha Allah. Karena kalau sudah tiada, kesempatan menjadi berkurang, karena sang anak paling hanya bisa berdoa dan bersedekah untuknya. Maka yang masih memiliki ibu, pergunakan kesempatan itu. Maka berbaktilah kepada ibumu, ibumu, ibumu, selagi kesempatan terbuka lebar. Wallahu a'lamu bi al-shawab.
Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa'aafihaa wa'fu 'anhaa waj'al l-jannata matswaahaa! Semoga ruh ibunda tercinta diterima Allah di sisi-Nya. Amin!
---
Wednesday, December 28, 2005
Ibumu! Ibumu! Ibumu!
Posted by Muslimah Berjilbab at 12:01 AM 0 comments
Labels: artikel
Tuesday, December 27, 2005
Membuka Jilbab Karena Sulit Kerja
(Sumber: www.syariahonline.com)
Pertanyaan:
Assalamuallaikum Wr. Wb.
Bagaimana hukumnya bila wanita yang sudah di jilbab, dibuka lagi karena sulitnya mencari pekerjaan.
Wassalam,
ndah
Jawaban:
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Memakai jilbab adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT, dimana menutup aurat adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dan muslimah. Hal ini sudah bukan masalah yang perlu diperdebatkan lagi, karena sudah merupakan kesepakatan ulama dan umat Islam sepanjang zaman. Belum pernah kita dengar ada seoprang muslim yang mengerti agamanya yang mengatakan bahwa membuka aurat itu boleh kalau kepepet. Bahkan meski hal itu keluar dari mulut orang awam sekalpun.
Jadi kewajiban menutup aurat dan memakai jilbab itu adalah kewajiban yang bersifat mutlak sebagaimana kewajiban menjalankan shalat lima waktu, membayar zakat atau pergi haji bagi yang mampu.
Karena itu, bila alasannya hanya sekedar tidak bisa mendapatkan pekerjaan lalu harus buka jilbab, maka alangkah murahnya harga auratnya itu. Padahal aurat adalah bagian tubuh yang WAJIB ditutup sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Memang benar bahwa dalam agama itu ada kemudahan yang Allah sendiri tidak akan membebani seseorang bila memang tidak mampu, namun bukan berarti setiap dalam setiap masalah, seseorang bisa dengan mudah berkompromi dan meninggalkan perintah Allah.
Menutup aurat termasuk masalah prinsipil yang tidak boleh dengan mudah dikompormikan, karena disitulah sebenarnya salah satu ciri dan jati diri seorang muslim dan muslimah.
Di sisi lain, untuk mendapatkan pekerjaan, tidaklah harus di tempat yang menuntut seseorang bermaksiat terhadap Sang Pencipta. Masih banyak instansi dan perusahaan lain yang para pemegang kebijakan di dalamnya yang masih punya nurani dan pemahaman tentang hak menjalankan agama masing-masing.
Semoga Allah memberikan jalan keluar yang terbaik buat Anda.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Posted by Muslimah Berjilbab at 5:04 PM 0 comments
Labels: tanya-jawab
Saturday, December 3, 2005
Doa Imajiner (Ratih Sang)
Doa yang kupanjatkan ketika selesai menikah:
“Ya Allah beri aku anak yang sholeh dan sholehah, agar mereka dapat mendoakanku ketika nanti aku mati dan menjadi salah satu amalanku yang tidak pernah putus.”
Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku lahir:
“Ya Allah beri aku kesempatan menyekolahkan mereka di sekolah Islami yang baik meskipun mahal, beri aku rizki untuk itu ya Allah….”
Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah mulai sekolah:
“Ya Allah….. jadikan dia murid yang baik sehingga dia dapat bermoral Islami, agar dia bisa khatam Al Quran pada usia muda.”
Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku sudah beranjak remaja:
“Ya Allah jadikan anakku bukan pengikut arus modernisasi yang mengkhawatirkanku. Ya Allah aku tidak ingin ia mengumbar auratnya, karena dia ibarat buah yang sedang ranum.”
Doa yang kupanjatkan ketika anak-anakku menjadi dewasa:
“Ya Allah entengkan jodohnya, berilah jodoh yang sholeh pada mereka, yang bibit, bebet, bobotnya baik dan sesuai setara dengan keluarga kami.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku menikah:
“Ya Allah jangan kau putuskan tali ibu & anak ini, aku takut kehilangan perhatiannya dan takut kehilangan dia karena dia akan ikut suaminya.”
Doa yang kupanjatkan ketika anakku akan melahirkan:
“Ya Allah mudah-mudahan cucuku lahir dengan selamat. Aku inginkan nama pemberianku pada cucuku, karena aku ingin memanjangkan teritoria wibawaku sebagi ibu dari ibunya cucuku.”
Ketika kupanjatkan doa-doa itu, aku membayangkan Allah tersenyum dan berkata……
“Engkau ingin suami yang baik dan sholeh sudahkah engkau sendiri baik dan sholehah?
Engkau ingin suamimu jadi imam, akankah engkau jadi makmum yang baik?”
“Engkau ingin anak yang sholehah, sudahkah itu ada padamu dan pada suamimu.
Jangan egois begitu……masak engkau ingin anak yang sholehah
hanya karena engkau ingin mereka mendoakanmu….tentu mereka menjadi sholehah utama karena-Ku, karena aturan yang mereka ikuti haruslah aturan-Ku.”
“Engkau ingin menyekolahkan anakmu di sekolah Islam, karena apa?…… prestige? …… atau….engkau tidak mau direpotkan dengan mendidik Islam padanya?
Engkau juga harus belajar, Engkau juga harus bermoral Islami,
Engkau juga harus membaca Al Quran dan berusaha mengkhatamkannya.”
“Bagaimana engkau dapat menahan anakmu tidak menebarkan pesonanya dengan mengumbar aurat, kalau engkau sebagai ibunya jengah untuk menutup aurat?
Sementara engkau tahu Aku wajibkan itu untuk keselamatan dan kehormatan umat-Ku.”
“Engkau bicara bibit, bebet, bobot untuk calon menantumu,
seolah engkau tidak percaya ayat 3 & 26 surat An Nuur dalam Al Quran-Ku.
Percayalah kalau anakmu dari bibit, bebet, bobot yang baik maka yang sepadanlah yang dia akan dapatkan.”
“Engkau hanya mengandung, melahirkan dan menyusui anakmu.
Aku yang memiliki dia saja, Aku bebaskan dia dengan kehendaknya.
Aku tetap mencintainya, meskipun dia berpaling dari-Ku, bahkan ketika dia melupakan-Ku. Aku tetap mencintainya.”
“Anakmu adalah amanahmu, cucumu adalah amanah dari anakmu,
berilah kebebasan untuk melepaskan busur anak panahnya sendiri yang menjadi amanahnya.”
Lantas…… aku malu…… dengan imajinasiku sendiri….aku malu……
aku malu akan tuntutanku…….
Maafkan aku ya Allah……lantas aku malu dengan imajinasiku sendiri.
(Ratih Sanggarwati, Gunung Geulis, 25 Desember 2002)
Posted by Muslimah Berjilbab at 5:13 PM 2 comments
Labels: puisi
Sunday, November 20, 2005
Bagaimana Masalah Pemakaian Jilbab?
(Sumber: www.syariahonline.com)
Pertanyaan:
Assalamuallaikum,
Saya sebenarnya bertanya karena ada seorang non-muslim yang menanyakan saya masalah pemakaian jilbab, dia bilang ke saya masalah pemakaian jilbab itu repot. Karena bagaimana dengan seorang muslimah yang mempunyai karir di dalam bidang olah raga renang, saya sendiri menjadi sedikit bingung. Ya setahu saya tujuan dari itu adalah agar seorang muslimah tidak menunjukan auratnya kepada kaum pria agar terhindar dari hal2 yang diinginkan. Terima kasih.
Wassalamuallaikum
Acha
Cirendeu
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Ketahuilah bahwa semenjak Islam mengalami kemunduran beberapa abad yang lampau dan duia barat mengalami pasang naik dari segi peradaban, maka hampir semua sendiri dalam kehidupan kita dpengaruh oleh pola budaya barat.
Termasuk salah satunya adalah dalam dunia olahraga. Adanya atlet wanita yang tampil di muka umum tanpa tertutup auratnya memang produk budaya barat yang hedonis. Buat mereka, tampilnya wanita di muka umum dengan telanjang tidak terkait dengan urusan moral. Sebab mereka memang tidak punya standar moral. Yang ada dan dominan dari pola pikir mereka adalah kapita, uang, harta dan dollar.
Dalam Islam, konsep olah raga itu harus disesuaikan dengan tujuannya, yaitu kesehatan dan kebugaran. Kalau pun ada unsur kesenangannya atau entertainnya, maka tidak boleh sampai melanggar hal yang syar'i. Seperti wanita harus menutup aurat dan sebagainya.
Maka kalaupun harus ada cabang olah raga renang khusus wanita dalam tatanan masyarakat Islam, bentuknya adalah sebuah pertandingan yang dihadiri oleh wanita muslimah saja. Laki-laki dan wanita kafir sama sekali terlarang untuk masuk ke dalam lokasi dan tidak ada publikasi baik dengan photo maupun TV. Sebab sesama wanita muslimah memang dibolehkan terlihat sebagian dari auratnya.
Sedangkan dalam tatanan masyarakat sekuler seperti sekarang ini, maka mustahil dibenarkan adanya wanita muslimah yang shalihah menjadi atlet renang. Jangankan jadi atlet, sekedar berenang di kolam renang umum saja sudah haram. Sebab pastilah harus membuka aurat. Maka sebagai alternatif, di beberapa tempat seperti Jakarta dan kota-kota lainya, ada kolang renang khusus untuk wanita muslimah. Tentu saja tidak ada seorang laki-laki pun yang bisa masuk ke lokasi. Jangankan masuk, mendekatpun tidak mungkin. Sebab tubuh wanita adalah aurat bagi laki-laki asing.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Posted by Muslimah Berjilbab at 5:06 PM 0 comments
Labels: tanya-jawab
Thursday, November 3, 2005
Idul Fitri, Hari Kemenangan
Selamat Idul Fitri 1426H.
Mohon maaf lahir dan bathin.
Semoga semua amal ibadah kita diterima dan diridhoi oleh Allah SWT. Semoga amalan di bulan suci di tahun ini menjadikan diri kita menjadi lebih dekat kepada Yang Maha Kuasa...
Ini ada tulisan bagus yg dimuat di Eramuslim. Selamat membaca dan selamat berlebaran...
---
Idul Fitri, Hari Kemenangan
Oleh: Asiandi
(Sumber: www.eramuslim.com, 28/10/2005 08:20 WIB)
eramuslim - Rasanya baru saja kita berucap,"Marhaban ya Ramadhan." Begitu kita dengan suka cita menyambut bulan Ramadhan, bulan penuh kemuliaan saat ia hadir. Tapi kini bulan kemuliaan ini telah beranjak pergi meninggalkan kesedihan karena perpisahan dengannya. Terutama bagi mereka orang-orang yang beriman dan menghayati kehadiran bulan suci ini dengan berbagai kegiatan ibadah. Sungguh telah pergi bulan yang dijanjikan kepada mereka, orang-orang yang beriman, bulan di mana setiap orang dapat berlomba-lomba mencapai predikat takwa.
Tinggallah kini sebaris doa yang terucap,"Allahumma ballaghna Ramadhaana." Ya Allah! Sampaikan kami ke bulan Ramadhan. Seperti inilah kata-kata yang terucap dari bibir orang-orang beriman begitu berpisah dengan Ramadhan, penuh harap akan diberikan kesempatan bertemu dengan bulan surga, bulan Al-Qur'an dan Lailatul qadr dalam tahun berikutnya.
Kerinduan, kerinduan, itulah yang akan terbit di hati orang-orang beriman yang menantikan Ramadhan yang telah berlalu. Teringat akan puasa, tahajjud dan i'tikaf bersamanya. Teringat dengan tilawah Al-Qur'an, zikir dan doa bersamanya. Teringat akan anugerah, barakah, dan kebaikan yang berlimpah padanya. Teringat dengan rahmat, maghfirah, dan pengampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan lalu kita melakukan introspeksi akan segala kelemahan, kekurangan, dan banyaknya kebaikan yang telah terlewatkan. Berapa banyak kebaikan dalam puasa hilang bersama ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan pandangan yang penuh tipuan (kha'inah). Berapa banyak kebaikan shalat malam hilang bersama nyenyaknya tidur, menonton film, drama, sinetron, dan perbuatan tidak baik lainnya. Berapa banyak kebaikan dalam Al-Qur’an telah hilang bersama kemalasan untuk duduk dalam halaqah zikir dan kebaikan-kebaikan lain yang hilang begitu saja.
Lalu kita pun berjanji kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala bahwa pada Ramadhan yang akan datang akan berbuat lebih baik lagi dan mengganti kebaikan-kebaikan yang telah ditinggalkan begitu saja. Sembari terus berdoa,"Allahumma ballaghna Ramadhaana."
Penuh harap dan penuh rindu begitulah kita terhadap Ramadhan yang telah meninggalkan kita. Betapa tidak, bulan penuh kemuliaan ini adalah bulan dengan pohon takwa. Pohon yang daun-daunnya berguguran sepanjang tahun, di bulan Ramadhan masanya menjadi tumbuh bersemi kembali. Pohon takwa yang diterpa badai maksiat sepanjang tahun bulan ini waktunya tumbuh menjadi pohon yang teduh , memberikan naungan dan berbagai kebaikan, serta memberikan buahnya sepanjang musim dengan seizin Rabb-nya. Dan semuanya itu memungkinkan seorang muslim untuk terus dalam keadaan bertakwa sepanjang tahun, hingga datangnya Ramadhan berikutnya.
Kini perjalanan iman kita telah sampai pada kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh. Kita merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita, dengan penuh kegembiraan. Dan tentu saja kesukacitaan dan kegembiraan ini hanya akan dengan sempurna dirasakan oleh orang-orang yang telah berhasil melampaui tahap perjuangannya selama bulan Ramadhan dengan amalan-amalan kebaikan siang dan malam. Mereka menahan rasa haus dahaga, lapar dan menjaga syahwatnya serta dengan tetap khusuk pula beribadah di siang hari. Dilanjutkan malamnya untuk lebih bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya dengan shalat lail, tarawih, tadarus Al-Qur'an serta kebaikan-kebaikan lainnya yang tiada putusnya.
Di Hari Raya Idul Fitri ini biasanya kita saling memaafkan dan bersilaturahmi satu sama lainnya. Pendek kata pada hari ini kita bersukacita dan berbahagia atas kemenangan yang kita raih.
Lebih tepatnya kita tidak bersukacita dan berbahagia karena merasa telah terbebas dengan beban karena terpaksa harus berpuasa sebulan penuh. Lantas kita berpesta pora dan lupa diri setelahnya. Sebab jika demikian cara kita menyikapi Idul Fitri ini, maka itu artinya akan sangat bertolak belakang dengan yang diharapkan dari nilai puasa kita sebulan penuh, untuk memperoleh predikat takwa.
Hal-hal yang bertolak belakang dalam merayakan Idul Fitri yang perlu kita garis bawahi semisal dimulainya babak baru hura-hura dan perbuatan sia-sia lainya justru di hari yang fitrah ini.
Oleh karena itu, dengan kejernihan berpikir kita seandainya kita masih tergolong di antara orang-orang yang menyikapi perayaan Idul Fitri dengan hura-hura atau perbuatan yang berlebih-lebihan dan bahkan sampai melanggar batas-batas agama, maka di tahun ini saatnya kita berubah menjadi muslim yang benar-benar kembali fitrah setelah membasuh dosa-dosa sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Mari kita rayakan hari kemenangan kita dengan bertafakkur dan bermuhasabah (merenung dan menilai kembali) atas apa yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita mulai kembali lembaran hidup kita dengan sesuatu yang bermanfaat bagi masa depan kita. Kita luruskan kembali niat dan tujuan hidup kita di tengah kerasnya perjuangan yang tengah kita jalani.
Mari kita bayangkan kedua orangtua kita, anak-anak kita dan istri kita atau saudara-saudara kita di hari yang fitrah ini mereka mungkin menitikkan air matanya tanpa kehadiran kita di kampung halaman. Apa mau dikata, kita terpaksa melawan kerasnya kehidupan berjuang menegakkan kehidupan terpisah dari mereka demi hari esok yang lebih baik dan lebih mulia. Maka tiada lain buat kita kecuali mewujudkan apa yang menjadi harapan. Dan semuanya akan menjadi nyata adanya jika kita memulai hidup baru kita, pada hari yang fitrah ini dengan menjadi muslim dan muslimah yang selalu berjalan pada koridor agama Islam yang mulia ini.
Di hari yang fitrah ini kita bertekad memperbaiki kadar keimanan kita pada hari-hari selama sebelas bulan berikutnya. Anggaplah selama bulan Ramadhan yang lalu kita telah berniaga dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala selama sebulan penuh dan hasil perniagaan ini menjadi bekal buat kita untuk sebelas bulan selanjutnya. Tentu saja dengan selalu berusaha melakukan yang terbaik semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab bukankah kita diciptakan hanya untuk mengabdi kepada-Nya?
Alangkah indahnya hari kemenangan kita, Idul Fitri 1426 kali ini, batapa damai rasanya. Meskipun kita jauh dari sanak saudara ribuan mil jaraknya tapi hati kita begitu tentram sebab kita kembali fitrah.
Selamat Idul Fitri 1426 H. Mohon maaf lahir dan bathin.***
Taichung, Taiwan, 25 Oktober 2005
Posted by Muslimah Berjilbab at 2:23 PM 1 comments
Labels: artikel
Jika Aku Jatuh Cinta...
Oleh: Yesi Elsandra
(Sumber: Eramuslim)
Cinta. Sebuah kata singkat yang memiliki makna luas. Walaupun belum teridentifikasi secara pasti, namun eksistensi cinta diakui oleh semua orang. Al-Ghazali mengatakan cinta itu ibarat sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi, cabangya di langit dan buahnya lahir batin, lidah dan anggota-anggota badan. Ditujukan oleh pengaruh-pengaruh yang muncul dari cinta itu dalam hati dan anggota badan, seperti ditujukkanya asap dalam api dan ditunjukkanya buah dan pohon.
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertempuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, “Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjiha di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas dari pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah dari pada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan sisi yang tepat.
Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu, agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu, rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu, jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engaku mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengna limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
(Special untuk yang saling mencintai karena-Nya)
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 6:36 AM 0 comments
Labels: artikel
Tuesday, November 1, 2005
Jilbab Dalam Al-Qur'an dan Jilbab Zaman Sekarang
Oleh: Nur Faizin Muhith (nurfaizin)
(Sumber: www.kotasantri.com)
Saat ini banyak kaum wanita yang menggunakan jilbab dan seakan-akan menjadi tren mode. Jilbab yang digunakan pun beraneka ragam. Mulai dari jilbab gaul sampai jilbab syar'i. Lalu bagaimanakah sebenarnya jilbab dalam pandangan Islam?
A. Pendahuluan
Ketika masyarakat kita mengenal kata 'jilbab' (dalam bahasa Indonesia) maka yang dimaksud adalah penutup kepala dan leher bagi wanita muslimah yang dipakai secara khusus dan dalam bentuk yang khusus pula. Lalu bagaimanakah kata 'jilbab' muncul dan digunakan dalam masyarakat arab khususnya pada masa turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW dalam surat Al-Ahzaab ayat 56(?). Apa yang dimaksudkan Al-Qur'an dengan kata 'jalabiib' bentuk jamak (plural) dari kata jilbab pada saat ayat kata itu digunakan dalam Al Quran pertama kali(?) Sudah samakah arti dan hukum memakai jilbab dalam Al-Quran dan jilbab yang dikenal masyarakat Indonesia sekarang(?).
Selain kata jalabiib (jamak dari 'jilbab'), Al-Qur'an juga memakai kata-kata lain yang maknanya hampir sama dengan kata 'jilbab' dalam bahasa Indonesia, seperti kata khumur (penutup kepala) dan hijab (penutup secara umum), lalu bagaimana kata-kata serupa dalam ayat-ayat Al Quran tersebut diterjemahkan dan dipahami dalam bahasa syara' (agama) oleh para shahabat Nabi dan ulama' selanjutnya.
Oleh karena itu kita tidak akan tahu pandangan syara' terhadap hukum suatu permasalahan kecuali setelah tahu maksud dan bentuk kongkrit serta jelas dari permasalahan itu, maka untuk mengetahui hukum memakai jilbab terlebih dahulu harus memahami yang di maksud dengan jilbab itu sendiri secara benar dan sesuai yang dikehendaki Al-Qur'an ketika diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan bangsa arab saat itu.
Salah satu dimensi i'jaz (kemukjizatan) Al-Qur'an adalah kata-kata yang dipakai Al-Qur'an sering menggunakan arti kiyasan atau dalam sastra arab disebut majaz (penggunaan satu kata untuk arti lain yang bukan aslinya karena keduanya saling terkait), hal ini menimbulkan benih perbedaan, begitu pula kata-kata dalam nash-nash (teks-teks) Hadist dan bahasa arab keseharian, oleh karena itu tidak jarang bila perselisian antara ulama-ulama Islam dalam satu masalah terjadi disebabkan oleh hal di atas, dan yang demikian itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh dan bisa mengurangi kesucian atau keautentikan teks-teks Al-Qur'an, tapi sebaliknya.
Mungkin kita juga pernah mendengar wacana kalau berjilbab maka harus menutup dada, lalu bagaimana kalau jilbabnya berukuran kecil dan tidak panjang ke dada dan lengan, apakah muslimah yang memakainya belum terhitung melaksanakan seruan perintah agama dalam Al-Qur'an itu sebab tidak ada bedanya antara dia dan wanita yang belum memakai jilbab sama sekali, apakah sama dengan wanita yang membuka auratnya (bagian badan yang wajib di tutup dan haram di lihat selain mahram). Benarkah presepsi atau pemahaman yang demikian(?). Apa seperti itu Al-Qur'an memerintahkan (?)
B. Jilbab
Arti kata jilbab ketika Al-Qur'an diturunkan adalah kain yang menutup dari atas sampai bawah, tutup kepala, selimut, kain yang di pakai lapisan yang kedua oleh wanita dan semua pakaian wanita, ini adalah beberapa arti jilbab seperti yang dikatakan Imam Alusiy dalam tafsirnya Ruuhul Ma'ani.
Imam Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan; Jilbab berarti kain yang lebih besar ukurannya dari khimar (kerudung), sedang yang benar menurutnya jilbab adalah kain yang menutup semua badan.
Dari atas tampaklah jelas kalau jilbab yang dikenal oleh masyarakat indonesia dengan arti atau bentuk yang sudah berubah dari arti asli jilbab itu sendiri, dan perubahan yang demikian ini adalah bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sebab perjalanan waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang atau disebabkan jarak antar tempat dan komunitas masyarakat yang berbeda yang tentu mempunyai peradaban atau kebudayaan berpakaian yang berbeda.
Namun yang lebih penting ketika kita ingin memahami hukum memakai jilbab adalah kita harus memahami kata jilbab yang di maksudkan syara'(agama), Shalat lima kali bisa dikatakan wajib hukumnya kalau diartikan shalat menurut istilah syara', lain halnya bila shalat diartikan atau dimaksudkan dengan berdo'a atau mengayunkan badan seperti arti shalat dari sisi etemologinya.
Allah SWT dalam Al Quran berfirman yang artinya : "Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang. (Al-Ahzab : 59).
Ayat di atas turun ketika wanita merdeka (seperti wanita-wanita sekarang) dan para budak wanita (wanita yang boleh dimiliki dan diperjual belikan) keluar bersama-sama tanpa ada suatu yang membedakan antara keduanya, sementara madinah pada masa itu masih banyak orang-orang fasiq (suka berbuat dosa) yang suka mengganggu wanita-wanita dan ketika diperingatkan mereka (orang fasiq) itu menjawab "kami mengira mereka (wanita-wanita yang keluar) adalah para budak wanita" sehingga turunlah ayat di atas bertujuan memberi identitas yang lebih kepada wanita-wanita merdeka itu melalui pakaian jilbab.
Hal ini bukan berarti Islam membolehkan untuk mengganggu budak pada masa itu, Islam memandang wanita merdeka lebih berhak untuk diberi penghormatan yang lebih dari para budak dan sekaligus memerintahkan untuk lebih menutup badan dari penglihatan dan gangguan orang-orang fasiq sementara budak yang masih sering disibukkan dengan kerja dan membantu majikannya lebih diberi kebebasan dalam berpakaian.
Ketika wanita anshar (wanita muslimah asli Makkah yang berhijrah ke Madinah) mendengar ayat ini turun maka dengan cepat dan serempak mereka kelihatan berjalan tenang seakan burung gagak yang hitam sedang di atas kepala mereka, yakni tenang -tidak melenggang- dan dari atas kelihatan hitam dengan jilbab hitam yang dipakainya di atas kepala mereka.
Ayat ini terletak dalam Al-Qur'an setelah larangan menyakiti orang-orang mukmin yang berarti sangat selaras dengan ayat sesudahnya (ayat jilbab), sebab berjilbab paling tidak, bisa meminimalisir pandangan laki-laki kepada wanita yang diharamkan oleh agama, dan sudah menjadi fitrah manusia, dipandang dengan baik oleh orang lain adalah lebih menyenangkan hati dan tidak berorentasi pada keburukan, lain halnya apabila pandangan itu tidak baik maka tentu akan berdampak tidak baik pula bagi yang dipandang juga yang melihat, nah, kalau sekarang kita melihat kesebalikannya yaitu ketika para wanita lebih senang untuk dipandang orang lain ketimbang suaminya sendiri maka itu adalah kesalahan pada jiwa wanita yang perlu dibenarkan sedini mungkin dan dibuang jauh jauh terlebih dahulu sebelum seorang wanita berbicara kewajiban berjilbab.
C. Cara memakai jilbab
I. Cara memaki jilbab dengan arti aslinya yaitu sebelum diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa yang baku, adalah aturan yang mana para shahabat dan ulama' berbeda pendapat ketika menafsirkan ayat Al-Qur'an di atas. Perbedaan cara memakai jilbab antara shahabat dan juga antara ulama itu disebab bagaimana idnaa'ul jilbab (melabuhkan jilbab atau melepasnya) yang ada dalam ayat itu. Ibnu Mas'ud dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas menjelaskan cara yang diterangkan Al-Qur'an dengan kata idnaa' yaitu dengan menutup semua wajah kecuali satu mata untuk melihat, sedangkan shahabat Qotadah dan riwayat Ibnu Abbas yang lain mengatakan bahwa cara memakainya yaitu dengan menutup dahi atau kening, hidung, dengan kedua mata tetap terbuka. Adapun Al-Hasan berpendapat bahwa memaki jilbab yang disebut dalam Al-Qur'an adalah dengan menutup separuh muka, beliau tidak menjelaskan bagian separuh yang mana yang ditutup dan yang dibuka ataukah tidak menutup muka sama sekali.
Dari perbedaan pemahaman shahabat seputar ayat di atas itu muncul pendapat ulama yang mewajibkan memaki niqob atau burqo' (cadar) karena semua badan wanita adalah aurat (bagian badan yang wajib ditutup) seperti Abdul Aziz bin Baz Mufti Arab Saudi, Abu Al a'la Al maududi di Pakistan dan tidak sedikit Ulama-ulama Turky, India dan Mesir yang mewajibkan bagi wanita muslimah untuk memakai cadar yang menutup muka, Hal di atas sebagaimana yang ditulis oleh Dr.Yusuf Qardlawi dalam Fatawa Muashirah, namun beliau sendiri juga mempunyai pendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah tidak aurat yang harus ditutup di depan laki-laki lain yang bukan mahram (laki-laki yang boleh menikahinya), beliau juga menegaskan bahwa pendapat itu bukan pendapatnya sendiri melainkan ada beberapa Ulama yang berpendapat sama, seperti Nashiruddin Al-Albani dan mayoritas Ulama-ulama Al-Azhar, Qardlawi juga berpendapat memakai niqob atau burqo' (cadar) adalah kesadaran beragama yang tinggi yang mana bila dipaksakan kepada orang lain, maka pemaksaan itu dinilainya kurang baik, sebab wanita yang tidak menutup wajahnya dengan cadar juga mengikuti ijtihad Ulama yang kredibelitas dalam berijtihadnya dipertanggung jawabkan.
Sedangkan empat Madzhab, Hanafiyah, Malikiyah, Syafi`iyah dan Hanabila berpendapat bahwa wajah wanita tidaklah aurat yang wajib ditutupi di depan laki-laki lain bila sekira tidak ditakutkan terjadi fitnah jinsiyah (godaan seksual), menggugah nafsu seks laki-laki yang melihat. Sedangkan Syafi'iyah juga ada yang berpendapat bahwa wajah dan telapak tangan wanita adalah aurat (bagian yang wajib ditutup) seperti yang ada dalam kitab Madzahibul Arba'ah, diperbolehkannya membuka telapak tangan dan wajah bagi wanita menurut mereka disebabkan wanita tidak bisa tidak tertuntut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya baik dengan jual beli, syahadah (persaksian sebuah kasus), berdakwah kepada masyarakatnya dan lain sebagainya, yang semuanya itu tidak akan sempurnah terlaksana apabila tidak terbuka dan kelihatan.
Ringkasnya, para ulama Islam salafy (klasik)sampai yang muashir (moderen) masih berselisih dalam hal tersebut di atas. Bagi muslimah boleh memilih pendapat yang menurut dia adalah yang paling benar dan autentik juga dengan mempertimbangkan hal lain yang lebih bermanfaat dan penting dibanding hanya menutup wajah yang hanya bertujuan menghindari fitnah jinsiyah yang masih belum bisa dipastikan bahwa hal itu memang disebabkan membuka wajah dan telapak tangan saja.
II. Imam Zamahsyari dalam Al-Kasysyaf menyebutkan cara lain memakai jilbab menurut para ulama yaitu dengan menutup bagian atas mulai dari alis mata dan memutarkan kain itu untuk menutup hidung, jadi yang kelihatan adalah kedua mata dan sekitarnya. Cara lain yaitu menutup salah satu mata dan kening dan menampakkan sebelah mata saja, cara ini lebih rapat dan lebihbisa menutupi dari pada cara yang tadi. Cara selanjutnya yang disebutkan oleh Imam Zamahsyari adalah dengan menutup wajah, dada dan memanjangkan kain jilbab itu ke bawah, dalam hal ini jilbab haruslah panjang dan tidak cukup kalau hanya menutup kepala dan leher saja tapi harus juga dada dan badan, Cara-cara di atas adalah pendapat Ulama dalam menginterpretasikan ayat Al-Qur'an atau lebih tepatnya ketika menafsirkan kata idnaa' (melabuhkan jilbab atau melepasnya kebawah).
Nah,mungkin dari sinilah muncul pendapat bahwa berjilbab atau menutup kepala harus dengan kain yang panjang dan bisa menutup dada lengan dan badan selain ada baju yang sudah menutupinya, karena jilbab menurut Ibnu Abbas adalah kain panjang yang menutup semua badan, maka bila seorang wanita muslimah hanya memaki tutup kepala yang relatif kecil ukurannya yang hanya menutup kepala saja maka dia masih belum dikatakan berjilbab dan masih berdosa karena belum sempurnah dalam berjilbab seperti yang diperintahkan agama.
Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam memenuhi seruan agama sebab banyak ulama yang tidak mengharuskan cara yang demikian. Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama dan menyalahkan yang lain karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar menurut Allah SWT) yang benar menurut Allah SWT akan mendapat dua pahala, pahala ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-syaratnya. Adalah sebuah kesalahan yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadist atau Ijma'.
Para Ulama sepakat bahwa menutup aurat cukup dengan kain yang tidak transparan sehingga warna kulit tidak tampak dari luar dan juga tidak ketat yang membentuk lekuk tubuh, sebab pakaian yang ketat atau yang transparan demikian tidak bisa mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual)bagi laki-laki yang memandang secara sengaja atau tidak sengaja bahkan justru sebaliknya lebih merangsang terjadinya hal tersebut, atas dasar itulah para ulama sepakat berpendapat bahwa kain atau model pakaian yang demikian itu belum bisa digunakan menutup aurat, seperti yang dikehendaki Syariat dan Maqasidnya (tujuan penetapan suatu hukum agama) yaitu menghindari fitnah jinsiyah (godaan seksual) yang di sebabkan perempuan.
Selanjutnya kalau kita mengkaji sebab diturunkannya ayat di atas yaitu ketika orang-orang fasiq mengganggu wanita-wanita merdeka dengan berdalih tidak bisa membedakan wanita-wanita merdeka itu dari wanita-wanita budak (wanita yang bisa dimiliki dan diperjual belikan), maka kalau sebab yang demikian sudah tidak ada lagi pada masa sekarang, karena memang sedah tidak ada budak, maka itu berarti menutup dengan cara idnaa' melabuhkan ke dada dan sekitarnya agar supaya bisa dibedakan antara mereka juga sudah tidak diwajibkan lagi, adapun kalau di sana masih ada yang melakukan cara demikian dengan alasan untuk lebih berhati-hati dan berjaga-jaga dalam mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) maka adalah itu masuk dalam katagori sunnat dan tidak sampai kepada kewajiban yang harus dilaksanakan.
Namun bisa jadi ketika jilbab sudah memasyarakat sehingga banyak wanita berjilbab terlihat di mall, pasar, kantor, kampus dan lain sebagainya, namun cara mereka sudah tidak sesuai lagi dengan yang diajarkan agama, misalnya tidak sempurna bisa menutup rambut atau dengan membuka sebagian leher. Atau ada sebab lain, misalnya berjilbab hanya mengikuti trend atau untuk memikat laki-laki yang haram baginya atau disebabkan para muslimah yang berjilbab masih sering melanggar ajaran agama di tempat-tempat umum yang demikian itu bisa mengurangi dan bahkan menghancurkan wacana keluhuran dan kesucian Islam, sehingga dibutuhkan sudah saatnya dibutuhkan kelmbali adanya pilar pembeda antara yang berjilbab dengan rasa kesadaran penuh atas perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an dari para wanita muslimah yang hanya memakai jilbab karena hal-hal di atas tanpa memahami nilai berjilbab itu sendiri.
Mungkin di saat seperti itulah memakai jilbab dengan cara melabuhkan ke dada dan sekitarnya diwajibkan untuk mejadi pilar pembeda antara jilbab yang ngetrend dan tidak Islami dari yang berjilbab yang Islami dan ngetrend serta mengedepankan nilai jilbab dan tujuan disyariatkannya jilbab itu.
Asy-Syaih Athiyah Shoqor (Ulama ternama Mesir) ketika ditanya hukum seorang wanita yang cuma mengenakan penutup kepala yang bisa menutup rambut dan leher saja tanpa memanjangkan kain penutup itu ke dada dan sekitarnya, beliau menjawab dengan membagi permasalahan menutup aurat (kepala) itu menjadi tiga :
1. Khimar (kerudung) yaitu segala bentuk penutup kepala wanita baik itu yang panjang menutup kepala dada dan badan wanita atau yang hanya rambut dan leher saja.
2. Niqob atau burqo' (cadar) yaitu kain penutup wajah wanita dan ini sudah ada dan dikenal dari zaman sebelum Islam datang seperti yang tertulis di surat kejadian dalam kitab Injil. Namun kata beliau "ini juga kadang disebut Khimar".
3. Hijab (tutup) yaitu semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) baik dengan menahan pandangan, tidak mengubah intonasi suara bicara wanita supaya terdengan lebih menarik dan menggugah, menutup aurat dan lain sebagainya, semuanya ini dinamankan hijab bagi wanita.
Nah untuk jilbab atau penutup kepala yang hanya menutup rambut dan leher serta tidak ada sedikitpun cela yang menampakkan kulit wanita, maka itu adalah batas minimal dalam menutup aurat wanita. Adapun apabila melabuhkan kain penutup kepala ke bawah bagian dada dan sekitarnya maka itu termasuk hukum sunat yang tidak harus dilakukan dan dilarang untuk dipaksakan pada orang lain.
Beliau juga menambahkan apabila fitnah jinsiyah itu lebih dimungkinkan dengan terbukanya wajah seorang wanita sebab terlalu cantik dan banyak mata yang memandang maka menutup wajah itu adalah wajib baginya, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan selanjutnya, dan bila kecantikan wajah wanita itu dalam stara rata-rata atau menengah ke bawah maka menutupnya adalah sunat.
Mungkin yang difatwakan oleh beliau inilah jalan keluar terbaik untuk mencapai kebenaran dan jalan tengah menempuh kesepakatan dalam masalah manutup wajah wanita dan berjilbab yang dari dulu sampai sekarang masih di persengketakan ulama tentang cara, wajib dan tidak wajibnya.
D. Khimar (kerudung)
Al-Qur'an juga datang dengan kata lain selain kata jilbab dalam mengutarakan penutup kepala sebagaimana yang termaktub dalam Surat An-Nuur : 31, Artinya: Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan jangan menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak padanya, dan hendaklan mereka menutupkan kain kudung di dadanya…
Kata Khumur dalam penggalan ayat di atas bentuk jama' (plural) dari kata Khimar yang biasa diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai kerudung yang tidak lebar dan tidak panjang, sedang kalau kita melihat arti sebenarnya ketika Al-Qur'an itu datang kepada Nabi Muhammad SAW maka Mufassirin (ulama ahli tafsir Al Quran) berbeda pendapat dan kita akan melihat sedikit reduksi atau penyempitan arti dari arti pada waktu itu. Imam Qurthubi menterjemahkan khumur secara lebih luas, yaitu semua yang menutupi kepala wanita baik itu panjang atau tidak, begitu juga dengan Imam Al-Alusiy beliau menterjemahkannya dengan kata miqna'ah yang berarti tutup kepala juga, tanpa menjelaskan bentuknya panjang atau lebarnya secara kongkrit.
Ayat Al-Qur'an di atas memerintahkan untuk memanjangkan kain penutup itu ke bagian dada yang di ambil dari kata juyuub (saku-saku baju) sehingga kalau wanita hanya memakai penutup kepala tanpa memanjangkannya ke bagian dada maka dia masih belum melaksanakan perintah ayat di atas, dengan kata lain penutup kepala menurut ayat di atas haruslah panjang menutupi dada dan sekitarnya, disamping juga ada baju muslimah yang menutupinya. Namun kalau kita teliti kata juyuub lebih lanjut dan apabila kita juga melihat sebab ayat itu diturunkan maka kita akan menemukan beberapa arti ayat (pendapat) yang dikemukakan oleh mufassir yang berbeda dengan pemahaman di atas.
Kata juyuub dalam ayat di atas juga dibaca jiyuub dalam tujuh bacaan Al-Qur'an yang mendapat legalitas dari umat Islam dan para Ulama dulu dan sekarang (qira'ah sab'ah), kata juyuub adalah bentuk jama'(plural) dari jaib yang berarti lubang bagian atas dari baju yang menampakkan leher dan pangkal leher. Imam Alusi menjelaskan kata jaib yang diartikan dengan lubangan untuk menaruh uang atau sejenisnya (saku baju) adalah bukan arti yang berlaku dalam pembicaraan orang arab saat Al-Qur'an turun, sebagaimana Ibnu Taimiyah juga berpendapat yang sama, Imam Alusi juga menambahkan lagi dan berkata "tetapi kalaupun diartikan dengan saku juga tidaklah salah", dari pembenaran dia bahwa arti jaib adalah saku tadi, Imam Alusiy artinya setuju kalau penutup kepala jilbab, kerudung atau yang lain adalah harus sampai menutup dada, meskipun beliau tidak mengungkapkannya dengan kata-kata yang jelas dan tegas tapi secara implisit beliau tidak menyalahkan pendapat itu.
Imam Bukhari dalam kitab hadist shohihnya, beliau setuju bila kata jaib diartikan dengan lubangan baju untuk menyimpan uang atau semisalnya (saku baju) tetapi sebaliknya Ibnu Hajar dalam Syarah Shahih Bukhariy (buku atau komentar kepada suatu karya tulis seorang pengarang kitab dengan berupa kesetujuan penjelasan atau ketidak setujuan atau menjelaskan maksud pengarang kitab aslinya) yang berjudul Fath Al-bari, Ibn Hajar menjelaskan bahwa jaib adalah potongan dari baju sebagai tempat keluarnya kepala, tangan atau yang lain.dan banyak ulama lain yang sependapat dengan Ibnu Hajar, sedangkan Al-Ismaili mengartikan jaib itu dengan lingkaran kera baju.
Pembahasan arti kata jaib ini terasa penting karena letak saku baju tentu lebih di bawah dari pada kera atau lubangan leher baju, selanjutnya apakah penutup kepala yang hanya menutupi leher dan pangkal leher namun belum menutup sampai ke saku baju (yakni bagian dada) apakah sudah memenuhi perintah Allah SWT dalam ayat Al-Qur'an di atas.
Dari arti jaib yang masih dipertentangkan maka arti kata Juyuub di ayat tersebut di atas juga masih belum bisa di temukan titik temunya, saku baju atau lubang kepala. Sehingga bila diartikan saku maka menutup kepala dengan jilbab atau kain kerudung tidak cukup dengan yang pendek dan atau kecil tetapi harus panjang dan lebar sehingga bisa menutup tempat saku baju. Dan kalau juyuub dalam ayat di atas di artikan lubang baju untuk leher maka menutup kepala cukup memakai yang bisa menutup keseluruan aurat dengan sempurnah tanpa ada cela yang bisa menampakkan kulit serta tidak harus di panjangkan ke dada.
Namun apabila kita kembali kepada sebab diturunkannya ayat tersebut, seperti yang disebutkan dalam Lubabun Nuqul karya Imam Suyuti yaitu ketika Asma' binti Martsad sedang berada di kebun kormanya, pada saat itu datanglah wanita-wanita masuk tanpa mengenakan penutup (yang sempurna) sehingga tampaklah kaki, dada, dan ujung rambut panjang mereka, lalu berkatalah Asma', "Sungguh buruk sekali pemandangan ini", maka turunlah ayat di atas.
Lebih terang Imam Qurtubi menjelaskan sebab ayat ini diturunkan yaitu karena wanita-wanita pada masa itu ketika metutup kepala maka mereka melepaskan dan membiarkan kain penutup kepala itu ke belakang punggungnya sehingga tidak menutup kepala lagi dan tampaklah leher dan dua telinga tanpa penutup di atasnya, oleh sebab itulah kemudian Allah SWT memerintahkan untuk melabuhkan kain jilbab ke dada sehingga leher dan telinga serta rambut mereka tertutupi, akan tetapi tetapi lebih lanjut Imam Qurtubi menjelaskan cara memakai tutup kepala, yaitu dengan menutupkan kain ke jaib (saku atau lubang leher) sehingga dada mereka juga ikut tertutupi.
Dari kedua sebab turunnya ayat di atas maka tampaknya bisa diambil kesamaan bahwa ayat di atas turun karena aurat (dalam hal ini leher, telinga dan rambut) masih belum tertutup dengan kain kerudung, sehingga turunlah ayat di atas memerintahkan untuk menutupnya, dengan kata lain, memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke jaib (saku atau lubang leher) itu adalah cara untuk menutup aurat yang diterangkan oleh Al-Qur'an sesuai dengan keadaan wanita-wanita masa itu, artinya bila aurat sudah tertutup tanpa harus memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke dada maka perintah memanjangkan itu sudah tidak wajib lagi sebab memanjangkan adalah cara untuk bertujuan memuntup aurat sedang apabila tujuan yang berupa menutup aurat itu sudah tercapai tanpa memanjangkan kain itu ke dada kerana keadaan yang berbeda dan adapt yang tidak sama maka boleh-boleh saja.
Ringkasnya jaib dengan arti lubang leher adalah tafsiran yang sesuai dengan sabab turunnya ayat di atas, dan memanjangkan kain kerudung atau jilbab ke dada adalah tidak diwajibkan oleh ayat Al-Qur'an di atas, karena yang wajib adalah menutup aurat tanpa ada sedikitpun cela yang menampakkan kulit autar wanita. Wallahu 'alam bish shawab.
E. Aurat Wanita
Dari ayat di atas pula para ulama juga berbeda pendapat tentang kaki sampai mata kaki, tangan sampai pegelangan dan wajah dari seorang wanita apakah itu termasuk aurat yang wajib di tutup atukah tidak(?) Yaitu ketika menafsirkan kata ziinah (perhiasan) bagi yang mengartikan dengan perhiasan yang khalqiyah (keidahnya tubuh) seperti kecantikan dan daya tarik seorang wanita, bagi kelompok ini termasuk Imam Al-Qaffal kata "kecuali yang tampak darinya" diartikan dengan anggota badan yang tampak dalam kebiasaan dan keseharian masyarakat seperti wajah dan telapak tangan karena menutup keduanya adalah dlorurat (keterpaksaan) yang bila diwajibkan akan bertentangan dengan agama Islam yang diturunkan penuh kemudahan bagi pemeluknya, oleh sebab itu tidak ada perbedaan pendapat dalam hal bolehnya membuka wajah dan telapak tangan (meski sebenarnya dalam madzhab syafi'i masih ada yang berbeda pendapat dalam hal ini, misalnya dalam kitab Azza Zawajir wajah dan telapak tangan wanita merdeka adalah aurat yang tidak boleh dibuka atau dilihat karena melihatnya bisa menimbulkan fitnah jinsiyah (godaan seksual), adapun di dalam shalat maka itu bukan aurat tetapi tetap haram untuk dibuka atau dilihat).
Sedangkan yang menafsirkan kata ziinah (perhiasan) dengan perhiasan yang biasa di pakai wanita, mulai dari yang wajib dipakai seperti baju, pakaian bawah yang lain yang digunakan menutup badan waniti sampai perhiasan yang hanya boleh dipakai wanita seperti pewarna kuku, pewarna telapak tangan, pewarna kulit, kalung, gelang, anting dan lain-lain, maka mereka (mufassir) itu mengartikan kata "dengan perhiasan-perhiasan yang biasa tampak" seperti cincin, celak mata, pewarna tangan dan yang tidak mungkin untuk ditutup seperti baju, pakaian bawah bagian luar dan jilbab atau kerudung.
Dan adapun telapak kaki maka tidak termasuk yang boleh di buka karena keterpaksaan untuk membukanya dianggap tidak ada, namun yang lebih shahih (benar) menurut Imam Ar-Rozi dalam tafsirnya hukum menampakkan cincin, gelang, pewarna tangan, kuku, dan sebagainya adalah seperti hukum membuka kaki yaitu haram untuk dibuka sebab tidak ada kebutuhan yang memaksa untuk boleh membukanya menurut agama. Semua hal di atas adalah di luar waktu melaksanakan shalat dan selain wanita budak (wanita yang bisa dimiliki dan diperjual belikan) yaitu wanita muslimah zaman sekarang.
Adapun waktu melaksakan shalat, Madzhab Hanafi berpendapat kalau semua badan wanita adalah aurat dan termasuk di dalamnya adalah rambut yang memanjang di samping telinga kecuali telapak tangan dan bagian atas dari telapak kaki. Madzhab Syafi'i berpendapat yang sama yaitu semua anggota badan wanita ketika shalat adalah aurat yang wajib ditutup kecuali wajah telapak tangan dan telapak kaki yang dalam (yang putih). Madzhab Hambali mengecualikan wajah saja selain itu semuanya aurat termasuk telapak tangan dan kaki.
Sedangkan ulama-ulama madzhab Maliki menjelaskan bahwa dalam shalat aurat laki-laki, wanita merdeka dan budak, terbagi menjadi dua:
1. Aurat mughalladhah (berat), untuk laki-laki aurat ini adalah dua kemaluan depan dan belakang, sedangkan bagi wanita merdeka aurat ini adalah semua badan kecuali tangan, kaki, kepala dada dan sekitarnya (bagian belakangnya).
2. Aurat mukhaffafah (ringan), aurat ini untuk laki-laki adalah selain mugalladhah yang berada diantara pusar dan lutut, sedang untuk wanita merdeka adalah tangan, kaki, kepala, dada dan bagian belakangnya, dua lengan tangan, leher, kepala, dari lutut sampai akhir telapak kaki dan adapun wajah dan kedua telapak tangan (luar atau dalam) tidak termasuk aurat wanita dalam shalat baik yang mugalladhah atau yang mukhaffafah. Untuk wanita budak aurat ini adalah sebagaimana laki-laki namun di tambah pantat dan sekitarnya dan kemaluan, vulva dan bagian yang ditumbuhi rambut kemaluan itu.
Ulama-ulama madzhab Maliki juga menjelaskan bahwa apabila seorang melakukan shalat dengan tidak menutup aurat mugalladhah meskipun hanya sedikit dan dia mampu menutupnya baik membeli kain penutup atau meminjam (tidak wajib menerima penutup aurat bila penutup aurat itu diberikan dengan cara hibah pemberian murni) maka shalat yang demikian hukumnya adalah tidak sah dan batal dan apabila dia ingat kewajiban untuk menutup aurat itu maka wajib baginya untuk mengulang shalatnya ketiak dia telah siap melaksakan shalat dengan menutup aurat mughalladhah itu.
Sedangkan bila aurat mukhaffafah saja yang terbuka semua atau sebagiannya maka shalatnya tetap sah, tetapi di haramkan atau di makruhkan bila mampu untuk menutup aurat itu dengan sempurnah dan apabila telah ada penutup aurat yang sempurnah maka dia di sunnatkan untuk mengulang shalatnya (ada perincian tetacara pengulangan shalatnya (lihat madzhibul arba'ah).
F. Hijab
Al-Qur'an juga mengungkapkan punutup seorang wanita dengan kata hijab yang artinya penutup secara umum, Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 58 memerintah kepada para shahabat Nabi SAW pada waktu mereka meminta suatu barang kepada istri-istri Nabi SAW untuk memintanya dari balik hijab (tutup). Artinya; Dan bila engkau meminta sesuatu (keparluan) kepada mereka (istri-istri Nabi SAW) maka mintalah dari belakang tabir,cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka… (Al-Ahzab : 58).
Seperti yang di terangkan di atas, hijab lebih luas artinya dari kata jilbab atau khimar meskipuan ayat di atas adalah turun untuk para istri-istri Nabi Saw tapi para ulama` sepakat dalam hal ini bahwa semua wanita muslimah juga termasuk dalam ayat di atas, sehingga yang di ambil adalah umumnya arti suatu lafad atau kalimat ayat Al-Qur'an, bukan sebab yang khusus untuk istri-istri Nabi saja.
Ayat di atas memerintahkan pada wanita muslimah untuk mengenakan penutup yang demikian itu adalah lebih baik untuk dirinya dan laki-laki lain yang sedang berkepentingan dengannya, adapun cara berhijab di atas adalah dengan berbagai cara yang bisa menutup aurat dan tidak bertentangan dengan maksud dari disyariatkannya pakaian penutup bagi wanita, sehingga kalau memakai pakaian yang sebaliknya bisa merangsang terjadinya keburukan maka itu bukan dan belum di namakan berhijab atau bertutup.
G. Penutup
Ringkasnya menutup aurat adalah kewajiban seorang wanita muslimah tepat ketika dia berikrar menjadi seorang muslimah, tidak ada menunda-nunda dalam memakainya dan tanpa pertimbangan apapun dengan cara yang minimal atau maksimal. Dengan tegas saya tekankan membuka kepala dan aurat selainnya adalah haram yang tidak bisa ditawar lagi kerena kewajiban itu adalah sudah ditetapkan dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur'an. Dan sudah jelas bahwa Al-Qur'an sebagai satu-satunya yang ditinggalkan Nabi SAW kepada umatnya yang telah dijelaskan dan didukung dengan Hadist Nabi SAW. Wallahu 'alam bishawab.
Kairo, 13 agustus 2002
Posted by Muslimah Berjilbab at 8:23 PM 0 comments
Labels: artikel
Monday, October 31, 2005
Kesan-kesan Berjilbab (24)
Salam semua,
Berikut ini adalah kesan-kesan berjilbab dari teman-teman kita. Thanx berat yah! Smoga 'pengalaman' ini bermanfaat buat saling mengingatkan serta menguatkan dan meningkatkan kesadaran kita akan kewajiban menutup aurat... Mungkin juga dapat bahan renungan buat temen-teman lain yg akan berjilbab! Amin...
Buat yang temen-temen lain kalo mau kontribusi, tolong dijawab dua pertanyaan berikut:
1. Sudah berapa lama kamu berjilbab?
2. Ada pengalaman menarik selama berjilbab, kapan dan sebutkan...
Jawabnya bisa melalui mailbox atau testimonial-nya Berjilbab di Friendster atau langsung di-post aja di bagian 'comment' di bawah posting ini. Jangan 'anonymous' loh kalo bisa... Makasih...
wassalam,
****
Ini jawaban-jawaban yg udah masuk - bagian 24
Lili :
Gue pake jilbab hampir setahun lalu. Banyak kejadian lucu di awal berjilbab, mengingat cara gue berpenampilan sebelumnya. ;) Ada temen yg komentar "Masya Allah! Kiamat sudah dekat! Bahkan Lili sudah berjilbab!" ;p Dan ada juga yg bilang "Hah? Lili pake jilbab? Bukannya dia Kristen?" :p Hehehe... Tapi justru, hal2 semacam ini bikin gue tertantang. Dan emang gue tipe orang yg nekat2an, klo udah memutuskan sesuatu, bakal stick-to-it, whatever happens. So hopefully I'll stick on this veil as well. ;) Salam Muslimah!
Navra :
Syukur pada Allah SWT, karena q dipertemukan dengan saudara2 muslimahku! Jujur aku mengenakan jilbab awalnya karena aku mengenyam pendidikan disekolah yang Islami.
Awalnya memang terasa menjenuhkan, tapi hal itu tidak berlangsung lama! Allah slalu memberikan petunjuk pada hambanya, jalanku dipermudah! Lebaran tahun 2001, aku bertemu dengan kawan2 Ikhwan dan akhwat Di KaRiSmA (Ikatan Remaja Islam Istiqomah). Sungguh luar biasa... saat itu adalah awal dari gerbang kehidupan baruku!!! Teman2ku yang tak pernah berhenti mengingatkanku, mengajakku, bahkan mengajarkanku tentang IndaHnya ISLAM!!! Meski saat ini berbagai godaan slalu datang menerpa tapi aku yakin suatu hari nanti aku dan kalian semua yang berjihad di jalannya akan Menjadi Muslimah Sejati... Amiiinnnn!
Qkey :
Alhamdulillah pake jilbab tanggal 8 Juli 2005, 1 hari setelah pagelaran Ilmu Budaya Dasar (IBD) di kampus. Pas pula dengan acara judicium (alias bagi IPK) pertama di kuliah tingkat 1. Gile, sehari sebelumnya masih jadi dewi Hera pas teater! Temen2 jg agak kaget. Besoknya q udh pake jilbab hehehehe. Alhamdulillah! Sebenarnya mo pake jilbab udah lama seh, cuma ntah kenapa ya kok baru terlaksana waktu itu??? Buat2 ukhti2ku sayang, jangan malu2 deh pake jilbab. Niat yg tulus buat ngejalanin perintah agama lebih baik gak ditunda2 lagi. OK???? PS: U can start it today... ^_^ Caiyo...
Yeyen :
Niat untuk memakai jilbab waktu sy mau masuk SMA, tapi tertunda karna sy msh ragu n byk godaan ttg fashion, krn sy sk bgt ama fashion. Risih juga punya baju yg setengah tertutup meskipun cuma baju kaos berkerah dg model press body. Alhamdullillah ga berlangsung lama, dalam masa kuliah semester awal, sy mantap memakai jilbab. Rasa nyaman, terlindungi, modis, selalu ingin memperbaiki diri dll-nya adalah hal yg sy dpt selama memakai jilbab. Saking senang dng jilbab yg masuk kedunia fashion, sy skrg mendesain jilbab untuk usaha kecil2an. Alhamdullillah, lumayan untuk nambah uang jajan hehehe... Rezeqi ALLAH luas sekali...
piNKyGHyTULOugh :
GW itu BerjilBAb dari Klaz 1 mtS... YA muLAnya Segh GAra gara NYA gw potong rambut truz Kependekan gitu... ya kaYA Cowo Abiz deh... hu.. MAlu deh kLUAr KAya gitu.. WaLhAziL gw JAdi pake jilbab... ya.. TApi sekarang GW dah kLAz 2 smk, mmm tapi sekarang Gw dah seNEng... Ya emang seh GW sekarang JUGA masih BAndeL banget... HU.. GW masih Sering TUh kalO jaLAn g Pake jiLbab... hi.. hi... TApi nAek mobiL pribadi DAri rumah, atau NAek taksi. Lucu seh, tapi kadang kalO mo foto bareng TEmen.. kadang g pake jiLbab. Tapi gw berusaha BWad biSa make jilbab sepenuhnya... ya doain aja dech! Pokonya paKe jiLbab Asik... sumpah!
Titin :
Enam tahun aku mengenakan jilbab. Godaannya dikit, dan yang paling senang aku dibilang ibu haji padahal kan aku belum naik haji. Mudah2an dengan dibilang ibu haji bisa kesampean naik haji. Amien...(Daokan ya!)
Suci :
Aku dah make jilbab slama 14 bln. Pengalaman menarik slam berjilbab?!! Smua hr2 yg ku lalui stlh make jilbab amatlah menarik. Soalna aq ngerasa lbh nyaman klo jln kmn aja, aq pun ngerasa lbh dihormati & dihargai ma org2 d skllg aq... Thnx...
Yolanda :
Aku berjilbab sejak pertengahan kelas 1 sma. Tepatnya tanggal 26 Desember 2002, hari pertama masuk sekolah setelah libur Lebaran. Awalnya aku pikir pasti bakalan ruibett and puanaass!! soalnya itu yang aku rasain waktu masih latian make jilbab, misalnya kalo mau pas ikut pengajian, dll. Tapi setelah aku bener2 niat buat istiqomah make jilbab. Dan niat itu kuat.. rasa panas and ribet tu bener2 nggak ada. Aneh. Tapi mungkin itulah kekuatan niat. Btw banyak orang yang heran, namaku kan yolanda.. dikiranya yolanda itu nama baptis.. tapi begitu diliat orangnya kok make jilbab? hehehe.. salah ndiri ngira yolanda itu nama baptis. Wong itu singkatan kok. :D
Tatsani :
Aku dah pake jilbab sejak kls 3 sma, skrg dah kul smt 7, nah tuh dah brapa lama ya? Aku tuh rada heran juga ya, pdhl dah pake jilbab kok masih ad aja yg suka colekin, pdhal (insya4JJI) aku gak pnah pake baju yg ketat bgt, tp alhamdulillah jd banyak jg yang kalo godain malah ngucap assalamualaikum mbak... lumayan kan didoain byk org.
Posted by Muslimah Berjilbab at 7:32 AM 4 comments
Labels: kesan berjilbab
Thursday, October 20, 2005
Kesan-kesan Berjilbab (23)
Salam semua,
Tolong dijawab dua pertanyaan berikut dan sebarluaskan ya...
1. Sudah berapa lama kamu berjilbab?
2. Ada pengalaman menarik selama berjilbab, kapan dan sebutkan...
Jawabnya bisa melalui mailbox atau testimonial-nya Berjilbab di Friendster atau langsung di-post aja di bagian 'comment' di bawah posting ini. Jangan 'anonymous' loh kalo bisa... Makasih...
wassalam,
****
Ini jawaban-jawaban yg udah masuk - bagian 23
Dellin :
Ehm... mmm berjilbab? Alhamdulillah udah terlaksana, moga2 Dellin di tmbh keimanan Dellin biar tetep pake jilbabnya bersyukur bgt. Iya alhamdulilah udah 11 tahun Dellin pake krudung... mm dari kelas 2 sd itu juga krn keinginan Dellin sendiri, g tau atuh d Dellin mah... klo liat cw pake jilbab terlihat bgnt auranya... trus kya yg adem aja gtu... lebih feminim n sopan... Tp itu semua tergantung bgm orng tsb menggunakannya... coz skrng bnyk banget cewe yg pake krudung tp ahlaknya ancur bngt or pake pakaian y ketat... Ya mudah2an dellin bisamenjalankannya dengan baik... amin!! Come on girls, keep ur 'aurat' ok!
Starlet :
Gw kerudungan dari tgl 1 juli 2004, jadi uda setaon lebih gt de.. Kalo niat c uda lama, tapi memantapkan diri dulu, n ngumpulin baju,hehe... Godaan? Hm, ga ada, cm tmn2 pada kaget banget gtu pas liat gw pake kerudung (kan kalo jilbaban tu pake baju panjang gtu kan, jadi bilangnya kerudungan aja yah). Tapi pernah waktu mw part-time, ditanya, emang kudu pake kerudungnya ya? Mendingan gw ga part-time deh, daripada disuruh buka... Kesan setelah kerudungan... tmn2 pada bilang tambah anggun (cie... padahal ngga juga ah... tetep caur), trus hati ini lebih tenang rasanya... yang selama ini terngiang2 di hati, sekarang sudah hilang... hehe... trs nga panas kok klo pake kerudung itu... pokonya kudu niat lah... tapi mgkn karena selama kuliah di bandung, pas di jakarta... gila, mataharinya 7 apa yah... panas banget, ga kaya dulu waktu gw sma... Ya itu aja kesan dan pesan setelah kerudungan... oiya, agak susah sih klo mw berenang di ancol, haha... Becanda...
rAniE rUnNey :
keSan berJilbaB...?? mMm... aLhamduLillah baNget aQu uDah pake jiLbab haMpir 2 tHn (bR beNtar siH dBndgn uMurqu yg uDah 16). taDinya gQ keBayang biSa pk jilbab di uSia 14, soalnya aku niatnya ntar2an aja pas udah kuLiah atau kerja. tp laMa2 kRn peNgaruH dR maNa2 akHirnya aku miKir eManknya aKu iNi siApa, koQ beRani neNtuin kPn aKu pk jiLbab sEmau aku, padahal bLm tenTu aKu maSih aDa uMuR. akHirnya aKu muTusin paKe jiLbab muLai deTik iTu juga =) tHx bGd buat Alwi Alatas kRn bUkunya 'Biarkan Jilbabku Bersemi Indah" yang paLing bErpeRan daLam meTamorfoSis aKu...
Xalma :
Tergolong baru memang... 5 mei 2005.. Tp alhamdulillah bsa dikasih hidayah yg tiada terkira ini... knp mesti menunda perintah yg wajib ini??? Abaikan kesan cewe berjilbab itu terkesan lugu, kampung dan kuno atau apalah... don't be shy! percayalah sahabat, rasakan kenikmatannya...
Lucy :
Cy make jilbab udah 2 tahunan... mndapat hidayah dari membaca buku hidayah. Di dalamnya ada kutipan yg mnyatakan bahwa kita tidak bisa menunggu2 sampai siap untuk melaksanakan perintah Allah swt, termasuk menutup aurat karena belum tentu kita dapat hidup di esok hari.... Wah, itu benar2 membuat cy langsung Bismillahirrahmaanirrahim memakai jilbab. Sbenarnya dah lama mo makai jilbab istiqamah... tapi baru saat itu aja cy memutuskan pake jilbab. Alhmdlh slama pake jilbab banyak rejeki yg cy peroleh dari Allah awt, kematangan, ketenangan batin, dan perbaikan diri menjadi lebih baik alhmdulillah... :) Dan cy seneng banget kalo ktemu orng2 di jalan... banyak orang yg menyapa cy dengan ucapan: "Assalamu'alaikum" atau "Assalamu'alaikum Bu Haji." INsyaAllah ALlah mengabulkan doa cy untuk Haji... AMIN!
Meinovira :
Hanya Allah yang sanggup membolak-balikkan hati seseorang. Begtu jg dg ak, klo dlu ak sangat benci ma org islam aplgi yg bjilbab, ttp syukur alhamdulillah Allah dengan kesetian dan kesabaranNya menuntun dan ta' pernah melepaskan tanganNya, membawaku ke jalan dien, Islam... 27 August'05, pagi itu terasa sejuk, damai, dan seperti ada keyakinan, kemantapan hati, bahwa hari ini ak ingin menutup aurat, ini memang tidak mudah tapi insyaAllah pertolongan Allah akan datang ketika hati ini sudah bulat... Amien...
Sita :
Alhamdulillah sekarang sita bs bergabung di berjilbab x, sita memakai jilbab sejak umur 10 tahun saat kelas 4 SD hingga sekarang,sita memakai jilbab karena memang dr lingkungan keluarga yg religius. menurut sita memakai jilbab itu harus bagi wanita, karena wanita itu di wajibkan untuk menutup auratnya agar terhindar dari fitnah dan nafsu syaitan. semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka yg belum menyadari akan pentingnya menutup aurat dan semoga Allah membuka pintu magfirohnya kepada kita semua. Amin.
Dian :
Dulu bgt, sblm smu, udah janji sama Allah, kalau sma dpt negeri, mau pakai jilbab, Alhamdulillah,kesampaian, dan insyaallah,sampai nyawa di ambil oleh -Nya. B'syukur b'jilbab, jelas identitas sbg muslimah, aman, adem, sejuk dilihat orang,dan ungkapan syukur atas nikmat-Nya.
Eno :
Dulu, gak kpikir bgt tuk nutup kpala. Alhamdulillah, awal taon ini gw dpt hidayah tuk nutup kpala. meski cobaannya byk bgt, trutama dr tmn deket. Alhamdulillah... gw bisa melewatinya. skrg, tmn2 yg tdnya gak respect liat gw pke jilbab, malah sibuk cariin baju yg ok tuk gw. mereka malah ksh komentar, skrg gw tambah modis. berjilbab, bukan halangan tuk bisa tampil lbh modis.... ya gak?
Nurul :
Aku pke jilbab udh 2 tahunan lbih tpatnya pas lu2s SMA taon 2003 sbenernya keinginan tuk pke udh dari SMA tpi baru siap pas udh lu2s. Aku pke jilbab karena seorang wanita muslimah harus menutup aurat dan pengen memperbaiki diri aj spaya bs dkat dengan 4JJI.
Posted by Muslimah Berjilbab at 4:08 PM 0 comments
Labels: kesan berjilbab
Wednesday, October 5, 2005
Marhaban Ya Ramadhan!
Selamat menjalankan ibadah shaum ramadhan... Mohon maaf lahir dan bathin... Semoga ibadah kita diterima oleh-NYA dan 'latihan' selama bulan suci ini menjadikan kita lebih dekat dengan-NYA... Amin! Marhaban ya Ramadhan!
---
Tarhib Ramadhan
Oleh : Ahmad Kusyairi Suhail
(Sumber: Repbulika Online, 4 Oktober 2005)
Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti melapangkan dada dan menyambutnya dengan mesra serta senang hati. Menyambut bahagia (tarhib) kedatangan Ramadhan adalah termasuk tuntutan iman yang sejati. Karena itulah Rasulullah SAW biasa melakukannya.
Bahkan, Nabi SAW telah men-tarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya. Yaitu sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik RA, ketika memasuki bulan Rajab Nabi SAW berdo'a, ''Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan.'' (HR Imam Ahmad dan Ath Thabrani).
Hal ini penting guna menanamkan kerinduan kepada Ramadhan sekaligus sebagai upaya persiapan mental (tahyi'ah nafsiyah), spiritual (tahyi'ah ruhiyah) dan intelektual (tahyi'ah fikriyah). Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan. Perhatikan sabda Nabi SAW, ''Berapa banyak orang yang puasa tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga.'' (HR An Nasa'i dan Ibnu Majah).
Sebaliknya, dengan persiapan dan perbekalan yang maksimal akan mampu meraih sukses Ramadhan secara optimal. Untuk itu, di hari terakhir Sya'ban, Rasulullah SAW kembali mengkondisikan umatnya dengan menyampaikan pidato 'kenegaraan' menyambut Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya,
''Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib dan qiyamul lail-nya sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan kewajiban, makan seperti mengerjakan 70 kewajiban di bulan lain.
Ramadhan adalah bulan sabar, dan sabar itu balasannya surga. Ramadhan bulan solidaritas dan bulan ditambahkan rizki orang mukmin. Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi sedikit pun pahalanya.''
Kami (para sahabat) berkata, ''Ya Rasulullah, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa.'' Rasulullah SAW bersabda, ''Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa meskipun hanya dengan seteguk susu atau satu biji kurma atau seteguk air. Barangsiapa yang membuat kenyang orang berpuasa, maka Allah akan memberikan minum dari telagaku (Nabi SAW) satu kali minuman yang tidak akan pernah membuatnya haus sampai ia masuk surga.'' (HR Ibnu Huzaimah, Al Baihaqi).
Semoga puasa Ramadhan kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga menjadi momentum perubahan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Semoga Ramadhan ini juga mampu memancarkan berbagai macam bentuk ketakwaan. Sebab satu tujuan utama Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan adalah agar hambanya bertakwa.
Posted by Muslimah Berjilbab at 5:59 AM 0 comments
Labels: artikel
Monday, October 3, 2005
Rike Roslinawati, Bergerak dari Silaturahmi
(Sumber: Republika Online, Minggu, 02 Oktober 2005)
Rike Roslinawati
Bergerak dari Silaturahmi
Lewat pertemanan dan silaturahmi, Rike mengembangkan bisnis jilbabnya sampai ke negeri jiran.
Coba-coba dulu. Begitu, Rike (35 tahun) menganalisis perilaku wanita membeli jilbab. Saat menemukan kerudung bagus di suatu tempat, mereka membeli satu atau dua buah. Begitu merasa cocok biasanya mereka akan kembali lagi. ''Alhamdulillah, banyak konsumen yang tadinya iseng kini jadi pelanggan,'' kata Rike Roslinawati, seorang produsen jilbab praktis di Jakarta. Dan, tak hanya jadi pelanggan. ''Mereka bahkan menjadi agen karena teman-temannya tertarik dengan kerudung yang ia gunakan.''
Rike memulai usaha kerudung sejak dua tahun lalu. Inspirasi usaha kerudung ini muncul dari pengajian. Hampir setiap hari ia menghadiri pengajian dan bertemu dengan orang-orang yang memakai pakaian Muslim termasuk jilbab. Mengapa tidak memproduksi jilbab?
Salah satu tujuan
Rike bukan orang pertama dalam industri jilbab. Tapi, ia memahami tiga kata sifat yang dicari wanita saat memilih jilbab: Praktis, modis, dan tidak panas. Itulah yang menjadi perhatian wanita kelahiran Bandung ini saat memproduksi jilbabnya. Karena itu, ia sengaja membuat jilbab sesederhana dan sepraktis mungkin. ‘’Sehingga pemakai baru tidak kesulitan menggunakannya,’’ katanya. Ia juga memilih bahan-bahan yang lembut dan lentur agar nyaman digunakan dan tidak terasa kaku. Ia menggunakan bahan-bahan yang terasa dingin saat digunakan sehingga tetap nyaman dalam udara panas sekalipun.
Dengan modal awal beberapa ratus ribu rupiah, Rike memulai coba-coba membuat kerudung hasil kreasinya dan menawarkan pada teman-teman pengajiannya. Dari konsumen awal ini, ternyata banyak yang memesan lagi. Rike menjadi pede. Sebab, itu berarti, produknya dapat diterima pasar. Akhirnya, Rike mencoba untuk memperbanyak dan menambah koleksi dengan tujuan memasarkannya. Dan, ia memberi label produknya itu PerMata. Suatu nama yang menurut Rike mudah diingat, memberi citra estetika tinggi. ''tu adalah nama anak saya, Elika Permata Aina Putri,'' katanya.
Untuk lebih memperkenalkan produknya, Rike mengikuti pameran-pameran. Selama perjalanan mengikuti pameran itu, ia banyak bertemu kenalan baru. Mereka tak hanya pembeli, tapi juga pedagang, bahkan orang-orang yang ingin memulai berdagang.
Deden Edi Soetrisna, sang suami, bahkan ikut menjualkan produknya pada kolega di kantornya. ''Orang bilang jilbabnya dingin, tidak panas,'' kata Deden menimpali.
Sambutan pasar membuat Rike makin bersemangat. Ia mengaku lebih berbahagia lagi saat mengetahui banyak wanita dewasa yang semula tak berkerudung memutuskan berjilbab setelah mencoba produknya. Sementara mereka yang sudah berkerudung memperpanjang kerudungnya hingga menutup dada setelah melihat produk jilbab panjangnya yang modis. ''Saya jadi merinding mendengarnya,'' katanya, ''Inilah salah satu tujuan saya menjual produk ini. Mensyiarkan agama Allah dengan pakaian yang menutup aurat.''
Kartu stok
Dunia perdagangan sudah hidup senapas perjalanan hidup Rike. Lahir dari orang tua yang memiliki usaha optik, wanita bertubuh mungil ini sudah mulai berdagang sejak SD. Ia berjualan permen, stiker nama, dan karet gelang. Bahkan saat di SMA ia berdagang tas kain buatannya. ''Sampai-sampai hampir seluruh tas sekolah SMA I Bandung pada 1989-1990 semuanya saya yang buat,'' kenangnya.
Begitu juga di kampus. Alhasil, sebagai mahasiswa ia boleh berbangga hati karena bisa membayar kuliah sendiri. Hobi berdagangnya terus berlanjut saat menikah.
Untunglah sang suami bekerja di bidang marketing sehingga bisa membantu menjalankan bisnis, saat Rike memutuskan serius menekuni bisnis produksi jilbab. Maka, ketika melihat prospeknya terpampang, ia pun meminjam uang pada suaminya untuk mengembangkan usaha.
Dibantu delapan penjahit di Bandung, ibu dua anak ini memproduksi sekitar 2.700 jilbab tiap bulannya. Untuk memproduksi, Rike masih mengaku kesulitan dalam mencari bahan baku yang cocok dengan kriteria yang dipatoknya. Alhasil, sebagian bahan baku masih impor.
Dengan mematok harga sekitar Rp 20.000-Rp 50.000, Rike sengaja membidik pasar kalangan menengah. Agar tampil eksklusif, ia mengemas setiap produk dengan kemasan kotak berwarna hijau terang. ''Saya percaya, promosi yang baik dimulai dari kualitas yang prima,'' katanya.
Deden yang menggeluti pemasaran di sebuah perusahaan obat-obatan besar di negeri ini memberi bantuan berupa sentuhan manajemen modern pada bisnis sang istri. Misalnya, pada stok barang. Ia memperkenalkan kartu stok. Dengan begitu, keluar dan masuknya barang akan terkontrol. ''Hilang satu kerudung pun ketahuan,'' ungkap Deden, ''Sebelumnya, bisa sampai 10-20 kerudung tak jelas rimbanya.''
Dua sekaligus
Bersama sang suami, Rike mengatur strategi bisnis. Sejak satu tahun ini Rike mengembangkan sistem agensi. Yakni, bagaimana secepatnya dan sebanyak-banyaknya membangun agen-agen penjualan yang siap menyalurkan produknya ke calon pembeli. Untuk itu ibu dua anak ini terus membuka peluang pada ibu-ibu atau siapa pun yang ingin memasarkan produk PerMata untuk menjadi agen. ''Bersilaturahim sambil mendapat rezeki tambahan,'' katanya.
Dalam kurun satu tahun, jumlah agennya sudah lebih dari 50 di Jawa dan luar Jawa. Bahkan, produknya pun sudah dipasarkan di Malaysia, melalui agennya di Kualalumpur.
Kini Rike sudah mempunyai tiga showroom. Selain di rumahnya, ia juga mempunyai showroom di JaCC, Jl Mas Mansyur, dan ITC Kuningan Lt 4, Jakarta. Itu belum termasuk showroom yang dimiliki oleh agen-agennya. Transaksi perdagangan tiap bulannya kini mencapai Rp 40-50 juta. Walaupun bisnisnya sudah berkembang, wanita ini tak ingin menghabiskan waktunya di counter. Ia memilih memanfaatkan waktunya untuk keluarga, mengikuti pengajian, dan berhubungan dengan agen-agennya. ''Saya tidak mau jualan duduk,'' katanya.
Dalam memutar roda bisnisnya di Jakarta, Rike dibantu tujuh karyawan. Mereka sebagian besar anak yang aktif di masjid di depan rumahnya, di kawasan Jakarta Timur. ''Dalam berdagang ini, saya ingin dapat dua-duanya, ibadahnya dapat, untungnya dapat,'' katanya.
Nama: Rike Roslinawati
Tempat/Tanggal Lahir: Bandung, 22 Juni 1970
Pendidikan: Sastra Inggris, Universitas Islam Nusantara, Bandung
Suami : Drg Deden Edi Soetrisna MM
Anak: 1. Riansya Fikri Primandika Akbar (10 tahun), 2. Elika Permata Aina Putri (8)
Merek Produk: PerMata
Showroom: Komp Eramas 2000, Jalan Meranti III No 2, Cakung, Jakarta Timur. Telp 021-70861416, HP 0816831938
(poy)
Posted by Muslimah Berjilbab at 1:50 PM 0 comments
Labels: berita
Tuesday, September 27, 2005
Kroasia Larang Muslimah Berjilbab dalam Foto untuk Dokumen Penting
(Sumber: eramuslim.com, 27 Sept 2005)
Para pemuka warga minoritas Muslim di Kroasia meminta otoritas pemerintah mengizinkan Muslimah tetap mengenakan jilbabnya dalam foto untuk kepentingan pembuatan paspor.
Pemuka warga Muslim Sevko Omerbasic mengatakan, "Saya harap masyarakat Eropa menyadari kesalahan besar yang dilakukannya dengan melarang muslimah mengenakan jilbab di tempat-tempat umum tertentu."
Pihak berwenang di Kroasia melarang kaum perempuan mengenakan penutup kepala dalam foto paspor dengan alasan agar orang yang bersangkutan bisa dikenali dengan cepat dan akurat. Hukum di Kroasia mengatur bahwa foto-foto termasuk yang digunakan sebagai dokumen tanda pengenal diri harus 'benar dan jelas' memperlihatkan seluruh wajah orang yang bersangkutan.
"Ini tidak ada kaitannya dengan kebebasan beragama. Aturan itu sudah jelas seperti juga alasan yang mereka ajukan," kata Menteri Kehakiman Vesna Skare-Ozbolt.
Aturan untuk tidak mengenakan penutup kepala dalam foto yang digunakan untuk tanda pengenal, juga diberlakukan bagi para biarawati. "Dengan pertimbangan aturan yang berlaku di Eropa atas masalah ini, sulit membayangkan jika aturan ini harus diubah di Kroasia," ujar juru bicara menteri dalam negeri Kroasia.
Permohonan yang diajukan warga Muslim ini, merupakan permohonan yang kedua kalinya berkaitan dengan aturan mengenakan jilbab di negeri yang mayoritas penduduknya menganut agama Katolik Roma. Pada tahun 2002, warga minoritas Muslim Kroasia membawa persoalan jilbab ke parlemen tapi gagal mendapatkan dukungan dari kelompok politik di negeri itu.
Saat ini ada sekitar 60 ribu warga Muslim dari total 4,4 juta jumlah penduduk Kroasia. (lb/iol)
Posted by Muslimah Berjilbab at 3:40 PM 1 comments
Labels: berita
Friday, September 23, 2005
Siswi Muslimah di Italia Boleh Berjilbab
(Sumber: Republika Online, 23 Sept 2005)
ROMA -- Angin segar berhembus bagi para siswi muslimah di Italia. Pasalnya, Menteri Pendidikan negara itu mengisyaratkan bakal melegalkan siswi muslimah berjilbab ke sekolah-sekolah umum.
Menteri Pendidikan Letizia Moratti dalam pernyataan persnya menyatakan, siswi Muslimah berhak untuk mengenakan jilbabnya di sekolah maupun institut. Alasannya, kebebasan beragama dan hak asasi manusia berlaku bagi warga negara asing dan imigran, baik Muslim maupun non-Muslim. Ia juga mengatakan, tidak akan pernah ada sekolah-sekolah di Italia yang berbasis pada keyakinan atau etnis tertentu.
Moratti juga menyatakan, penghormatannya terhadap kaum Muslim didasarkan pada penghormatan terhadap hukum dan nilai-nilai serta warisan budaya Italia. ''Italia dengan cara apapun, tidak ingin merampas tradisi Islam dan nilai-nilai warga Muslim imigran,'' ujarnya.
Pada bulan Juni lalu, sejumlah politisi dan pemuka agama Islam di negara Pizza itu mengecam pernyataan seorang menteri yang mengatakan akan mendenda wanita Muslim yang mengenakan penutup wajah. Kemudian pada bulan Juli, Menteri Dalam Negeri Giuseppe Pisanu menyatakan akan membentuk sebuah organisasi payung bagi warga Muslim yang akan mewakili kepentingan mereka pada pemerintah Italia.
Dari 58 juta total jumlah penduduk Italia, warga Muslimnya hanya berjumlah sekitar 1,5 juta jiwa. Dan dari jumlah itu, hanya 50 ribu warga Muslim yang memiliki hak pilih dan tidak ada satupun politisi Muslim di negeri itu. Penganut agama Islam di negara ini, jumlahnya paling kecil dibanding penganut agama lainnya seperti Yudaisme, Budha dan Protestan yang juga sudah memiliki perwakilan resmi yang diakui pemerinatah Italia.
---
Posted by Muslimah Berjilbab at 2:54 PM 0 comments
Labels: berita
Tuesday, September 13, 2005
Organisasi Pemuda Liberal di Jermal Tolak Larangan Berjilbab
(Sumber: eramuslim.com, 12/09/2005)
JULIS, organisasi pemuda di negara bagian North Rhine, Jerman yang beraliran liberal menyatakan dukungannya terhadap pemakaian jilbab bagi para muslimah. Organisasi itu dalam situsnya mengatakan, muslimah berjilbab harus diperlakukan sebagai bagian dari masyarakat Jerman yang harus dihargai.
Lebih lanjut JULIS menyatakan, sikap toleransi merupakan kunci perdamaian di masyarakat yang heterogen. Setiap orang berhak untuk melakukan apa yang menjadi pilihannya sepanjang tidak melanggar konstitusi negara, tulis JULIS dalam websitenya.
JULIS memiliki sekitar 10.000 anggota yang usianya antara 14 sampai 35 tahun , berasal dari berbagai kelas masyarakat termasuk warga negara asing. Salah satu tujuan dari organisasi ini adalah memperjuangkan legalisasi warga negara asing untuk bisa bekerja di Jerman, memperjuangkan hak mereka untuk memilih dan berpartisipasi dalam politik. JULIS juga membantu para imigran untuk belajar bahasa Jerman dengan cepat dan membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat Jerman.
Di Jerman terdapat kurang lebih 3,4 juta warga Muslim, 2/3 nya adalah Muslim keturunan Turki. Islam sendiri, menjadi agama ketiga terbesar di Jerman setelah Protestan dan Katolik.
Pernyataan organisasi JULIS sangat bertentangan dengan sikap partai Free Democratic Party (FDP) yang menjadi afialiasi organisasi pemuda tersebut. FDP adalah partai yang mendukung kebijakan larangan berjilbab bagi para guru di sekolah. Namun sejauh ini, FDP belum memberikan komentar atas pernyataan JULIS yang justru mendukung jilbab.
Pada akhir Agustus kemarin, negara bagian terbesar di Jerman, North Rhine, melalui ketua organisasi sekolah-sekolah di wilayah itu menetapkan aturan, mulai musim panas tahun 2006, para guru yang muslimah dilarang mengenakan jilbab. Pemberlakukan aturan baru ini, merupakan wujud dari janji Partai Kristen Demokratik dalam pemilu wilayah tahun ini.
Selain Baden-Wurttemberg dan North Rhine, negara bagian Jerman yang juga melarang staf pengajar mengenakan jilbab di sekolah adalah negara bagian Saarland , Lower Saxony, Hessen dan Bavaria. Sementara itu, sejumlah negara bagian lain masih membolehkan jilbab di sekolah, termasuk negara bagian Mecklenburg-Vorpommern, Saxony, Saxony-Anhalt dan Thuringia. (ln/iol)
Posted by Muslimah Berjilbab at 4:47 PM 0 comments
Labels: berita
Friday, September 9, 2005
Kesan-kesan Berjilbab (22)
Salam semua,
Tolong dijawab dua pertanyaan berikut dan sebarluaskan ya...
1. Sudah berapa lama kamu berjilbab?
2. Ada pengalaman menarik selama berjilbab, kapan dan sebutkan...
Jawabnya bisa melalui mailbox atau testimonial-nya Berjilbab di Friendster atau langsung di-post aja di bagian 'comment' di bawah posting ini. Jangan 'anonymous' loh kalo bisa... Makasih...
wassalam,
****
Ini jawaban-jawaban yg udah masuk - bagian 22
Ficha :
Alhamdullillah ane pake jilbab sudah 3,5 thn. Kesan pake jilbab, subhanallah tenang damai, pokoknya subhannallah. Namun mengingatkan sedikit. Setelah kita pake jilbab, ada tanggung jawab berat yang kt hrs kita pegang. Jilbaber labelnya akhlak, setiap apapun yang kita lakukan kita selalu jadi sorotan. So jgn sekedar pake jilbab2 aja. Dan tetap inget jilbab, bukan sekedar penutup rambut, atau biar keliatan alim aja. Kita adalah dai sebelum segala sesuatu dan sampaikanlah kebenaran walaupun hanya satu ayat. Ajak2 dong temen2 putri kita yg belum pake jilbab.
Lily Asri :
Tahun 1994 saya pake jilbab untuk pertama kali. Pada saat itu muslimah yang memakai jilbab bisa di hitung pakai jari. Apalagi di kampus saya, Perbanas. Orangtua sempet khawatir, nanti apa kata orang? Tapi aku tetap pada pendirian.... insyaallah sampai hari ini saya masih berjilbab. Bahkan sekarang Ibu & adik saya juga berjilbab.
Lelly :
Aku mau cerita waktu pertama kali pake jilbab. agak panjang sih cerita detailnya, jadi aku ceritain intinya aj aya. Pertama klai pake jilbab tuh kalo ga salah tanggal 20 November 2004, yaitu hari pertama masuk kuliah setelah libur lebaran. Keluargaku agak antipati waktu aku izin pake jilbab sebulan sebelumnya, tapi setelah aku pikir2, akhirnya aku memantapkan diri untuk tetep pake jilbab sejak hari itu. deg2an juga sih, takutnya disuruh dilepas jilbabnya, tapi ternyata keluargaku no comment dan mungkin sampe sekarang ga ngasi tanggepan apa2. mungkin kalo di belakangku mreka ngomongin aku. tapi aku udah pasrah ama apa yang mreka mau omongin tentang aku. mungkin cuma waktu yang bisa menjawab semuanya...
Syahrini :
Wow sejak aku berjilbab 5 tahun yg lalu banyak banget cobaan yg menghadang sampai rasanya gak mampu & gak snggup aku menjalaninya..tapi sejak berjilbab pula hati-jiwa dan iman lebih berjalan selaras sesuai kaidah2 agama..yg jelas gak ada hal yg terasa buruk jika kita menjalani perintah ALLAH.
Danit Siska :
Saya berjilbab Sejak thn 1999. Pengalaman Menarik byk bgt. Pengalaman yg paling tak terlupakan terjadi di thn 1999 pertamakali saya menggenakan jilbab tanpa ada persiapan materi, baju lengan panjang dan krudung hanya punya 1, minim sekali... sampai baju dan jibab itu saya pakai terus menerus selama 2 hari... di saat itu lah saya merasakan kasih sayang dari teman2. Mereka mau merelakan salah satu krudung kesayangannya dilungsurkan ke saya, sampai skg krudung 2 pemberian itu masih saya simpan rapih :). Terimakasih juga krn mereka telah membuka jalan saya utk berjilbab. :)
riNdaa :
Ak mulai pk jilbab di semester2 kelas 1 sma, alhamdulillah bgt, ak pnya temen" + keluarga yg always setia ngedukung. Kesan 1 pk jilbab,"panas"(hehe...) tapi lama" alhamdulillah nggak dan skrg, aku ngrasa nyaman bgt dengan jilbab...
Rima :
Niatnya seh dah lama mau pakai jilbab, tapi selalu saja ada keraguan didalam hati. sebab aku gak mau buka tutup dalam memakai jilbab dan dikarenakan hal2x tertentu yang membuat aku ragu untuk memakai jilbab. Tapi setelah mendengar dan membaca bahwa jilbab itu wajib untuk seorang wanita muslimah, maka aku terfikir dan memohon petunjuk-Nya . Setelah memohon dan berdoa aku merasa mendapat Hidayah dari Allah, akhirnya aku putuskan untuk menutup auratku sejak bulan January 2005. Sungguh luar biasa keagungan Allah, semenjak aku memakai Jilbab dan sampai saat ini aku merasa apa yang aku ragukan tidaklah terbukti, aku merasa nyaman dengan balutan jilbab dan terhindar dari lelaki yang berbuat iseng kepadaku.
Amy :
Amy bjilbab da ampir 3 taon gt... aWaLna ke sKul, tp... lama2 keLuar jg Pke, jiLbaB tu de best. perTama kiTa jadi ngeRasa aMan, kita ga perlu hebo mikirin gimana body, kita jadi tamba pede.. kiTa jadi leBih diargai oRang sebagai cewe.. yang paling utama... kita uda ngikutin perintah Allah. Yang penting amY cuma berarap, jangan ampe ada cewe beejilbab yang ngerusak nama baek jilbabnya, soalnya selain ngejatuhin harga diri sendiri, itu juga jatuhin nama baek islam... Pesen aTu lagi ni,, mungKin ada yang ngerasa pke jilBab panas, tapi inget kalo nereka jelas LebIh panas kan??? jangan sia2in hidup yang cuma sekali ini ya... syukron...
cHAWiE's :
Salam semua untuk muslimah yg slalu istiqomah di jalan 4JJ1. Ana baru 2 tahun pake krudung, dari mklas 2 sma... yup. Pengalaman menarik, dulu waktu awal2 pkai krudung, banyak bgt yg kaget!! Ga tw knapa, mungkin karena emang sikap akw yg rada petakilan jd pd bimgung kali yaaaa...
Aku pnah dicritai ma tmenkw... Katanya waktu itu, waktu akw dikelas, lg mainan kali ya ma tmen2kw, katanya siy ampe lompat2. Naaaaaahhhhh, tnyata ada ikhwan yg sekelas ma akw merhatiin dan tmenkw itu denger kalo ikhwan itu blg, "kok, isya da pk jilbab masih kaya gt ya," Akw yg digritain kya gt langsung malu bgt, dan alhamdulillah it made me... CHANGE... yup... thank's a lot friend. Ya udah, msh ada ksh lain siy, but in next time aja ya.
Posted by Muslimah Berjilbab at 5:36 AM 0 comments
Labels: kesan berjilbab
Tuesday, September 6, 2005
2006, Jerman Berlakukan Larangan Berjilbab
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun... Berita ini patut membuat kita bersyukur dengan kemudahan yg diberikan utk selalu menjalankan perintah2Nya... Sebagian saudara-saudari kita di belahan bumi yang lain tidak mendapat kemudahan yg sama... Semoga Allah memberikan kekuatan iman dan islam kepada kita semua utk selalu berada di jalanNya. Amin...
2006, Jerman Berlakukan Larangan Berjilbab
(Sumber: eramuslim.com)
Larangan mengenakan jilbab di negara-negara Eropa makin meluas. Musim panas tahun 2006, negara Jerman rencananya akan memberlakukan larang berjilbab di sekolah-sekolah bagi guru-guru yang muslimah.
Sejumlah pejabat di negara bagian North Rhine-Westphalia, pada harian Jerman Westdeutsche Allgemeine Zaitung, hari Rabu (31/8/05) mengatakan, larangan itu bukan diarahkan pada keyakinan agamanya dan keputusan itu akan dididiskusikan secara hati-hati dengan kelompok-kelompok muslim.
"Guru wanita dan pria tidak diperkenankan untuk mengemukakan pandangan-pandangan dunia atau keyakinan agama tertentu yang bisa mengganggu atau membahayakan kedamaian di sekolah," ungkap Barbara Sommer Said, yang mengepalai sekolah-sekolah di North Rhine-Westphalia."
Itulah sebabnya, mengapa kami ingin melarang guru-guru yang muslimah, mengenakan jilbab di sekolah," ujarnya.
Sommer adalah anggota dari partai Kristen Demokrat, yang mengalahkan kanselir Gerhard Schroeder dari partai Sosial Demokrat dalam pemilihan pada bulan Mei kemarin di wilayah pemilihan North-Rhine-Westphalia. Ketua partai Kristen Demokrat, Angela Merkel, yang menentang keanggotaan penuh negara Turki ke Uni Eropa, kemungkinan akan menggantikan Schroeder sebagai kanselir dalam pemilihan umum bulan depan.
Menurut harian Jerman Westdeutsche Allgemeine Zaitung, larangan berjilbab ini kemungkinan akan mulai diberlakukan pada Agustus 2006. Sebelumnya, negara bagian Badden-Wuerttemberg, negara bagian ketiga yang paling padat penduduknya di Jerman, sudah memberlakukan larangan berjilbab di sekolah-sekolah bagi para guru yang muslimah. Saat ini, di Jerman, terdapat sekitar 3 juta warga Muslim yang mayoritas berasal dari keturunan Muslim Turki.
Posted by Muslimah Berjilbab at 12:21 PM 0 comments
Labels: berita
Friday, September 2, 2005
Kiat Mengajak Muslimah Berjilbab (3/3)
Oleh : Siti Tri Zakiyah
(Sumber: CyberMQ)
"Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan."
3. Awali dari diri
Dalam sebuah diskusi, seorang peserta yang belum berjilbab mengungkapkan isi hatinya sebagai berikut. Ia memiliki seorang teman yang sudah berjilbab dan sering mengajaknya mengenakan jilbab. Tapi, muslimah yang sudah berjilbab ini akhlaknya kurang baik, dia masih kurang menjaga hijab dengan lawan jenisnya, bahkan dia masih suka berpacaran dan seringkali menunjukkan sikap yang kurang baik.
Akhirnya, ia memilih untuk tidak berjilbab asalkan bisa menjaga dirinya, dari pada berjilbab tapi akhlaknya masih buruk. Bahkan, seringkali dia antipati melihat wanita berjilbab yang belum dikenalnya.
Artinya, setiap kali kita akan berdakwah, bertanyalah pada diri, “Apa yang akan saya sampaikan sudah sesuai atau belum dengan apa yang saya lakukan?” atau setidaknya, “Apakah saya sudah berupaya secara maksimal untuk mengamalkan apa yang akan saya sampaikan?” atau, “Apakah perbuatan dan akhlak saya sudah mendukung apa yang akan saya sampaikan?”
Menyampaikan ilmu atau menganjurkan kebaikan kepada orang lain itu ibarat mengepel lantai sebuah ruangan. Diri kita itu ibarat lap pel, sedangkan yang orang lain itu ibarat lantai. Lap pel harus bersih, jika tidak, maka ruangan itu akan bertambah kotor. Bayangkan, bila kita mengepel lantai kamar kita dengan lap pel bekas mencuci kotoran. Hasilnya, bukan membersihkan kamar, tapi malah mengotorinya
Begitupula halnya dengan kasus diatas. Karena muslimah berjilbab yang mengajaknya itu belum sanggup memberikan contoh yang nyata buat temannya, maka akhirnya temannya itu bukannya segera ingin berjilbab, tapi malah mendapatkan citra yang tidak tepat tentang wanita berjilbab. Akhirnya, dakwahnya bukannya membuat temannya menjadi berubah menjadi lebih baik, tetapi malah membuatnya makin jauh dari pemahamannya tentang islam, bahkan mungkin makin jauh dari Allah. Karenanya, awalilah dari diri sendiri.Sering juga timbul pertanyaan, “Mana yang lebih baik, wanita yang berjilbab tapi akhlaknya buruk atau wanita yang belum berjilbab tapi akhlaknya lebih terjaga”.
Kita jadi teringat kisah Buya Hamka ketika beliau ditanya seseorang, “Buya, saya memiliki tetangga, yang satu seorang insinyur yang tidak suka shalat tetapi akhlaknya baik. Yang satunya lagi seorang haji yang suka shalat, tetapi akhlaknya buruk. Mana yang lebih baik diantara mereka?”
Beliau menjawab, “Insinyur itu, belum suka shalat saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau beliau rajin shalat. Sedangkan Pak Haji itu, syukur beliau suka shalat. Kalau tidak suka shalat, mungkin akhlak beliau lebih buruk dari itu.”
Kisah ini bisa kita analogikan untuk pertanyaan diatas. Akhwat yang belum berjilab itu, belum berjilbab saja akhlaknya sudah baik, apalagi kalau dia sudah bejilbab. Akhwat yang sudah berjilbab itu, syukur dia sudah berjilbab. Jika tidak, sudah akhlaknya kurang baik, tidak berjilbab juga.
Konon, disekitar Masjidil haram ada para wanita amoral yang bercadar. Tentu, tidak logis sama sekali jika kita langsung antipati melihat wanita bercadar. Kalau kita bandingkan, jumlah wanita shalehah yang berjilbab jauh lebih banyak dibandingkan wanita shlehah yang belum berjilbab.
Pakaian memang bukan satu-satunya alat ukur untuk menentukan kemuliaan akhlak seseorang. Muslimah yang pakaiannya sempurna belum tentu akhlaknya baik, tetapi muslimah yang berakhlaq baik pasti akan makin sempurna cara menutup auratnya. Makin sempurna cara akhwat menutup aurat, makin tinggi peluang akhwat berakhlak baik. Sebaliknya, makin tidak sempurna cara akhwat menutup auratnya, makin tinggi peluang akhwat berakhlak buruk.
Jadi, kalau ada akhwat yang sudah berjilbab tetapi akhlaknya kurang baik, maka solusinya adalah ia harus memperbaiki akhlaknya, bukan berarti ia harus melepaskan atau mengurangi kesempurnaannya berhijab. Sebaliknya, bila ada akhwat akhlaknya baik tetapi belum berjilbab, maka ia tetap harus menyempurnakan hijabnya, karena meyempurnakan hijab adalah kewajiban setiap muslimah.
Jadi, kiat untuk mengajak para muslimah berjilbab setidaknya adalah, pertama, bijjak menyikapi kekurangan mereka. Kedua, sampaikan ilmu kepada mereka. Ketiga, awali dari diri.
Semoga Allah SWT mengaruniakan kemampuan kepada kita untuk menutup aurat dengan sempurna, ikhlas karena Allah semata. Amin Yaa Rabbal aalamiiin. WAllahu‘alam bishawab.
---habis---
Posted by Muslimah Berjilbab at 8:28 PM 0 comments
Labels: tips